Mohon tunggu...
Berlian Gultom
Berlian Gultom Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Politik Kontemporer sebagai Masa Depan Bangsa, Bagaimana Partisipasi Politik Mahasiswa?

11 Juli 2022   22:30 Diperbarui: 11 Juli 2022   22:49 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam perkembangan sistem politik dibeberapa negara, tentu saja mengalami proses yang cukup panjang bahkan sering kali terjadi kudeta (coup d'etat). Dalam peralihan kekuasaan, masyarakat biasanya. 

 Peralihan kepemimpinan melalui kudeta biasanya terlibat dalam hal ini. Selain membutuhkan massa yang cukup banyak, dalam kudeta juga dibutuhkan persenjataan yang lengkap, karenanya kekuatan bantuan militer juga tidak boleh diragukan.

Selain beberapa negara di dunia, Indonesia dalam perkembangannya juga mengalami tahap-tahap pergantian sistem pemerintahan. Pemilihan umum dijadikan sebagai salah satu sarana untuk mencapai tujuan, yaitu peralihan kekuasaan. Namun, selain pemilihan umum, peralihan kekuasaan juga mengalami berbagai kudeta. 15 tahun pasca kemerdekaan merupakan kurun waktu dimana politik mengganas dan berbagai intrik yang dilakukan untuk memperebutkan kekuasaan. 

Salah satu contoh peristiwa yang terjadi adalah perista G30S/PKI. Gerakan ini memakan cukup banyak korban, termasuk 9 perwira, dan masih banyak korban yang tidak bersalah lainnya (termasuk diantaranya adalah Ade Irma Suryani yang saat itu berumur masih sangat belia) (Soebandrio, 2001: 61).

Berdasarkan UUD 1945, pengertian mahasiswa sebagaimana tercantum dalam UU no. 12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi pasal 1 ayat 1 yang menjelaskan bahwa mahasiswa adalah peserta didik pada jenjang pendidikan tinggi. Di Indonesia, mahasiswa memiliki peran yang besar dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah, oleh karenanya mahasiswa mendapat berbagai yang menggelegar yaitu agent of change, director of change, creative minority, calon pemimpin bangsa dan lain sebagainya. Begitu banyak partisipasi politik yang telah dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswa di Indonesia, sehingga membawa mahasiswa pada posisi terhormat, yaitu pahlawan pada kelasnya dan juga disebut sebagai pilar demokrasi (Dudih Sutrisman, 2019: 115).

Munculnya mahasiswa sebagai agent of change sering kali mengangkat isu politik tertentu, sangatlah jelas berkaitan dengan munculnya persoalan tentang hal tersebut dimasyarakat. Di mata mereka hal tersebut seharusnya terselesaikan secepatnya dan jangan berlarut terlalu lama agar tidak merugikan ''rakyat''. 

Misalnya,ketika mahasiswa mengangat isu korupsi, hal demikian berarti adalah adanya ketidaksesuaian dalam sistem birokrasi dan kurangnya tanggung jawab pemerintah dalam mengelola dan mengontrol keuangan negara. Isu demokratis dan reformasi total menunjukan adanya kehendak baik mahasiswa untuk turut ikut andil ambil bagian dalam perbaikan sistem politik yang ada di Indonesia yang nantinya akan memunculkan tanggung jawab yang besar Mahasiswa sebagai orang orang yang bertindak yang akan memicu terajadinya sebuah perubahan (Agent of change).

Dalam history block Orde Baru, pikiran mahasiswa yang sekuler dan anti kiri memang lebih sesuai dengan pragmatism rezim politik orde baru. Perubahan politik elite memang melibatkan mahasiswa sebagaimana yang sudah ditunjukkan dari kejatuhan presiden Soekarno hingga naiknya Jenderal Soeharto ke tahta kepresidenan. (Enim Supriyanto, 1999 : 129). Pada era Soeharto disebut sebagai Antitesa dari rezim Soekarno, karena jangka waktu kepresidenan Soeharto yang terbilang cukup lama yaitu 32 tahun.Sementara pada masa pemerintahan Soekarno, perseteruan antar partai sangat sering terjadi karena ini adalah era yang di dominasi oleh perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia saat itu. 

Oleh karena sangat tidak jarang terjadi bentrok antar partai yang akan mencalonkan diri demi kekuasaan. Karena adanya kesenjangan dan perbedaan sistem yang jauh berbeda, maka semakin banyak bermunculan perlawanan-perlawanan yang dipelopori oleh mahasiswa. 

Demonstrasi yang pada awalnya hanya dilakukan di dalam kampus, berubah menjadi demonstrasi besar-besaran. Mahasiswa dengan tegas menuntut perbaikan dan pembenahan perekonomian yang kian memburuk pada saat itu, berubah menjadi pergantian kepemimpinan nasional.

Karena perjuangan besar-besaran yang dilakukan oleh mahasiswa maka robohlah era pemerintahan Presiden Soeharto. Awal mula demonstrasi ini terjadi adalah karena Soeharto mengumumkan dirinya akan menjadi presiden kembali, setelah pemerintahannya yang sudah sangat lama, hal ini dipengaruhi oleh terpilihnya golkar sebagai pemenang pada pemilu tahun 1997 (kompas.com). Aksi demonstrasi yang diharapkan dapat berjalan dengan aman dan damai akhirnya berubah menjadi tragedi karena aparat menggunakan kekerasan untuk memukul mundur mahasiswa yang berjumlah puluhan ribu. Karena jumlah mahasiswa yang sangat banyak, akhirnya gedung DPR/MPR RI berhasil diduduki oleh mahasiswa. Posisi Soeharto semakin terhimpit saat itu karena Harmoko selaku ketua DPR/MPR RI meminta Soeharto menyerahkan jabatannya. Akan tetapi, walaupun sudah dalam keadaan terpojok, Soeharto masih mencoba untuk mempertahankan kekuasaannya. Beberapa cara yang dilakukan seperti menawarkan pembentukan tim transisi peralihan kekuasaan hingga pemilihan umum berikutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun