Tekadnya kali ini, ingin masuk sampai ke dalam monumen, dan sampai ke puncak lidah api.Â
Dengan menumpang Commuter Line, dari Stasiun Pasar Minggu, Jakarta Selatan, kami bergerak menuju Stasiun Juanda di Jakarta Pusat.Â
Dari Stasiun Juanda, dengan berjalan kaki kami melintasi jembatan penyeberangan yang terkoneksi dengan stasiun serta halte transjakarta.
Turun dari jembatan penyeberangan, satu gtup pengamen jalanan menyambut kami. Mereka memainkan musik instrumental menggunakan angklung sebagai alat musiknya. Keren banget! Sayang, saya lupa merekam dan mengambil gambarnya.Â
Kemudian, kami lanjut berjalan kaki sekitar beberapa ratus meter menyusuri sisi Kali Ciliwung menuju gerbang Monas.
Sepanjang jalan yang kami lalui, banyak pedagang kaki lima menggelar dagangannya. Sebagian besar adalah penjual makanan dan minum. Nuansa nusantara sangat kental, karena makanan yang dijual umumnya khas nusantara, seperti soto ayam, sate Madura, nasi goreng, pecel lele, ketoprak, gado-gado, bakso, dan batagor.
Tidak hanya pedagang makanan, pedagang suvenir pun turut mengambil lapak. Umumnya adalah penjual kaus, topi, dan gantungan kunci bertuliskan Monas atau Jakarta.
Meleawati pintu kecil yang hanya bisa dilewati pejalan kaki, hamparan luas halaman hijau menyambut para pelancong. Tugu Monas terpampang jelas di depan sana, menjulang tinggi mengundang segera dihampiri.