Dua ribu tahun kemudian, Yesus pun tetap lahir, tetapi kali ini lahir di hati setiap umat. Oleh karena itu, respon umat pun harus bersukacita seperti para gembala bersukacita. Bukan hanya pada hari Natal, tetapi bersukacita setiap hari, setiap saat.
Contoh kecil penerapannya adalah dalam lingkungan keluarga. Suami dan isteri harus menjaga suasana damai dalam keluarga, harus selalu menyulut sukacita. Sekalipun ada masalah, ada guncangan, tetap mengandalkan Tuhan.Â
Setelah kembali ke rumah, ketika kami sedang berkumpul sekaligus menjamu seorang teman gereja, penjual kerupuk gendar langganan kami datang menawarkan dagangannya.
Penjual kerupuk gendar ini adalah seorang gadis kecil berusia 11 tahun. Kegiatan berjualan dilakukannya untuk membantu menopang kondisi ekonomi orangtuanya.
Gadis kecil ini sudah berkali-kali datang ke rumah, dan kami selalu membeli dagangannya. Saya pun kadang berbagi makanan yang tersedia di rumah.
Membeli dagangan pedagang kecil merupakan cara kita menolong mereka.
Ketika saya mulai membuat aneka kue kering untuk sajian di hari Natal, dan kebetulan si gadis kecil datang ke rumah, gadis kecil ini ikut merasakan kue buatan saya, sekaligus saya bekali untuknya.
Yang sungguh berkesan pada hari Natal kemarin, gadis kecil penjual kerupuk gendar ini mengucapakn selamat Natal kepada saya,Â
"Ibu, selamat hari Natal ya. Semoga banyak rejeki dan berlimpah berkah ya, Bu."
Saya sangat terharu mendapat ucapan ini, bahkan dari seorang gadis penjual kerupuk. Di tengah banyak kelompok masyarakat yang tidak mau mengucapkan selamat Natal, gadis kecil ini tiada sungkan menyampaikannya.
Saya mengajaknya untuk menikmati hidangan, tapi dia menolak karena harus segera berjualan. Maka saya segera membungkus cepat aneka makanan kecil dan minuman manis untuknya.Â
Pada perayaan Natal tahun ini, saya dan suami juga merasakan satu kepuasan, ketika kami boleh menjadi saluran berkat bagi seorang kenalan baru di gereja yang hidup sebagai warga pra sejahtera.Â