Paling tidak, setelah saya tidak ada nanti, anak cucu saya masih bisa menikmati buah pikiran saya melalui konten-konten tulisan yang saya tinggalkan. Hal-hal baik tersebut tentu akan sulit digapai jika tidak ada dukungan jaringan internet yang kuat dari IndiHome.Â
Tidak puas hanya dengan berkarya melalui konten tulisan, saya pun kemudian mulai menjajal hal lain. Membuat konten audio visual menjadi keinginan saya berikutnya. Keinginan itu tebersit pada awal tahun 2022. Terlebih pada masa pandemi, konten audio visual berupa video semakin bersinar.Â
Seperti awal membuat konten tulisan, saya pun membuat konten video dari hal-hal sederhana. Hal-hal yang saya lakukan dan temui setiap hari, dan pastinya yang saya sukai.Â
Konten-konten berupa kegiatan ibu rumah tangga sehari-hari mengisi akun pertama saya di YouTube. Lalu, saya mulai fokus pada kegiatan masak-memasak.
Sempat pula galau dan ragu dengan konsep akun tersebut. Akibatnya banyak konten "gado-gado" di dalamnya, alias aneka rupa konten yang tidak pesofik temanya. Namun, akhirnya saya fokus lagi pada konten masak-memasak saja.
Resep-resep hasil kreasi sendiri yang tadinya hanya tersimpan di dapur, akhirnya bisa ditonton banyak pemirsa YouTube. Satu konten membuat gorengan tanpa minyak goreng, bahkan sudah ditonton lebih dari sembilan ribu kali.Â
Dari berbagai sumber, saya mengetahui bahwa untuk akun YouTube, sebaiknya tema konten yang diunggah bersifat spesifik. Hal ini akan memudahkan mesin pencarian YouTube mendeteksi konten-konten kita. Dengan demikian, kemungkinan konten-konten kita lebih sering ditonton akan semakin besar.Â
Ada kebahagiaan tersendiri ketika bisa berbagi resep masakan hasil kreativitas sendiri. Terlebih bila resep tersebut sederhana, murah, bebas kolesterol, tetapi tetap bergizi tinggi.Â
Merekam sebuah kegiatan merupakan satu hal. Tetapi mengedit rekaman menjadi sebuah konten yang siap ditayangkan di media sosial adalah satu hal berbeda.Â
Proses pengeditan dimulai dari memindahkan potongan-potongan rekaman video ke dalam aplikasi edit video. Kemudian, ibarat puzzle, potongan-potongan video tersebut harus disatukan. Dalam proses penyatuan, sering kali ada bagian-bagian video.yang harus dipotong, dipisahkan, atau dibuang.Â
Setelah disatukan, kegiatan dilanjutkan dengan menambahkan narasi audio atau narasi teks di bagian-bagian tertentu. Agar semakin menarik, di bagian-bagian tertentu pula harus ditambahkan audio berupa alunan musik.Â