Mohon tunggu...
Berman Sitompul
Berman Sitompul Mohon Tunggu... Advokat -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Menyesal

30 Juni 2018   18:39 Diperbarui: 30 Juni 2018   20:41 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika seseorang telah memberikan sepenuh hatinya pada seseorang yang sangat dicintainya, sebaliknya justru hal yang menyakitkan yang diterima sebagai balasan dari semua perbuatan baik yang telah dilakukannya.

Bagi sebagian orang, ketidak mampuan menjalani rasa sakit hati yang berlarut-larut  pada akhirnya dijadikannya sebagai alasan untuk berpisah, hal ini terjadi karena ternyata akan lebih mudah menghapus ingatan akan cinta yang pernah dirasakan terhadap seseorang, dari pada melupakan perbuatan yang sangat menyakitkan.

Allah telah menciptakan berbagai perasaan dalam diri manusia, ada perasaan senang, sedih, sakit hati, cinta, penyesalan, amarah, dan sebahainya, tergantung bagaimana manusia itu bisa mengendalikan perasaannya. 

Ketika hal yang tidak menyenangkan terjadi dalam hidup seseorang, mungkin ada yang bisa menerimanya sebagai takdir yang harus dijalani, tetapi ada juga yang menjadikannya sebagai penyesalan yang berlarut-larut yang justru menjadikannya sebagai alasan untuk pembenaran dirinya untuk melakukan sesuatu yang akan menghancurkan hidupnya.

Manusia memang cenderung menginginkan kehidupan yang lebih baik, dan yang lebih baik lagi, demikian seterusnya ......, tetapi saya perlu bagikan satu nasehat seorang bijak yang menyampaikan demikian :

"Jangan selalu melihat ke belakang karena disana ada masa lalu yang menghantui

Jangan selalu melihat ke depan karena terkadang ada masa depan yang membuatmu gelisah.

Namun lihatlah ke atas karena di sana ada TUHAN yang membuatmu bahagia.

Hidup ini akan terus berlanjut baik itu engkau tertawa ataupun menangis,

karena itu jangan jadikan hidupmu penuh kesedihan yang tidak bermanfaat sama sekali.

Berlapang dadalah, maafkanlah,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun