Mohon tunggu...
berliana rizqia putri
berliana rizqia putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sasaran Retorika Dakwah dalam Islam: Respon Manusia Terhadap Turunya Al-Quran

27 Juni 2024   09:05 Diperbarui: 27 Juni 2024   09:12 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 sumber: Dokumen Pribadi

Oleh: Syamsul Yakin & Berliana Rizqia Putri

Dosen Retorika UIN Syarif  Hidayatullah Jakarta & Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sasaran retorika dakwah secara umum adalah manusia, baik muslim, kafir, dan munafik. Pada masa awal Islam, Nabi berdakwah berdasarkan perintah Allah yang terdapat dalam Al-Quran. Untuk membuat peta sasaran penginjilan retoris, Anda dapat melihat tanggapan manusia terhadap Al-Qur'an.

"Kemudian Kami wariskan Kitab itu kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, di antara mereka ada yang pertengahan, dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah," adalah ayat yang menunjukkan tanggapan manusia terhadap al-Qur'an.

Ayat ini menunjukkan bahwa zalim linafsih adalah cara kelompok pertama menanggapi turunnya al Quran.

Menurut penafsiran Ibnu Katsir, frasa ini mengacu pada individu yang mengabaikan perintah wajib tertentu dan malah melakukan tindakan yang secara eksplisit dilarang.

Misalnya, ketika al Quran meminta untuk menyembah Allah, dia malah menyembah berhala. Selain itu, ketika al Quran meminta untuk membayar zakat, dia malah menolak dan mengemplangnya. Sebaliknya, ketika al Quran meminta untuk melakukan hal-hal yang baik, dia malah melakukan hal-hal yang buruk.

Mereka adalah sasaran  retorika dakwah yang pertama karna di lihat dari respon mereka terhadap turunnya alquran sehingga dapat di simpulkan jika mereka adalah kalangan kafir.

Kelompok kedua merespons secara setengah-setengah atau pertengahan, yang bimbang tentang kebenaran al Quran; pengarang kitab Tafsir Jalalain termasuk dalam kelompok ini, yang separuh-separuh mengamalkannya.

Namun, dalam Surat al-Baqarah ayat 23, Allah berkata, "Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Quran itu."

Ibnu Katsir mengidentifikasi orang lain dalam kategori kedua ini, yang dengan tekun menjalankan perintah wajib dan menahan diri dari perbuatan yang dilarang, namun kadang-kadang mengabaikan amalan Sunnah tertentu dan melakukan beberapa perbuatan yang tidak disukai.

Dalam ranah psikologi, keadaan pikiran inilah yang menjadi ciri orang munafik. Sepanjang sejarah, watak ini telah menimbulkan ketakutan terbesar di kalangan umat Nabi, khususnya ketika sebuah faksi muncul, menyatakan keimanan mereka dan ikut serta dalam Perang Badar, namun kemudian mundur ketika berhadapan dengan musuh. Orang-orang munafik menjadi fokus kedua dalam wacana persuasif.

Kelompok ketiga, sesuai dengan arahan Allah untuk "bersaing (dalam melakukan) kebaikan," menanggapinya dengan segera melakukan perbuatan baik (sabiq bil-khairat). Menurut Tafsir Jalalain, ungkapan "bersaing (dalam berbuat) kebaikan" mengandung makna penerimaan dan ketaatan yang segera dan sepenuh hati. Ini mewakili tujuan ketiga dari pemberitaan retorika.

Berikut tiga sasaran retorika dakwah yang berdasarkan dari bagaimana respon mereka terhadap penurunan alquran.

Itulah tiga sasaran retorika dakwah yang didasarkan pada respons mereka terhadap diturunkannya al Quran. Yang terakhir disebut adalah yang terbaik. Dikarnakan mereka adalah sasaran retorika dakwah yang diharapkan dapat melanjutkan gerakan dakwah dari masa ke masa.

Selain hal-hal yang disebutkan di atas, sasaran retorika dakwah juga dapat dipetakan dari berbagai lapisan sosial, termasuk kelas atas secara pendidikan dan ekonomi, kelas menengah, dan kelas bawah. Dengan lebih detail, sasaran retorika dakwah juga dapat dipetakan dari berbagai faktor seperti jenis kelamin, lokasi geografis, dan etnis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun