Mohon tunggu...
Berliana  Wusqo
Berliana Wusqo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bismillah berusaha dan terus berusaha

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Kelekatan (Attachment) AUD

6 Oktober 2021   15:55 Diperbarui: 6 Oktober 2021   15:57 1581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Attachment adalah ikatan emosional yang terjalin antara anak dan orang tuanya sejak usia dini. Keterikatan ini tidak hanya sebatas ikatan emosional, tetapi juga menjadi dasar bagi perkembangan sosial dan emosional anak di masa depan. 

Anak membangun keterikatan ini dengan figur kelekatan, yang bisa berupa ibu, ayah, pengasuh atau anggota keluarga lainnya. 

Kelekatan harus dibentuk pada anak, hanya ada anak yang mengembangkan gaya kelekatan aman, sedangkan yang lain mengembangkan gaya kelekatan tidak aman. orang tua yang menunjukkan responsivitas dan kepekaan terhadap perilaku bayi akan mengembangkan hubungan yang aman dan memiliki regulasi emosi dan perilaku yang lebih efektif. 

Kelekatan yang aman akan berdampak positif bagi perkembangan anak, sedangkan kelekatan yang tidak aman akan berdampak negatif bagi perkembangan anak. 

Dampak negatif ini dapat berupa masalah perilaku, sosial atau emosional yang akan sulit diatasi karena masalahnya terletak pada hubungan maladaptif antara orang tua dan anak.

 A.  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Kelekatan (attachment)

Menurut Erik Erikson, bapak psikologi perkembangan, faktor-faktor yang menyebabkan gangguan kelekatan adalah:

1. Perpisahan yang tiba-tiba antara anak dengan pengasuh atau orangtua, Perpisahan yang traumatis bagi anak dapat berupa: kematian orang tua, orang tua yang lama dirawat di rumah sakit, atau anak yang harus hidup tanpa orang tua karena sebab lain.

2. Sistem pendidikan tradisional yang seringkali menggunakan metode hukuman untuk mendidik dan mendisiplinkan anak, seringkali menjaga jarak dan bahkan membangun citra kemanusiaan untuk dihormati dan dipatuhi oleh anak. Padahal, cara ini justru mengakibatkan anak tumbuh menjadi penakut, mudah putus asa, dan tidak percaya diri. Anak-anak akan merasa seperti tidak ada apa-apa atau tidak bisa berbuat apa-apa tanpa orang tua mereka.

3.  Pengasuhan yang melibatkan terlalu banyak orang, silih berganti, tidak duduk dengan satu atau dua orang tua, menyebabkan ketidakstabilan yang dirasakan anak, baik dari segi kasih sayang, perhatian, maupun respon terhadap kebutuhan anak. Akan sulit bagi anak untuk membangun ikatan emosional yang stabil karena pengasuhnya terus berubah. Keadaan ini akan mempengaruhi kemampuan mereka untuk beradaptasi, karena anak cenderung mudah gugup dan tidak percaya diri.

4. Sering mengubah tempat membuat proses beradaptasi dengan anak yang sulit, terutama untuk balita. Situasi ini akan lebih sulit baginya jika orang tua tidak memberikan rasa aman dengan menemani mereka dan mau memahami sikap atau perilaku anak, yang mungkin istimewa karena perasaan tidak nyaman ketika mereka harus menghadapi orang baru. Tanpa keterikatan yang stabil, reaksi negatif anak pada akhirnya akan menjadi bagian dari pola perilaku yang sulit diatasi.

5. Banyak orang tua yang tidak konsisten dalam pendidikan anak-anaknya, dan ketidakjelasan sikap orang tua membuat anak sulit untuk membangun keterikatan tidak hanya secara emosional tetapi juga secara fisik. Sikap orang tua yang tidak terduga membuat anak bingung, minder, sulit dipercaya dan didengarkan.

