Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Anak Tidak Hormat pada Orangtua, Mau Menuai Apa?

3 Januari 2023   14:55 Diperbarui: 3 Januari 2023   18:37 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Pexels.com/ANDREA PIACQUADIO)

Tahun baru 2023 sudah memasuki hari ketiga. Banyak resoluai telah diikrarkan, untuk selanjutnya menanti eksekusi. Beberapa perayaan pun telah lewat. Khususnya bagi umat Kristen, perayaan Natal baru saja berlalu.

Momen Natal sebagai peringatan kelahiran Yesus Kristus ini umumnya banyak dijadikan momen spesial untuk berkumpul bersama keluarga tercinta.

Biasanya, sebisa mungkin, anak-anak yang tinggal di perantauan, akan menyempatkan waktu untuk pulang kampung, kembali ke rumah orang tua untuk merayakan Natal bersama.

Kurang lengkap rasanya, bila tidak merayakan Natal bersama orang tua. Banyak anak bahkan jauh-jauh hari mengumpulkan uang untuk persiapan ongkos mudik dan membeli oleh-oleh, guna menyenangkan hati orang tua.

Bukan hanya pada hari Natal, pada hari-hari raya agama lainnya, kebiasaan ini pun berlaku. Tiket pesawat, kereta api hingga bus ludes diborong pemudik.

Saya ingat dulu, setelah bekerja dan memiliki uang sendiri, setiap Natal selalu saya usahakan untuk pulang kampung. Sekalipun harga tiket pesawat melejit, saya tetap mudik. 

Yang saya pikirkan satu, perayaan Natal hanya setahun sekali. Orang tua juga sudah mulai sepuh, kita tidak tahu berapa lama lagi umur mereka.

Pun kita tidak tahu, akankah kita masih bisa merayakan Natal bersama mereka pada tahun-tahun berikutnya. Itu sebabnya, sebisa mungkin saya sisihkan uang untuk bisa merayakan Natal bersama orang tua di kampung.

Di tengah hiruk pikuknya anak-anak di perantauan ingin berkumpul bersama orang tua ketika hari raya, saya beberapa kali mendengar cerita tentang anak yang tidak mau mudik ke rumah orang tuanya pada saat momen hari raya, padahal jarak, waktu serta fasilitas sangat memungkinkan. 

Alasannya beragam, tetapi yang umum saya dengar karena adanya ketidakharmonisan hubungan anak dan orang tua. 

Yang paling miris yang baru saja saya dengar dari cerita seorang kerabat, seorang anak yang tinggal hanya berjarak 30 km dari rumah dimana orangtuanya tinggal (setara dengan jarak Depok-Bekasi) tidak mau mengunjungi orang tuanya saat Natal, bahkan menelepon mengucapkan selamat Natal pun tidak. 

Ketika ada kesempatan menelepon, dan orangtuanya bertanya mengapa tidak datang, si anak malah balik bertanya, kenapa tidak kalian saja yang datang ke tempat kami? 

Sungguh aneh, kalau tidak bisa dibilang kurang ajar. Padahal anak ini memiliki fasilitas lumayan lengkap. Ada mobil yang siap digunakan kapan saja. Sementara orang tuanya tidak memiliki mobil. 

Yang membuat makin heran, sang anak justru mampu menghabiskan masa Natal di rumah mertuanya. 

Hormat pada orang tua adalah kewajiban

Harus diakui, hubungan anak dan orang tua ada kalanya tidak selalu mulus. Banyak hal bisa menimbulkan selisih paham antara orang tua dan anak. 

Akan tetapi, perlu diingat, sebagai anak, hormat pada orang tua adalah kewajiban. 

Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN Allahmu, kepadamu. (Hukum Taurat) 

Oleh sebab itu, sekesal apapun anak pada orang tua, tidak patut anak berbalik marah dan balas dendam pada orang tua. 

Bila menilik dari bunyi Hukum Taurat di atas, hormat pada orang tua itu tanpa syarat. Tidak peduli orang tua salah atau benar, tugas anak hanyalah hormat. Hormat pada orang tua juga merupakan syarat untuk hidup kita diberkati Tuhan. 

Wujud hormat pada orang tua

Menghormati orang tua akan tercermin dalam sikap, perkataan dan perilaku sebagai anak. 

Bagi anak-anak yang sudah berusia dewasa dan sudah hidup mandiri, berbicara sopan, lemah lembut, dan berlaku sabar terhadap orang tua adalah beberapa contoh sederhana dari sikap hormat pada orang tua. 

