Mohon tunggu...
Berlian Gultom
Berlian Gultom Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Politik Kontemporer sebagai Masa Depan Bangsa, Bagaimana Partisipasi Politik Mahasiswa?

11 Juli 2022   22:30 Diperbarui: 11 Juli 2022   22:49 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sekian banyak aksi demonstrasi yang dilakukan tentunya terdapat sisi kurang baik yang didapati. Mahasiswa sebagai kaum intelektual, tidak mencerminkan kepribadian yang baik dalam demonstrasi. Hal ini dikarenakan mereka merusak banyak fasilitas umum, seperti merusak jalan, menyegel SPBU, merusak lampu jalan, dan masih banyak lagi. 

Tentu saja hal ini bukan hal yang baik untuk dilakukan oleh mahasiswa yang merupakan kaum civitas akademika. Bahkan hingga sekarang, setiap terdapat aksi demonstrasi yang cukup besar, seringkali terjadi bentrokan antara mahasiswa dengan petugas keamanan baik polisi maupun tentara. Tak hanya itu, setelah demonstrasi selesai, antara mahasiswa dan polisi masih bersitegang saling menyalahkan. Mahasiswa menyalahkan petugas keamanan yang cenderung "kasar", sementara aparat menyalahkan l mahasiswa yang tidak bisa berdemonstrasi secara damai.

Apabila mahasiswa di zaman orde baru ditangkap karena mempertahankan ideologi dan pemikirannya yang berseberangan dan tidak sependapat dengan pemerintah. Inilah alasan mengapa mahasiswa disebut pembawa perubahan (agent of change), yaitu karena mereka berani mempertahankan dan menyampaikan aspirasi rakyat bahkan jika nyawa mereka menjadi taruhannya.

 Dan pada era tersebut pula lah, mahasiswa berhasil meraih simpati masyarakat.. Lain halnya yang terjadi pada zaman demokrasi seperti sekarang ini, mahasiswa ditangkap karena demonstrasi yang dilakukan menganggu ketertiban umum, memblokade jalan, serta melakukan tindakan anarkis lainnya. Selain itu, demonstrasi yang dilakukan saat ini telah dicemari dengan oknum-oknum yang memiliki kepentingan dan mengatasnamakan mahasiswa untuk membuat kekacauan.

Pelaksanaan Pemilu serentak 2019 baik pilpres maupun pileg telah menimbulkan banyak masalah.Indikator ini bisa dilihat, dari sisi persiapan dan pelaksanaannya yang menimbulkan permasalahan di lapangan. Salah satu contoh masalah, temuan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) yang menyatakan, sekitar 17 juta lebih warga belum mendapatkan undangan pencoblosan pemilu. Adanya kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS), yang sengaja mengarahkan pemilih untuk memilih salah satu pasangan calon. Bawaslu juga menemukan, lebihdari 5.500 KPPS tidak netral karena mengarahkan calon tertentu. 

 tidak lagi memiliki musuh bersama. Memberantas KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) pun sudah tidak menjadi agenda yang menarik bagi mahasiswa. Tidak jarang kita melihat gerakan- gerakan mahasiswa sekarang dilakukan karena tren semata sehingga banyak aktivis-aktivis yang tidak memahami isu yang hendak mereka usung.

Berbeda dengan era 1990-an, gerakan mahasiswa selalu dikonstruksi berdasarkan ideologi yang jelas bahwa mahasiswa adalah agen perubahan sosial yang tidak bisa ditawar-tawar. Oleh karena itu, bila ada potensi kebijakan pemerintah yang tidak memihak rakyat, mencederai prinsip demokrasi dan tak sesuai aturan, mahasiswa yang mempunyai daya kritis yang cukup tajam, secara spontan melakukan kritisme secara cermat dan benar. Hal itu dilakukan tidak hanya melibatkan suatu elemen gerakan saja, tetapi melibatkan berbagai organ yang ada. Mereka sadar bahwa hanya dengan penyatuan ideologi lah suatu gerakan bisa dilakukan secara masif.

Gerakan mahasiswa sekarang bertolak belakang dengan yang dulu. Gerakan mahasiswa sekarang cenderung dipengaruhi ideologi-ideologi tertentu dan kepentingan politik praktis. Tak heran jika gerakan mahasiswa muncul tidak dengan visi misi yang sama, justru sering terjadi konflik antara mereka sendiri. Di era sekarang, kita jarang melihat gerakan mahasiswa yang berlatar belakang dari ideologi yang sama dengan simbol-simbol organisasi gerakan mahasiswa yang bermacam-macam. Yang terjadi justru sebaliknya, warna bendera mahasiswa melambangkan suatu gerakan sekaligus mencerminkan variasi ideologi yang melandasi masing-masing gerakan itu. Kekuatan politik itulah yang kemudian menggerogoti ideologi dan kekuatan serta daya tawar gerakan mahasiswa, sehingga setiap upaya gerakan mahasiswa di tengah masyarakat kurang mendapat simpati dan dukungan.

Gerakan mahasiswa yang menonjol justru ideologi dan kekuatan politik tertentu. Itu di satu sisi. Pada sisi yang lain, tidak bisa lagi diartikan bahwa gerakan mahasiswa sekarang sering kali dijadikan komoditas suatu kekuatan dan keperluan tertentu. Kalau yang pertama mencerminkan adanya perselingkuhan dengan aliran politik tertentu, maka gerakan yang satu ini justru lepas dari ikatan mainstream ideologi politik, melainkan justru membuat perhitungan ekonomi dengan kelompok politik. Karena itu, bentuk gerakan ini pun dapat dikatakan lebih berbahaya dibanding sebelumnya karena gerakan mahasiswa itu telah mengalami pergeseran dan tanpa disadari status mahasiswa dari yang semula agen pembawa perubahan menjadi agen ''bisnis'' suatu kepentingan politik tertentu.

 Perubahan status ini tentu saja memengaruhi pada, pergerakan mahasiswa itu sendiri. Gerakan mahasiswa era sekarang tidak lagi sebesar gerakan era 1990-an karena jumlah massanya telah ''terkotakkotak'' dan berbeda aliran yang sangat berpengaruh terhadap strategi gerakan yang dibangun. Lemahnya strategi itu menyebabkan tidak jelasnya visi dan misi gerakan sendiri. Sehingga, sekaligus berakibat pada gagalnya perubahan yang hendak dicapai. Saya tertarik untuk mengangkat permasalahan ini dalam sebuah artikel  tentangPartisipasi Politik mahasiswa  Terhadap Isu-Isu Politik Kontemporer"  demi menjaga keutuhan bargaining-nya, gerakan mahasiswa perlu adanya reorientasi dan rekonstruksi serta penyatuan visi dan misi kembali dengan mengusung suatu ideologi tunggal yang dapat memayungi setiap gerakan sebagaimana semestinya mahasiswa.

  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun