Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Jadi "Anak Bawang" di Rumah, Lari ke Kompasiana

27 Oktober 2023   18:06 Diperbarui: 10 November 2023   14:01 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak kecil, saya lebih tertarik menyampaikan segala sesuatu yang saya rasakan melalui tulisan. Senang, bahagia, sedih, kesal, larinya ke buku harian. Ditambah pula, saya kurang suka"beradu cakap"  secara frontal, apalagi sampai bersitegang urat leher dengan siapapun , males banget. 

Bukan hanya itu, di tengah keluarga, saya juga sering kali dianggap "anak bawang". Terlahir sebagai anak bungsu perempuan membuat pendapat saya sering diabaikan. 

Itu sebabnya, buku harian menjadi tempat pelarian terbaik menyuarakan buah pikiran sendiri. 

Perjumpaan saya dengan Kompasiana pun terjadi tanpa diduga. Didasari oleh hasrat terpendam yang tak kunjung tersalurkan, yakni hasrat untuk mengungkapkan pendapat, menyampaikan keresahan, serta melampiaskan unek-unek. 

Waktu itu sebenarnya saya sudah mencoba menulis beberapa artikel di blog pribadi, tetapi sayangnya sepi pembaca. Saya pun jadi malas melanjutkan menulis di sana. 

Lalu, tanpa sengaja, akhir Oktober 2019, akibat random browsing di internet, ketemulah sebuah artikel dari Kompasiana. Saya lihat, artikelnya seperti catatan pribadi penulisnya. Kesimpulan saya ketika itu, sepertinya siapa saja bisa menulis artikel di Kompasiana. 

Akhirnya, saya cari tahu sendiri bagaimana agar bisa menulis di platform ini, lalu hari itu juga saya mendaftar sebagai member. 

Beberapa bulan pertama jadi kompasianer, artikel-artikel saya ancuuur banget. Kalau dibaca lagi sekarang, geli sendiri. 

Artikel-artikel itu pun masih ada sampai sekarang, enggak saya hapus. Biar saja, buat kenang-kenangan sekaligus pengingat, bahwa saya pernah jadi penulis yang tidak tahu apa-apa.

Sebenarnya wajar sih, namanya penulis pemula, menulis masih sesukanya, semaunya sendiri. Belum mengerti kalau menulis artikel itu ternyata ada teknik, koridor dan pakemnya. Dan semua itu wajib dipatuhi kalau mau tulisan kita dilirik Admin Kompasiana, juga dilirik pembaca. 

Butuh menulis sebanyak 12 artikel terlebih dahulu, sebelum akhirnya artikel saya yang ke-13 mendapatkan label "Pilihan" dari Kak Mimin. 

Dan saya harus menulis 46 artikel selama 4 bulan, sebelum akhirnya pecah telur mendapatkan label "Artikel Utama" pada artikel ke-47.

Sebuah perjalanan yang cukup melelahkan. Tetapi untungnya, tanpa mengeluh, saya menikmati proses tersebut. Saya sadar, bahwa menjadi penulis juga harus banyak belajar, jatuh-bangun sebelum akhirnya bisa "pecah telur" di sana sini. 

Banyak tulisan-tulisan saya diilhami dari apa yang saya lihat, saya dengar, bahkan saya rasakan sendiri. Mulai dari hal seputar parenting atau pola pengasuhan anak, pendidikan, kehidupan pernikahan, hingga beragam fenomena sosial budaya yang sempat terekam di sela-sela tugas saya sebagai ibu rumah tangga. 

Ada kepuasan tersendiri ketika mampu menuntaskan tulisan menjadi sebuah artikel. Terlebih bila artikel tersebut menyasar isu-isu sensitif. 

Kompasiana.com
Kompasiana.com

Salah satunya, ketika saya menulis artikel tentang fenomena memberi hadiah buat guru saat mengambil rapor anak. Isu ini bergerak liar diantara orangtua murid. Saya sendiri sebagai orang tua yang memiliki anak usia sekolah, ikut "terpenjara" dalam budaya ini. 

Artikel tersebut diganjar artikel utama dan masuk "tren pekan ini" dengan keterbacaan tertinggi, kala itu. Beberapa bulan kemudian, artikel tersebut kembali hadir  di halaman utama Kompasiana sebagai artikel "featured".

Kepuasan lain dari menulis pun terbayar lunas ketika artikel saya bisa menginspirasi dan bermanfaat bagi orang lain. Salah satu artikel saya yang menceritakan pengalaman ketika suami saya kena PHK menjadi inspirasi bagi seorang pemuda kenalan saya.

Ketika itu, pemuda ini juga baru saja terkena imbas pengurangan karyawan akibat pandemi COVID-19., dan dirinya sempat putus asa. Setelah membaca artikel saya, semangatnya kembali bangkit untuk mulai mencari pekerjaan. 

Kabar terkini, saya dengar pemuda tersebut telah exist sebagai leader di dunia sales & marketing di sebuah perusahaan jasa. 

Artikel saya yang lain yang juga saya lihat langsung dampak manfaatnya adalah "Begini Sebaiknya Etika Anak terhadap Harta (Warisan) Orang Tua". 

Artikel ini saya bagikan kepada ibu yang menjadi sumber ilham tulisan tersebut. Dan oleh ibu ini, artikel saya tersebut dibagikan ke anaknya. Puji syukur, sejak saat itu, anaknya tidak pernah lagi meneror ibu ini perihal harta warisan.

Itulah yang saya harapkan dari kebiasaan saya menulis. Saya ingin menyuarakan pendapat yang selama ini terpendam, lalu bermanfaat bagi orang lain. Saya juga ingin tulisan saya mengilhami orang lain.

Dengan begitu, saya pun akan tetap bersemangat menjalani hidup, karena ternyata keberadaan saya berguna bagi sesana. 

Ternyata, ada nilai positifnya saya dianggap anak bawang dalam keluarga besar. Kemampuan menulis saya semakin terasah. 

Kini, tanpa perlu kesal karena pendapat saya tidak didengar, atau tidak perlu menyuarakan buah pemikiran secara frontal, saya hanya perlu mengirimkan tulisan saya di. Kompasiana kepada mereka untuk dibaca. 

Berbgai pencapaian sebagai penulis di Kompasiana, pun turut saya bagikan kepada keluarga besar. Melalui ini saya ingin membuktikan bahwa buah pikiran saya bukanlah sekadar buah pikiran tanpa "dasar" yang kuat. 

Tahun ini, Kompasiana memasuki usia 15 tahun. Usia yang sama dengan anak saya yang juga baru saja berulang tahun ke-15. 

Sebagai platform blog terbesar di Asia Tenggara, bahkan mungkin terbesar di dunia, Kompasiana sudah berperan layaknya malaikat penolong bagi banyak penulis dan juga pembaca. 

Penulis dapat menyalurkan aspirasinya melalui tulisan tanpa persyaratan ribeut. Sementara, pembaca mendapatkan sajian artikel informatif dan inspiratif setiap harinya. 

Tidak terasa, sudah empat tahun pula saya bergabung di Kompasiana. Banyak pengalaman didapat, banyak pencapaian diperoleh, terlebih dapat banyak kenalan dan teman baru. 

Selamat ulang tahun, Kompasiana.

Wish you all the best, and you are always the best for me. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun