Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

4 Alasan Lebih Nyaman Berbelanja di Pasar Swalayan daripada Pasar Tradisional

10 Januari 2023   10:55 Diperbarui: 10 Januari 2023   16:41 1906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Shutterstock via Kompas.com) 

Kegiatan berbelanja kebutuhan rumah tangga bisa dilakukan di mana saja, di warung sebelah, pasar tradisional, ataupun di pasar swalayan. 

Buat setiap rumah tangga, berbelanja kebutuhan dapur juga kebutuhan rumah tangga merupakan sebuah rutinitas. Aktivitas ini harus dijalani setiap hari atau dalam beberapa hari sekali, atau mungkin juga dalam beberapa minggu sekali. 

Saya sendiri memiliki pilihan tempat berbelanja yang cukup banyak. Untuk kebutuhan bahan pangan basah setiap hari, seperti ikan, daging ayam, sayur, dan buah-buahan, saya tidak pusing. Banyak warung bertebaran di kawasan pemukiman tempat tinggal saya. Warung-warung tersebut meski hanya berskala rumahan, menyediakan bahan pangan segar yang cukup lengkap. 

Lain halnya bila kebetulan saya membutuhkan bahan pangan basah dalam jumlah lebih banyak dari biasanya, dan variannnya beraneka ragam, saya akan lari ke pasar tradisional atau ke pasar swalayan. Keduanya berlokasi tidak jauh dari rumah. 

Sementara untuk kebutuhan bahan pangan kering dan kebutuhan rumah tangga lainnya, saya lebih suka berbelanja di pasar swalayan daripada pasar tradisional. 

Kebetulan, pasar swalayan tempat saya rutin bersambang, menyediakan ragam kebutuhan rumah tangga yang cukup lengkap. Bahan pangan baik kering maupun basah, segala macam kebutuhan rumah tangga, peralatan dapur, pakaian, sepatu, sandal, alat make up, produk perawatan kulit, kebutuhan sekolah hingga mainan anak tersedia di pasar swaakayn ini. 

Tidak hanya itu, pilihan saya ke pasar swalayan ini juga karena harga barang-barang yang dijual di sana, tidak ada bedanya dengan harga barang di pasar tradisional, bahkan sering kali lebih murah. 

Kalau ditanya, mana yang lebih nyaman antara berbelanja di pasar tradisional atau di pasaran swalayan, jujur saya akan katakan, buat saya, lebih nyaman berbelanja di pasar swalayan.

Namun, menang harus jeli memilih swalayan yang harga barangnya tidak berbeda dengan harga barang di pasar tradisional. 

Bersih

Sudah bukan rahasia lagi, kondisi pasar tradisional di negeri ini pada umumnya, kurang layak dalam hal kebersihan. 

Kondisi tersebutlah yang membuat pengunjung, termasuk saya, sering merasa kurang nyaman berbelanja di sana. 

Terlebih saat musim penghujan, pengunjung pasar harus berhati-hati dalam melangkah. Lengah sedikit saja, kaki dan sandal atau sepatu bisa basah kuyup dan juga kotor karena menginjak genangan air. 

Yang terinjak sering kali bukan hanya sekadar air hujan, tetapi air genangan yang sudah bercampur sampah aneka rupa dan berwarna kehitaman. Sudah terbayang kan bagaimana menjijikkannya itu? Belum lagi pemandangan sampah yang tersebar di berbagai sudut pasar. 

Berbeda halnya dengan pasar swalayan.Kondisi si pasti swalayan umumnya cukup bersih, bebas sampah, dan pastinya tidak perlu takut akan adanya jebakan berupa genangan air (kotor). 

Harga pasti

Harga barang di pasar tradisional ada kalanya tidak pasti dan masih harus ditawar. Buat orang yang tidak paham dengan harga terkini dan tidak suka sesi tawar menawar, seperti saya, sangat kesulitan menentukan harga layaknya suatu barang, sesuai dengan kualitasnya. 

Ditambah lagi, adanya kecenderungan penjual di pasar tradisional yang melebih-lebihkan harga, demi mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. 

Sementara kebalikannya, harga barang-barang di pasar swalayan sudah pasti. Harga barang tertera di rak, ditempel di barang atau di plastik pembungkus barang tersebut.

Keuntungannya, pengunjung tidak perlu lagi bertanya tentang harga barang, umumnya harga berbanding lurus dengan kualitas barang, dan yang pastinya, tidak perlu lagi ada adegan adu urat tawar menawar. 

