Mohon tunggu...
Berliana  Wusqo
Berliana Wusqo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bismillah berusaha dan terus berusaha

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Temprament? Inilah Alasan Mengapa Anak Tidak Boleh Terlalu Sering Dibentak

29 September 2021   00:44 Diperbarui: 29 September 2021   00:53 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Apa yang di maksud temperamen itu? Kita sering mendengar tentang temperamen, dan kita sering juga mengkaitkannya kata ini dengan orang yang mudah sekali marah dan tersinggung oleh faktor-faktor tertentu. 

Faktanya adalah temperamen itu bukan hanya tentang emosi yang dirasakan semua orang. Akan tetapi Temperamen itu adalah keadaan di mana seseorang bereaksi terhadap sesuatu. Padahal dalam psikologi "tempramen" tidak hanya seputar tentang emosi loh.

Secara definisi, temperamen adalah perbedaan perilaku dan emosional setiap orang dalam menanggapi sesuatu. Temperamen ini muncul pada awal kehidupan manusia. 

Contohnya seperti bayi yang baru lahir sudah bisa menunjukkan emosi yang berbeda-beda, seperti ada yang menangis, ada yang diam. Seiring berjalannya waktu, anak-anak tersebut juga akan menjadi anak yang selalu ceria atau sebaliknya anak yang sering menangis.

Padahal, tidak ada penyebab pasti seseorang itu menjadi temperamental. Namun, seperti yang telah disebutkan tadi bahwa, temperamen dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk faktor lingkungan. 

Oleh karena itu, karakter temperamental atau seseorang yang mudah marah atau mudah tersinggung ini dapat dibentuk oleh sikap dan perilaku orang dewasa di sekitar Anda, ketika Anda masih kecil. berarti bahwa pada titik ini Anda mungkin sedang menyesuaikan diri dengan cara orang tua, atau saudara-saudari Anda berperilaku dan mengekspresikan kemarahannya.

Jika orang dewasa di sekitar Anda saat itu menunjukkan kemarahannya dengan membanting barang, berteriak, menyakiti orang lain secara fisik, Anda bisa memiliki sikap dan perilaku serupa yang terbawa hingga dewasa.

Bagaimana cara menghadapi karakter temperamental pada anak?

Padahal, marah adalah emosi yang harus dimiliki setiap orang. Namun, orang dengan kecenderungan temperamental sering mengungkapkan kemarahan mereka dengan cara yang tidak positif. Jika dibiarkan, tentu bisa berdampak negatif bagi kesehatan dan hubungan dengan orang lain. 

Salah satu penyebab anak temperamen adalah karena ia meniru sikap Anda. Biasakan untuk tidak berteriak atau mengucapkan kata kasar setiap kali Anda kesal. Jika Anda tak bisa menahan emosi, minimal lakukan di kamar agar anak tak melihatnya.

Dalam menghadapi anak yang temperamental, orang tua harus tetap tenang. Beri anak Anda waktu 20 detik untuk mengungkapkan perasaan marah mereka. Kemudian, dengarkan perasaan anak Anda dan berikan pernyataan positif. Ajari anak Anda untuk mengubah perasaannya menjadi kegiatan positif. 

Terakhir, biasakan anak Anda untuk terbuka secara emosional agar ia tidak terbiasa mengubur perasaannya sendiri. Apakah anak Anda sering menangis, menjerit, dan marah? Jika ya, maka anak Anda adalah tipe yang tidak menentu. Itu tidak berarti Anda harus memarahinya karena menjadi anak yang nakal, lho. 

Di sisi lain, anak dengan mood swings membutuhkan bantuan orang tua untuk mengontrol emosinya, terutama jika anak masih balita. Berikut cara mengatasi anak nakal yang perlu Anda ikuti:

Jangan biarkan emosi membara

Cara terbaik untuk menghadapi anak yang tidak menentu adalah dengan tetap tenang. Anak itu sudah marah dan mengamuk seperti api, jadi ibu dan ayah harus bertindak seperti air. Sebagai orang tua, Anda perlu menjadi panutan yang nyata dan mengajarkan bahwa keinginan tidak menjadi kenyataan hanya dengan marah. 

Hindari menjadi emosional atas tindakan kecil Anda, apalagi memarahi. Jika orang tua sudah terbiasa membentak anak yang tidak menentu, bisa dipastikan anak akan semakin sulit mengontrol emosinya.

Alihkan

Sebenarnya marah atau menangis membuat anak lelah. Tenangkan dulu dirinya dengan menawarkan makanan favoritnya, misalnya es krim, permen, dan lain-lain. Hal ini akan mengalihkan emosinya sesaat. Anda pun juga harus menenangkan diri, minimal tarik napas.

Ajarkan pengendalian emosi

Bahkan orang dewasa pun masih kesulitan untuk mengontrol emosinya, apalagi dengan anak-anak. Jangan salahkan anak yang tidak menentu ketika menangis atau merengek karena tidak bisa menahan emosinya lagi. Yang terbaik adalah memberinya waktu untuk benar-benar mengungkapkan perasaannya. 

Bagaimana caranya? Dengan tenang katakan bahwa anak Anda dapat menangis dan mengungkapkan perasaannya dalam 20 detik. Tetapi setelah waktunya habis, anak Anda harus tenang dan mendengarkan Anda sehingga dia bisa mengendalikan emosinya. 

Mungkin sulit untuk membiasakan diri dengan anak yang temperamental pada awalnya, jadi ibu dan ayah harus sabar dan tegas dalam menghadapi anak yang moody.

Dengarkan dan berikan kalimat positif

Anak yang tidak menentu seringkali terus bertingkah karena merasa kurang diperhatikan oleh orang tuanya. Ketika anak-anak merasa marah, ada banyak alasan. 

Bisa jadi karena ibu dan ayahnya tidak menepati janji, jadi mereka merasa iri dengan orang lain, terpaksa melakukan sesuatu atau hal lain yang tidak sesuai dengan harapan mereka. 

Anda juga harus memahami bahwa perasaan tidak menentu anak ini sangat beralasan. Jadi mari kita serius tentang hal itu, Ketika dia menangis, tanyakan mengapa. 

Dengarkan baik-baik dan dorong anak-anak untuk berbicara tentang perasaan mereka. Kemudian berikan respon positif, jangan dimarahi balik. 

Hindari kata-kata seperti "Jangan menjadi bayi yang menangis" atau "Ibu tidak suka kalau kamu seperti bayi yang menangis". Ubah menjadi sesuatu seperti "Ayo, ibu, bantu kemasi mainannya," atau "Ayo, tenang dulu agar ayah dan Kakak bisa menemukan solusinya, okay

Lakukan aktivitas outdoor

Kurang piknik juga berlaku untuk anak. Jika hampir setiap saat ia melakukan aktivitasnya di dalam rumah, anak akan bosan dan mudah emosi. Sebaiknya ajak anakuntuk  bermain di luar rumah, misalnya berenang atau sekadar naik sepeda di kompleks rumah agar energinya tersalurkan dengan baik.

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun