Pemilik kendaraan bermotor sebaiknya tidak memercayakan kendaraannya ke sembarang bengkel. Bila tidak, bisa fatal akibatnya.Â
HARI Rabu lalu, suami mengalami hari yang sibuk. Bukan sibuk karena pekerjaan, tetapi sibuk karena motor.Â
Diawali saat berangkat ke kantor, motor yang suami dan anak saya tumpangi tiba-tiba mati. Posisi saat itu baru setengah perjalanan menuju ke kantor. Belum juga tiba di sekolah anak saya.Â
Motor dicoba dinyalakan kembali tidak bisa. Anak saya pun terpaksa dipesankan ojek daring untuk melanjutkan perjalanan ke sekolah.Â
Motor kami ini memang rada aneh sejak seminggu sebelumnya. Suaranya yang halus tiba-tiba semakin hari semakin terdengar kasar. Suami pun sudah berniat untuk membawanya ke bengkel langganan pada Sabtu ini.Â
Setelah mencoba lagi beberapa menit, motor bisa menyala kembali. Namun, sisa perjalanan ke kantor sangat melelahkan. Dalam sisa jarak 8 km, motor beberapa kali mati mesin. Hingga sekitar 100 meter dari kantor, mesin motor mati total. Mau tidak mau motor didorong sampai ke kantor.Â
Selama ini, suami memercayakan motornya di sebuah bengkel motor langganan. Masih tetangga juga. Letaknya tidak jauh dari rumah.Â
Pemilik bengkel adalah seorang yang jujur. Setidaknya itu yang kami lihat. Bertahun-tahun berlangganan di sana, motor kami tetap topcer hingga kini. Padahal motor ini usianya sudah tidak muda lagi. Kami membelinya 11 tahun silam. Rutin servis juga membuat motor ini tidak pernah mengalami kerusakan berarti.Â
Pemilik bengkel selalu mengatakan apa adanya tentang kondisi motor, ketika motor sedang diperbaiki atau diservis. Tidak melebihkan atau mengurangkan. Tidak juga asal ganti onderdil.Â
Itu sebabnya, jasa servis motor di bengkel langganan ini tidak memberatkan saku. Paling mahal kami pernah membayar Rp400.000, - untuk satu kali servis besar.