Oleh sebab itulah, Yesus Kristus datang ke dunia, 2000 tahun yang lalu, untuk memberi kepastian kepada seluruh umat manusia.Â
Kepastian akan penebusan dosa, kepastian akan damai sejahtera, kepastian akan sukacita, termasuk kepastian akan kehidupan kekal di surga kelak.Â
Merujuk pada tema tersebut, pendeta menekankan satu hal. Bahwa demi memperoleh kepastian hidup baik di bumi maupun setelah kematian, hidup sungguh-sungguh mengasihi dan takut Tuhan adalah kewajiban setiap umat.
Mengasihi dan takut Tuhan bukan hanya sekadar perkataan, tetapi benar-benar terwujud dalam tindakan nyata.Â
Rajin membangun ibadah pribadi setiap hari, rajin membaca Alkitab, membangun komunikasi dengan Tuhan melalui doa-doa yang dipanjatkan, dan rindu beribadah di gereja setiap hari ibadah.Â
Tidak hanya itu, nengasihi Tuhan yang paling nyata juga harus tampak dalam hal mengasihi sesama. Karena omong kosong belaka bila kita berkata bahwa kita mengasihi Tuhan yang tidak kelihatan, jika kenyataanya kita tidak mengasihi sesama yang terlihat, yang ada di sekitar kita.Â
Pada hari Natal 25 Desember, ibadah di gereja kami juga diadakan sebanyak tiga kali, pukul 08.00, 10.30, dan pukul 13.00. Kami sendiri kembali mengikuti ibadah sesi dua pukul 10.30.Â
Wajah-wajah penuh sukacita tampak dari setiap jemaat yang hadir. Sepertinya semua umat bergembira karena pelaksanaan ibadah Natal sudah seperti masa sebelum pandemi. jemaat saling bersalam-salaman mengucapkan selamat hari Natal.
Kotbah pendeta di ibadah hari Natal masih menyambung tema di ibadah malam Natal sebelumnya, dimana Natal membawa kepastian. Kali ini kepastian akan sukacita menjadi pembahasan utama. Ketika lahir ke dunia, Kristus membawa sukacita.Â
Hal ini tampak ketika para malaikat surgawi mengabarkan kelahiran Yesus kepada para gembala yang sedang menggembalakan ternaknya di padang.Â
Sesaat setelah mendapat kabar sukacita tersebut, para gembala pergi menemui bayi Yesus. Mereka pun bersukacita akan kelahiran Sang Juru selamat.