Suami juga menyimpan nomor telepon pemilik bengkel. Sewaktu-waktu bila diperlukan, pemilik bengkel bisa dihubungi dengan mudah.Â
Begitu kejadian mogok Rabu kemarin, tentu suami bingung. Jarak 15 km dari bengkel langganan, suami tidak tahu harus bagaimana. Rasanya seperti tidak mungkin membawa motor pulang dalam kondisi mesin mati.Â
Akhirnya, suami mencoba berinisiatif. Saat waktu makan siang, suami mengantar motornya ke sebuah bengkel dekat kantor.
Informasi tentang bengkel ini didapat dari petugas keamanan kantor. Dengan dibantu ojek pangkalan, motor ditarik dengan tali sampai ke bengkel. Lalu motor ditinggal, dan suami balik ke kantor.Â
Sebelumnya suami meminta tolong pada pemilik bengkel agar nengecek terlebih dulu apa yang rusak, dan dihitung berapa biayanya.Â
Suami minta dihubungi dulu untuk konfirmasi biaya sebelum motor diperbaiki. Taklama tiba di kantor, suami dihubungi pihak bengkel. Pihak bengkel mengatakan bahwa banyak bagian mesin motor yang harus diganti. Total biayanya 1,2 juta rupiah.
Sontak suami kaget. Belum pernah kami membayar semahal itu untuk perbaikan motor.Â
Setelah berembuk dengan saya melalui telepon, diputuskan motor diambil kembali ke kantor. Batal memperbaiki di bengkel tersebut.Â
Malamnya, sepulang kantor, motor pun dibawa pulang. Masih dengan bantuan ojek pangkalan, motor ditarik dengan tali tambang. Jarak 15 km pun terasa begitu jauh dan melelahkan bagi suami.Â
Malam itu juga, motor langusng diinapkan di bengkel langganan.Â
Selama dua hari berikutnya, motor harus "opname" di bengkel. Sepertinya "sakit" si motor cukup parah.