Mohon tunggu...
Berman Sitompul
Berman Sitompul Mohon Tunggu... Advokat -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Menyesal

30 Juni 2018   18:39 Diperbarui: 30 Juni 2018   20:41 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ada satu lagu yang mungkin banyak orang tidak pernah mendengarnya, apalagi menyukainya. Ada makna yang tersirat dalam liriknya, yaitu : "je ne regrette rien (aku tidak menyesali apapun). Lagunya berjudul : "Non, Je Ne Regrette Rien"  (sebuah lagu Prancis yang ditulis pada tahun 1956, dan dipopulerkan oleh Édith Piaf's pada tahun 1959).

Pada bagian akhir liriknya kira-kira berbunyi :

"Non, je ne regrette rien (Tidak, Aku tidak menyesali apapun)

Ni le bien qu'on m'a fait, ni le mal (Hal baik dan hal buruk, yang dilakukan kepadaku)

Tout a m'est bien gal (Itu semua sama saja bagiku)

Non, rien de rien (Tidak, tidak apa-apa)

Non, je ne regrette rien (Tidak, Aku tidak menyesali apapun)

Car ma vie (Karena hidupku)

Car mes joies (Kegembiraanku)

Aujourd'hui (Hari ini)"

Penyesalan selalu datang terlambat, begitu salah satu pameo yang pernah kita dengar. Ketika sebuah pilihan ternyata tidak seperti yang diharapkan, takdir telah meletakkan penyesalan pada akhir sebuah cerita perjalanan hidup. Lalu mengapa harus ada penyesalan ?? Jawabannya adalah karena manusia seringkali menggunakan perasaannya dalam hal memilih sesuatu, manusia selalu terfokus pada keinginan unk memperoleh yang terbaik, bahkan dalam hal memilih jodohpun kadang orang hanya menggunakan perasaannya, dan ketika yang ditemukannya tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya, maka orang tersebut akan berkata : "aku tidak menduga seperti itu, seandainya aku tau sejak semula .... dan seterusnya"

Ketika seseorang telah memberikan sepenuh hatinya pada seseorang yang sangat dicintainya, sebaliknya justru hal yang menyakitkan yang diterima sebagai balasan dari semua perbuatan baik yang telah dilakukannya.

Bagi sebagian orang, ketidak mampuan menjalani rasa sakit hati yang berlarut-larut  pada akhirnya dijadikannya sebagai alasan untuk berpisah, hal ini terjadi karena ternyata akan lebih mudah menghapus ingatan akan cinta yang pernah dirasakan terhadap seseorang, dari pada melupakan perbuatan yang sangat menyakitkan.

Allah telah menciptakan berbagai perasaan dalam diri manusia, ada perasaan senang, sedih, sakit hati, cinta, penyesalan, amarah, dan sebahainya, tergantung bagaimana manusia itu bisa mengendalikan perasaannya. 

Ketika hal yang tidak menyenangkan terjadi dalam hidup seseorang, mungkin ada yang bisa menerimanya sebagai takdir yang harus dijalani, tetapi ada juga yang menjadikannya sebagai penyesalan yang berlarut-larut yang justru menjadikannya sebagai alasan untuk pembenaran dirinya untuk melakukan sesuatu yang akan menghancurkan hidupnya.

Manusia memang cenderung menginginkan kehidupan yang lebih baik, dan yang lebih baik lagi, demikian seterusnya ......, tetapi saya perlu bagikan satu nasehat seorang bijak yang menyampaikan demikian :

"Jangan selalu melihat ke belakang karena disana ada masa lalu yang menghantui

Jangan selalu melihat ke depan karena terkadang ada masa depan yang membuatmu gelisah.

Namun lihatlah ke atas karena di sana ada TUHAN yang membuatmu bahagia.

Hidup ini akan terus berlanjut baik itu engkau tertawa ataupun menangis,

karena itu jangan jadikan hidupmu penuh kesedihan yang tidak bermanfaat sama sekali.

Berlapang dadalah, maafkanlah,

dan serahkan urusan manusia kepada Allah."

Jangan menyesal dengan pilihan hidupmu yang pernah salah, serahkan seluruhnya kepada Allah, meskipun itu adalah rahasia yg terungkap yang tidak engkau ketahui sebelumnya dalam keterbatasanmu sebagai manusia, sekalipun sangat menyakitkan, tetapi ada baiknya untuk tidak terburu-buru mengambil keputusan yang salah, tetaplah dengan pilihanmu sebab barangkali ada perasaan dan masa depan anak (-anak) yang sangat perlu dijaga dan diutamakan.

Berman Sitompul

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun