Maka kaki pun segera bergegas kembali ke supermarket yang sama. Sayangnya karyawan yang berada di depan mesin kasir telah berganti orang.Â
Tetapi rezeki memang tak kemana. Si mbak ternyata sedang berbenah dekat meja kasir nenyelesaikan tugasnya  Si mbak baru saja berganti shift dengan rekan kerjanya.
Mbak kasir cukup kaget ketika saya menjelaskan masalahnya. Spontan si mbak mengucapkan terima kasih.Â
Saya pun segera dibuatkan setruk baru untuk mi instan yang belum dihitung, dan saya membayar dengan uang pas, tiga ribu rupiah.
Dah, lega hati ini sudah melakukan yang seharusnya. Plong rasanya sudah berusaha menjadi pembeli yang benar. Meskipun jumlahnya tidak seberapa, setidaknya saya sudah berlaku jujur.
Bisa saja saya tidak kembali ke kasir, dan langsung melenggang pulang. Toh tidak ada yang tahu. Saya pun bisa membenarkan diri bahwa itu kesalahan kasir, bukan kesalahan saya.Â
Memang tidak ada yang tahu sih, tapi rasa bersalah itu akan memetap di hati.Â
Kebiasaan menjadi customer jujur sudah saya lakukan sejak saya mulai bisa jajan sendiri, dulu kala masih kanak-kanak.
Terlebih sekarang sudah berkeluarga dan memiliki anak, kebiasaan jujur ini sekalian saya tularkan kepada suami dan anak.Â
Entah sudah berapa kali saya mengembalikan uang pemilik warung atau kasir. Umumnya berupa uang kembalian yang diberikan melebihi yang seharusnya. Bahkan pernah satu kali saya kembalikan beberapa hari kemudian.Â
Hal itu terjadi karena baru beberapa hari setelahnya saya teringat dan merasakan ada sesuatu yang ganjil. Si ibu pemilik warung yang saya kembalikan uangnya sampai sempat terdiam sesaat, sebelum akhirnya tersenyum penuh terima kasih.Â