Mengunjungi orang tua, terlebih pada hari raya keagamaan juga merupakan salah satu wujud hormat kepada mereka. Terlebih bila tinggal berdekatan, berjarak hanya sejauh puluhan kilometer saja. 

Pengecualian berlaku bila memang jarak tidak memungkinkan. Tinggal berbeda pulau, atau berjarak ratusan kilometer, hingga membutuhkan persiapan uang dan waktu yang tidak sedikit. Atau situasinya seperti pandemi covid-19, di mana terjadi pembatasan pergerakan masyarakat. Atau, sedang berada dalam tugas pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan.

Beberapa alasan tersebut bisa dimaklumi. Itupun paling tidak harus tetap menelepon orang tua pada hari raya. Menanyakan kabar dan mengucapkan selamat. 

Tentu bisa dibayangkan, betapa sedihnya orang tua, blla anak, dan mungkin juga menantu dan cucu tidak datang pada momen-momen spesial, padahal kehadiran mereka begitu diharapkan.

Mungkin saja orang tua sudah menyiapkan segala sesuatu, termasuk menyiapkan aneka hidangan dan mungkin hadiah untuk anak dan cucu, tetapi justru mereka tidak hadir. Tidakkah hal ini sangat mengecewakan orang tua?

Melihat contoh itu saja, tegakah kita mengecewakan dan membuat sedih orang tua kita sendiri? Semarah apapun pada orang tua, seharusnya anak tidak tega melakukan itu.

Umur orang tua di luar kuasa kita

Ketika anak sudah dewasa, terlebih sudah berumah tangga, tentulah orang tua juga sudah berusia cukup tua. Pengalaman saya, umur orang tua tidak bisa kita prediksi. 

Saya sangat terpukul ketika tiba-tiba saja, ayah saya pergi selamanya. Ini terjadi beberapa tahun silam. Tidak pernah menyangka kalau ayah akan pergi secepat itu. 

Selesai operasi prostat, semula keadaan ayah membaik. Entah kenapa, memasuki hari ke empat pascaoperasi, tiba-tiba kondisi ayah menurun, lalu koma dan akhirnya meninggal. 

Kenangan Natal terakhir bersama ayah menjadi Natal yang tak penah terlupakan, dan saya bersyukur bisa bersama ayah di Natal terakhirnya. 

Namun di luar itu, banyak penyesalan atas hal-hal yang belum sempat saya lakukan untuk ayah. 

Itulah sebabnya, sebagai anak, sebaiknya jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan untuk bertemu orang tua. Terutama momen penting pada hari raya. Karena apa? Karena kita tidak pernah tahu sampai kapan umur orang tua kita. 

Jangan sampai timbul penyesalan setelahnya., setelah orang tua tidak ada lagi. 

Hukum tabur tuai

Apa yang kita tabur, itu pula yang akan kita tuai. Sering disebut pula hukum tabur tuai. 

Hukum tabur tuai sendiri adalah hukum Allah dan juga hukum alam. 

Contoh sederhana saja, apa mungkin kita akan menuai jeruk manis jika yang kita tabur adalah bibit peria yang berbuah pahit? 

Begitu pula dalam kehidupan, pantaskah kita mengharap kebaikan di masa depan, jika selama ini yang kita tabur adalah kejahatan? 

Mungkinkah kita menuai hal-hal baik jika selama hidup kita banyak menabur hal-hal buruk. 

Sudah banyak saya lihat, anak yang dulunya berlaku tidak hormat pada orang tua, pada masa tuanya, anak-anaknya pun tidak menghormatinya. Itulah yang namanya hukum tabur tuai. 

Memang, mungkin saja akibatnya tidak dirasakan sekarang. Bisa jadi tuaian itu didapat bertahun-tahun kemudian, sepuluh atau dua puluh tahun kemudian. Makanya sering kita dengar, Tuhan tidak tidur, Tuhan melihat semuanya.

Pertanyaan terakhir untuk refleksi diri, sudahkah kita bersikap hormat pada orang tua? 

Mumpung masih awal tahun, hormat pada orang tua bisa dijadikan resolusi tambahan, untuk dieksekusi sepanjang tahun yang baru ini. Agar hidup kita dapat menuai hal-hal yang baik, sekarang maupun pada masa yang akan datang. (MW)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun