Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

4 Alasan Lebih Nyaman Berbelanja di Pasar Swalayan daripada Pasar Tradisional

10 Januari 2023   10:55 Diperbarui: 10 Januari 2023   16:41 1906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Shutterstock via Kompas.com) 

Santai, tidak ditunggui

Bagi wanita umumnya, kegiatan berbelanja itu tak ubahnya juga ibarat kegiatan refreshing, atau healing kata anak sekarang. 

Oleh karena itu, alangkah menyenangkan bila aktivitas berbelanja bisa dilakukan dengan santai.

Tanpa terburu-buru atau ada yang memburu, calon pembeli dapat terlebih dahulu berkeliling, melihat-lihat dan membandingkan harga barang sebelum memilih barang yang hendak dibeli. 

Sebaliknya, berbelanja di pasar tradisional tidak bisa santai. Baru berdiri beberapa detik saja di depan lapak pakaian wanita, misalnya, pembeli langsung disanbut dengan kalimat, "Cari apa, Mbak?"

Padahal kita tertarik dengan satu baju yang dipajang, misalnya, tetapi ingin melihat dulu, belum berniat untuk membeli. Namun, tidak menutup kemungkinan juga kita akan membelinya jika ternyata cocok. 

Hanya saja, karena penjualnya langsung menghampiri, bertanya, menunggui, bahkan mengekor di belakng pembeli, saya khususnya, malas untuk meneruskan melihat-lihat. Tidak nyaman rasanya, seperti berada dalam situasi under pressure, hehe.. 

Bebas muka judes

Di antara kita mungkin pernah melihat penjual atau pemilik lapak yang mengomel karena barangnya tidak jadi dibeli. Atau kita pernah mendapatkan omelannya? 

Di pasar tradisional, hal seperti ini bisa saja kita kita jumpai. Coba saja berkunjung ke beberapa toko, melihat-lihat di sana, lalu keluar tanpa membeli apapun. Niscaya kita akan berjumpa dengan minimal satu penjual atau pemilik lapak yang langsung menggerutu karena kita tidak membeli barang dagangannya. 

Kalau pun tidak menggerutu, mereka akan memasang muka judes yang menakutkan. Yang membuat calon pembeli kapok datang lagi. Merugikan penjual sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun