Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Wayang Golek Tanah Sunda Bisa Bikin Jatuh Cinta

14 November 2023   19:01 Diperbarui: 14 November 2023   19:03 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wayang golek (Foto: Anindyadevi Aurellia/detikJabar)

Komunitas Indonesian Heritage di Kompasiana menggelar lomba menulis artikel. Tema yang diusung cukup menarik yakni tentang kesenian Wayang. Tema ini diambil dalam rangka memperingati Hari Wayang Nasional pada 7 November lalu. 

Jujurly, tema ini cukup memikat sekaligus berat buat saya. Apa dasarnya? Tentu saja karena pengetahuan saya akan wayang mungkin hanya seukuran sebutir debu. Nyaris tidak ada. 

Bukan hanya itu, kesenian wayang sempat ridak mendapatkan tempat sedikitpun dalam dunia seni yang saya cintai. Padahal, saya sendiri menyukai dunia seni. Hal ini mungkin disebabkan karena image wayang yang sudah keburu tidak menarik di mata saya. Bagaimana bisa? 

Perkenalan saya dengan wayang sebenarnya sudah dimulai sejak saya kecil di era tahun 80-an. Waktu itu, TVRI sebagai satu-satunya stasiun televisi, selalu menayangkan pementasan wayang kulit semalam suntuk pada setiap malam pergantian tahun. Pementasan wayang ini menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa pengantar. 

Bagi anak kecil yang tumbuh bukan dalam lingkungan budaya Jawa, tentu pertunjukan wayang sangatlah tidak menarik. Kebetulan pula, tidak ada satupun dari anggota keluarga yang tertarik dengan wayang. Alhasil, setiap kali TVRI menampilkan pertunjukan wayang, televisi langsung dimatikan, hehe... 

Untunglah, kemudian setelahnya saya memiliki sedikit cerita menarik seputar wayang, khususnya wayang golek dari Tanah Sunda. Dengan demikian, meskipun pengetahuan saya dalam hal wayang sangatlah minim, tidak ada salahnya berbagi cerita melalui artikel ini. 

Masa perkuliahan tahun pertama di Kota Bogor menjadi awal perkenalan saya dengan wayang golek. 

Orang yang tidak sengaja mengenalkan saya dengan pertunjukan menarik ini adalah seorang teman kos yang berasal dari Garut.

Satu kali saya melihatnya tertawa-tawa sendiri saat menonton satu acara di televisi. Rasa penasaran menggiring saya ikut duduk manis di sampingnya.

Ternyata acara yang sedang ditayangkan adalah pertunjukan wayang golek. Berlaku sebagai dalang dalam pertunjukan tersebut adalah Ki Dalang Asep Sunandar Sunarya, yang saya tahu kemudian sebagai maestro wayang golek asal Jawa Barat. 

Kemampuan Dalang Asep Sunarya menyajikan cerita dan ngebodor (melawak) melalui wayang golek pun akhirnya sukses menarik atensi saya dan membuat saya ikut tertawa-tawa karenanya.

Saya sendiri lupa bahasa pengantar yang digunakan Dalang Asep Sunarya dalam pertunjukan wayang golek tersebut, sepenuhnya bahasa Sunda atau dicampur dengan Bahasa Indonesia. 

Pengetahuan dan kemampuan saya berbahasa Sunda kala itu memang masih tahap pemula. Namun, mengingat saya ikut menikmati acara tersebut, kemungkinan Dalang Asep Sunarya tidak sepenuhnya nyarios Sunda, tetapi dicampur juga dengan Bahasa Indonesia 

Perjumpaan satu kali ternyata begitu membekas di hati. Cinta pada wayang golek pun mulai bersemi, khususnya wayang golek dengan Dalang Asep Sunarya. 

Sejak itu, setiap kali ada kesempatan luang, saya akan ikutan menonton. Saya pun akhirnya kenal dengan Si Cepot, tokoh bodor yang dimainkan Dalang Asep Sunarya. 

Pertunjukan wayang golek Asep Sunarya kemudian sempat booming pada era tahun 2000-an. Nama acaranya Asep Show dan ditayangkan di MNC TV.

Dalam acara tersebut, Ki Dalang Asep Sunarya tdak ngebodor sendiri. Komedian-komedian ternama zaman itu ikut mengisi acara. Acara Asep Show pun mampu membius penonton dan menjadikan Asep Show sebagai acara yang ditunggu-tunggu pada masa itu.

Saat ini, rekaman acara tersebut masih bisa disaksikan melalui tayangan-tayangan di kanal YouTube.

***

Bersumber dari Kemenparekraf.go.id, kesenian wayang sudah menjadi bagian dari perjalanan sejarah Bangsa Indonesia sejak puluhan abad lalu. 

Kata "wayang" berasal dari Bahasa Jawa yang artinya "bayangan". Dari sisi filsafat, bisa diartikan wayang sebagai cerminan atau bayangan berbagai sifat manusia. Mulai dari sifat pemarah, pelit, serakah, bijaksana dan berbagai sifat manusia lainnya. 

Wayang golek sendiri merupakan salah satu jenis wayang yang terbuat dari boneka kayu. Selain wayang golek, ada pula wayang kulit, wayang geber, dan juga wayang orang.

Wayang golek pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kudus pada tahun 1583 sebagai sarana untuk menyebarkan ajaran Islam. Sunan Kudus membawakan cerita kehidupan sehari-hari dengan nilai-nilai Islam, diselingi dengan humor untuk memikat perhatian para penonton.

Pada awalnya, wayang golek hanya digunakan oleh santri dan ulama. Namun, ketika cicit Sunan Kudus, Panembahan Ratu (1640-1650), memimpin Kesultanan Cirebon, pertunjukan wayang golek mulai populer di tanah Pasundan.

Pangeran Girilaya (1650-1662) turut memperluas popularitas wayang golek saat memerintah. Seiring dengan dibukanya Jalan Raya Daendels, wayang golek tersebar luas ke seluruh penjuru Jawa Barat. (Detik Jabar)

Berkaca dari pementasan wayang golek oleh Dalang Asep Sunandar Sunarya yang sukses memikat banyak atensi pemirsa, terbukti wayang bisa menjadi tontonan menarik ketika dikemas dengan cara menarik pula. 

Tinggal bagaimana para pelaku seni wayang, terutama Dalang berupaya mengembangkan kreasi dan kreativitas dalam penyajian. Sehingga pementasan wayang meskipun bersifat tradisonal tetapi bisa relate dengan kondisi kekinian. 

Kreasi dan kreativitas juga bisa menjadi salah satu upaya melestarikan budaya Nusantara, khususnya wayang. 

#indonesianheritage
#hariwayangnasional

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun