Memang sih biasanya kalau sampai diturunkan dan bus sekolah putar balik, penumpangnya tinggal si ganteng dan seorang temannya. Pernah pula tinggal si ganteng sendiri penumpangnya. Namun, seharusnya tidak lantas diturunkan begitu saja.Â
Dari bawah jalan tol layang Andara, masih sekitar 1 km ke Pondok Labu. Nanggung kalau mau naik angkot lagi, karena sama saja nggak jadi berhemat dan tetap tiga kali naik angkot.
Akhirnya dari sini, biasanya anak-anak jalan kaki sampai ke Pondok Labu, baru setelah itu lanjut naik angkot lagi.
Pernah juga beberapa kali si ganteng diturunkan di SMK 41 Kompleks Timah. Dari sana, bus putar balik.
Untungnya kalau dari SMK 41 tinggal beberapa ratus meter lagi sampai Pondok Labu, jadi masih bisalah diterima.
Bahkan pernah satu kali, si ganteng ikut sampai Ciganjur sebelum diantar ke Pondok Labu. Alasannya karena harus mengantar beberapa siswa. Akibat dibawa "jalan-jalan" dulu ke Ciganjur, si ganteng pun tiba di rumah lewat dari pukul 4 sore
Akhir-akhir ini, bus sekolah rute 22 sering dijumpai ngetem di ujung Jalan Ampera, tetapi anak saya nggak mau lagi naik.
"Ngetemnya lama, Ma," kata si ganteng.
"Belum tentu juga langsung ke Pondok Labu. Kalau muter ke Ciganjur dulu, kelamaan..." lanjutnya lagi.
Okelah kalau begitu. Namanya juga fasilitas gratis dari pemerintah daerah, terpaksa ikut aturan main si pemberi fasilitas. Meski seharusnya tidak demikian. Meski seharusnya pelayanan yang diberikan maksimal.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H