Saya lebih menyukai situasi seperti ini. Tanpa perlu repot-repot mencari tahu berapa harganya kita hanya perlu mengambil barang dan melihat harga yang sudah tertera, lalu membayar di kasir kalau cocok. 

Santai, tidak ditunggui

Bagi wanita umumnya, kegiatan berbelanja itu tak ubahnya juga ibarat kegiatan refreshing, atau healing kata anak sekarang. 

Oleh karena itu, alangkah menyenangkan bila aktivitas berbelanja bisa dilakukan dengan santai.

Tanpa terburu-buru atau ada yang memburu, calon pembeli dapat terlebih dahulu berkeliling, melihat-lihat dan membandingkan harga barang sebelum memilih barang yang hendak dibeli. 

Sebaliknya, berbelanja di pasar tradisional tidak bisa santai. Baru berdiri beberapa detik saja di depan lapak pakaian wanita, misalnya, pembeli langsung disanbut dengan kalimat, "Cari apa, Mbak?"

Padahal kita tertarik dengan satu baju yang dipajang, misalnya, tetapi ingin melihat dulu, belum berniat untuk membeli. Namun, tidak menutup kemungkinan juga kita akan membelinya jika ternyata cocok. 

Hanya saja, karena penjualnya langsung menghampiri, bertanya, menunggui, bahkan mengekor di belakng pembeli, saya khususnya, malas untuk meneruskan melihat-lihat. Tidak nyaman rasanya, seperti berada dalam situasi under pressure, hehe.. 

Bebas muka judes

Di antara kita mungkin pernah melihat penjual atau pemilik lapak yang mengomel karena barangnya tidak jadi dibeli. Atau kita pernah mendapatkan omelannya? 

Di pasar tradisional, hal seperti ini bisa saja kita kita jumpai. Coba saja berkunjung ke beberapa toko, melihat-lihat di sana, lalu keluar tanpa membeli apapun. Niscaya kita akan berjumpa dengan minimal satu penjual atau pemilik lapak yang langsung menggerutu karena kita tidak membeli barang dagangannya. 

Kalau pun tidak menggerutu, mereka akan memasang muka judes yang menakutkan. Yang membuat calon pembeli kapok datang lagi. Merugikan penjual sendiri. 

Kejadian seperti ini sering saya jumpai di kota tempat tinggal saya, perbatasan Jakarta Depok, entah di kota lain. Mungkin saja berbeda sesuai budaya daerah setempat. 

Situasi tersebut berbeda dengan pasar swalayan, pembeli tidak akan menghadapi pengalaman seperti itu. Umumnya pengunjung bebas melihat-lihat barang yang dipajang, selama yang pengunjung mau.

Pun tidak akan ada yang memarahi jika pengunjung sekadar melihat-lihat tanpa membeli apapun. Bahkan karyawan di sana umumnya memasang muka ramah, penuh senyum dan salam. 

Uniknya, sependek pengetahuan saya, situasi penjual yang judes, sepertinya tidak pernah saya temui di tempat kelahiran saya di Kota Tanjungandan, Belitung. Padahal saya dulu paling sering diajak ibu menemaninya berbelanja di pasar.

Seingat saya penjual di sana ramah-ramah. Kalau pun kita tidak jadi membeli, penjual akan tetap tersenyum dan mengucapkan terimakasih.  

Keramahan yang sama juga saya temui saat tinggal di Bogor. Penjual di pasar tradisional di Kota Bogor umumnya bersikap ramah kepada pengunjung, entah mereka akan membeli atau tidak dagangannya. 

Lalu mengapa di pinggiran Ibukota berbeda? Mungkin perlu satu artikel khusus untuk mengupasnya, hehe... 

***

Melalui tulisan ini, saya tidak bermaksud untuk mendiskreditkan pasar tradisional. Saya hanya berbicara fakta dan realitas yang saya lihat dan alami. 

Lagipula hal ini berbicara tentang selera. Setiap pengunjung atau pembeli memiliki selera berbeda dalam memilih tempat berbelanja. Pasar tradisional maupun pasar swalayan akan tetap memiliki pangsa konsumen sendiri. 

Namun, kalau mereka yang menjadi bagian dari pasar tradisional ingin meniru metode berbisnis dari pasar swalayan juga tidak apa-apa. Berarti akan ada perubahan ke arah yang lebih baik, ya kan? (MW) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun