Dalam satu kesempatan, sekitar dua tahun lalu, saya mengambil banyak waktu mengobrol dengan Jesika. Dalam obrolan tersebut, terungkap satu mimpi dan doa Jesika untuk ayah dan ibunya. Jesika rindu kedua orangtuanya bisa bersatu kembali.
Kondisinya saat itu memang ayah dan ibunya masing-masing masih sendiri. Terlebih ibu kandung Jesika juga pernah menuturkan kepada Jesika, tersirat keinginan ibunya untuk bisa rujuk kembali dengan ayahnya.Â
Saat menyampaikan mimpinya itu, raut wajah Jesika tampak begitu berbinar sekaligus sedih. Tampak jelas terlihat percikan harapan dari tatapan matanya yang seperti menerawang jauh.
Sayang sekali, harapan dan mimpi Jesika tidak terkabul. Setahun silam, ayahnya menikah dengan wanita lain. Dan Jesika dewasa, seperti biasa menyambutnya dengan datar, minim ekspres. Tidak terlihat sedih, juga tidak terlihat gembira.Â
Saya sangat memahaninya. Mengapa? Karena saya yakin, tidak ada satu anak pun yang mrnginginkan orangtuanya berpisah.Â
Kembali pada judul artikel di atas. Jangan salah kaprah! Itu adalah ungkapan kekesalan saya atas mereka yang tidak mau berjuang mempertahankan pernikahan.Â
Siapa bilang pernikahan itu mudah? Pernikahan menang tidak mudah, kok. Pasangan seromantis atau seideal apapun kelihatannya, pasti pernah berada dalam situasi sulit pada satu masa dalam pernikahan mereka.Â
Mengucap janji pernikahan memang gampang. Tetapi melakoni pernikahan, membutuhkan perjuangan, komitmen dan semangat yang kuat untuk tetap bertahan di dalamnya. Paling tidak, bertahanlah demi anak-anak tidak berdosa yang tidak pernah minta dilahirkan (MW).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H