Ibnu Katsir mengidentifikasi orang lain dalam kategori kedua ini, yang dengan tekun menjalankan perintah wajib dan menahan diri dari perbuatan yang dilarang, namun kadang-kadang mengabaikan amalan Sunnah tertentu dan melakukan beberapa perbuatan yang tidak disukai.
Dalam ranah psikologi, keadaan pikiran inilah yang menjadi ciri orang munafik. Sepanjang sejarah, watak ini telah menimbulkan ketakutan terbesar di kalangan umat Nabi, khususnya ketika sebuah faksi muncul, menyatakan keimanan mereka dan ikut serta dalam Perang Badar, namun kemudian mundur ketika berhadapan dengan musuh. Orang-orang munafik menjadi fokus kedua dalam wacana persuasif.
Kelompok ketiga, sesuai dengan arahan Allah untuk "bersaing (dalam melakukan) kebaikan," menanggapinya dengan segera melakukan perbuatan baik (sabiq bil-khairat). Menurut Tafsir Jalalain, ungkapan "bersaing (dalam berbuat) kebaikan" mengandung makna penerimaan dan ketaatan yang segera dan sepenuh hati. Ini mewakili tujuan ketiga dari pemberitaan retorika.
Berikut tiga sasaran retorika dakwah yang berdasarkan dari bagaimana respon mereka terhadap penurunan alquran.
Itulah tiga sasaran retorika dakwah yang didasarkan pada respons mereka terhadap diturunkannya al Quran. Yang terakhir disebut adalah yang terbaik. Dikarnakan mereka adalah sasaran retorika dakwah yang diharapkan dapat melanjutkan gerakan dakwah dari masa ke masa.
Selain hal-hal yang disebutkan di atas, sasaran retorika dakwah juga dapat dipetakan dari berbagai lapisan sosial, termasuk kelas atas secara pendidikan dan ekonomi, kelas menengah, dan kelas bawah. Dengan lebih detail, sasaran retorika dakwah juga dapat dipetakan dari berbagai faktor seperti jenis kelamin, lokasi geografis, dan etnis.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H