Namun, dalam proses ini, perlu dipastikan bahwa nilai-nilai sosial dan semangat kolektivitas tidak tergerus oleh kepentingan bisnis semata. Mekanisme pengumpulan dan pengolahan zakat juga harus disesuaikan agar mampu meningkatkan daya tarik dan kepercayaan masyarakat, termasuk di wilayah permukiman yang membutuhkan perhatian khusus. Lembaga pengelola zakat resmi harus diberdayakan sepenuhnya, baik dari segi keuangan, regulasi, maupun pengawasan. Dengan penguatan lembaga ini, sistem pengelolaan zakat dapat berjalan lebih efektif dan memberikan dampak signifikan bagi kesejahteraan masyarakat. Dalam hal publikasi keuangan, zakat adalah model yang sebanding dengan redistribusi yang digunakan oleh negara-negara maju, pajak progresif dan program kesejahteraan sosial.Â
Di negara-negara maju antara lain perpajakan yang adil melalui distribusi, dengan demikian pemerintah dapat menerima kembali dari siapa kemakmuran itu berlebih bijak, kemudian memberikan kepada pekerja yang kehilangan pekerjaan, beasiswa, pelayanan kesehatan dan sebagainya. Namun, zakat jauh lebih unik daripada program-program yang layanan sosial yang didasarkan pada prinsip-prinsip kerohanian dan nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini terjadi karena, di satu sisi, agama mengandalkan partisipasi sukarela dalam sistem zakat yang bersifat keagamaan. Di sisi lain, negara maju menerapkan pajak dengan hukum yang mengikat secara menyeluruh, menegakkan partisipasi masyarakat secara wajib.
Kombinasi pendekatan spiritual melalui zakat dan implementasi kebijakan yang bersifat mengikat dapat menjadikan zakat sebagai model distribusi yang efektif dalam mengatasi ketidakadilan sosial. Dengan sinergi antara nilai keagamaan dan kebijakan publik, zakat memiliki potensi besar untuk meningkatkan kesejahteraan dan menciptakan keadilan sosial.
Zakat memiliki potensi besar untuk menjadi instrumen keuangan Islam publik yang effective transformasi sosial. Namun untuk mewujudkan potensi-potensi itu dibutuhkan usaha yang terpadu dan sistematik meningkatkan kesadaran masyarakat, memprofesionalkan distribusi dan pengelolaan zakat, serta kerjasama yang luas dengan pemerintah. Melalui teknologi dan inovasi, zakat dapat berperan sebagai alat redistribusi yang tidak hanya memenuhi kebutuhan mendesak namun mencapai dampak yang berkelanjutan dan jangka panjang bagi masyarakat sektor. Mengoptimalkan zakat sebagai instrumen keuangan publik tidak hanya relevan bagi negara-negara muslim saja tetapi juga menjadi inspirasi bagi komunitas internasional dalam menciptakan sistem keuangan yang lebih adil dan inklusif. Dengan pendekatan yang benar, zakat dapat menjadi solusi nyata atas dilema kesenjangan sosial dan ekonomi pada zaman modern.
Melalui kerjasama lintas sektor, termasuk perbankan syariah, pemerintah, dan kelompok masyarakat, zakat harus dapat menjadi alat untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Pembangunan yang diharapkan tidak hanya mengejar model tradisional, tetapi berupaya melibatkan semua pihak baik swasta maupun pemerintah sebagai simbol dari upaya kolektif demi kesejahteraan rakyat. Tanpa adanya sinergi antara lembaga zakat dan inisiatif, sulit membayangkan metode ini dapat secara efektif mengatasi ketimpangan sosial dan menyelesaikan persoalan perbedaan status antarindividu. Oleh karena itu, kolaborasi yang kuat dan terintegrasi menjadi kunci dalam memaksimalkan potensi zakat sebagai pilar keadilan dan kesejahteraan sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H