6. Orang tua yang memiliki masalah emosional atau psikologis tentunya kurang berdampak positif bagi anak-anaknya. Hambatan psikologis, seperti gangguan mental, depresi atau masalah stres yang dihadapi orang tua, tidak hanya membuat anak tidak dapat berkomunikasi dengan baik dengan orang tuanya, tetapi juga membuat orang tua kurang peka terhadap kebutuhan dan masalah anak.

7. Problem neurologis/ sayraf Adakalanya gangguan syaraf yang dialami anak bisa mempengaruhi proses persepsi atau pemroresan informasi anak tersebut, sehingga iatidak dapat merasakan adanya perhatian yang diarahkan padanya. (Ni, Made. A,W. 2009)

 B. Attachment Figure 

Menurut Bowlby, ada dua attachment figure, yaitu attachment figure primer dan attachment figure pengganti. Orang yang selalu siap merespon tangisan anak tetapi tidak memberikan perawatan fisik cenderung dipilih sebagai figur attachment pengganti. Orang yang sesekali memberikan perawatan fisik tetapi tidak menanggapi tidak akan dipilih sebagai figur lampiran. Kondisi yang dapat menyebabkan anak melekatkan diri pada seseorang dapat digambarkan sebagai berikut:

  • Orang yang paling peduli terhadap anak adalah orang yang paling banyak berhubungan dengan anak dalam rangka mendidik dan membesarkannya. Ini menyangkut kualitas hubungan antara pengasuh dan anak, di samping pengasuh harus tetap berhubungan permanen dengan anak.
  • Anak memiliki pilihan untuk memilih salah satu anggota keluarga sebagai figur keterikatan mereka. Sosok attachment yang dipilih oleh anak biasanya adalah orang dewasa yang memenuhi syarat. Ibu biasanya didahulukan sebagai figur utama keterikatan anak.

Menurut Maccoby, seorang anak dapat dikatakan bergantung pada orang lain jika ia memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Menjadi terikat secara fisik dengan seseorang

b. Cemas saat putus dengan figur keterikatan

c. Senang dan rileks saat figur keterikatan kembali

d. Meskipun tidak ada interaksi, orientasi tetap pada figur keterikatan. Anak memperhatikan gerakan, mendengarkan suara dan berusaha menarik perhatian figur lekat sebanyak mungkin.

Berdasarkan penjelasan tentang kelekatan anak dapat disimpulkan bahwa anak merupakan berbagai figur kelekatan yaitu orang tua dalam keluarga, dan figur kelekatan lainnya adalah pengasuh.

 c. Manfaat dan fungsi lampiran

Attachment memberikan banyak manfaat bagi individu, seperti mengembangkan rasa percaya dan mengembangkan rasa kemampuan dalam interaksi sosial di masa depan. Secara umum, lampiran memiliki empat fungsi utama:

  • Memberikan rasa aman Ketika individu berada dalam suasana stres, kehadiran figur attachment dapat mengembalikan perasaan individu menjadi perasaan aman.
  • Gairah adalah perubahan keadaan subjektif seseorang yang disertai dengan reaksi fisiologis tertentu. Kecuali jika peningkatan gairah disertai dengan kelegaan, individu tersebut sensitif terhadap stres. Kemampuan figur terlampir untuk membaca keadaan individu yang berubah dapat membantu mengatur gairah individu.
  • Ikatan yang terjalin antara individu dan keterikatan dapat berfungsi sebagai sarana untuk mengungkapkan, berbagi pengalaman, dan berbagi perasaan.
  • Keterikatan dan perilaku eksplorasi bekerja sama. Individu yang memperoleh secure attachment akan sangat percaya diri untuk mengeksplorasi lingkungan atau suasana baru, karena individu percaya bahwa attachment-nya memang bertanggung jawab jika terjadi sesuatu pada dirinya. Simpson mengutip manfaat lain dari keterikatan yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk membangun hubungan dengan orang lain, seperti kepuasan, kedekatan, dan kemampuan.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat kelekatan (attachment) anak yang memiki ibu berkarir mempenagruhi kematangan sosial anak usia sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun