Sebelum dan sesudah WFH, para suami pun bisa membantu pekerjaan istri mengerjakan pekerjaan rumah tangga, momong anak, atau juga menemani anak belajar.Â
Begitu pula para istri yang bekerja, sebelum dan sesudah WFH, bisa segera berjibaku dengan pekerjaan rumah yang belum kelar.Â
Namun demikian, WFH juga meminta beberapa konsekuensi. Dibutuhkan kedisiplinan tingkat dewa untuk melakukan dan menghasilkan pekerjaan dengan kuantitas dan kualitas yang sama seperti bila WFO.Â
Tetap bangun pagi seperti biasa layaknya WFO, tidak terlambat memulai pekerjaan, tetap fokus, dan sebisa mungkin tidak terganggu pada hal-hal yang bisa merusak konsentrasi bekerja.
Maksudnya disini, tidak boleh ada perbedaan jam kerja antara WFO dan WFH. Bila saat WFO, delapan jam sehari dengan satu jam istirahat, ya lakukan hal yang sama juga ketika WFH.Â
Jadi intinya, WFH jangan dijadikan kesempatan untuk memanfaatkan jam kerja buat rebahan, berleha-leha, atau untuk kesenangan sendiri, apalagi sampai berpikir mumpung atasan tidak melihat.Â
Bahkan sebaliknya, masa WFH bisa dimanfaatkan menjadi momen untuk menggali kreativitas dalam berkarya di luar pekerjaan utama, dengan memanfaatkan waktu sebelum dan sesudah WFH yang seharusnya dihabiskan untuk perjalanan pergi dan pulang kantor.Â
***
Sebagai istri dan ibu rumah tangga, saya sendiri lebih suka bila suami WFH. Efek terbaiknya, kuantitas dan kualitas kebersamaan semakin meningkat. Dan tentu saja, pos pengeluaran berkurang, lumayan untuk nambah-nambahin buat beli segenggam berlian, hehe...Â
Hanya sayangnya, jenis pekerjaan suami memang sulit dilakukan di rumah, terutama untuk saat ini. Kecuali bila suatu saat perusahaan mampu meng-up grade sistem dan sumber daya yang lebih baik dengan teknologi yang lebih canggih. Sehingga tanpa perlu ke kantor, karyawan bisa WFH, dan hasil pekerjaannya sama efektif dan produktif, tidak ada beda layaknya WFO.Â
Akhir kata, WFO maupun WFH memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Setiap sistem memberikan konsekuensi berbeda, baik bagi perusahaan atau instansi yang mengadakan, maupun bagi pekerja. Tinggal bagaimana perusahaan dan karyawan mampu bergandengan tangan berkolaborasi sebaik mungkin demi kepentingan bersama.Â