Saya senang bergaul dengan siapapun. Saya juga suka berinteraksi dengan siapa saja, selama orang tersebut berada dalam koridor yang sudah saya tentukan sejak semula, berada dalam garis-garis batas toleransi yang sudah saya tarik sedari awal.
Dengan demikian, bila ada seorang yang saya kenal, dan kemudian saya tahu dia melakukan hal-hal di luar batas toleransi saya, maka saya akan menarik diri menjauhi orang tersebut.
Misalnya saja, seorang wanita yang baru saya kenal ternyata adalah seorang yang menganut gaya hidup bebas, maka saya akan membatasi diri bergaul dengannya.Â
Atau, ketika seorang wanita yang baru saya kenal ternyata adalah seorang yang senang gibah, maka saya juga akan bergaul seperlunya dengan wanita ini. Paling banter saya hanya akan say hello dan basa-basi ala kadarnya.
Bukan hanya dengan wanita saya melakukan demikian, terlebih dengan lawan jenis. Ketika gadis dulu, saya sangat selektif bergaul.
Saya hanya akan bergaul lebih dekat dengan laki-laki yang hidupnya nggak neko-neko. Yang pasti, bukan penggemar kehidupan malam, bukan penganut gaya hidup bebas, dan yang isi otaknya "bersih".
Kalau ada isi otak yang bersih, berarti ada isi otak yang kotor dong ya? Tentu saja. Otak yang kotor bukan berarti otak yang tidak pernah diccuci pakai detergen atau yang tidak pernah dibawa ke laudry ya...
Seseorang dikatakan memiliki otak yang kotor adalah ketika perkataan yang keluar dari mulutnya seringkali adalah perkataan-perkataan yang kotor, tidak sopan, tidak senonoh, dan selalu berbau cabul.
Orang-orang yang berotak kotor, memiliki ciri-ciri diantaranya akan mengaitkan segala sesuatu dengan hal-hal cabul. Misalnya, kita mungkin pernah melihat atau mendengar orang akan tertawa-tawa hanya karena mendengar satu kata seperti "pisang", "sosis", "susu","panjang", atau "becek".
Bukan hanya tertawa-tawa, orang berotak kotor ini bahkan bisa mengulik berpanjang lebar, saling bersahut-sahutan hanya untuk membahas kata-kata di atas, yang sebenarnya hanya kata-kata biasa di dalam pikiran orang-orang yang berotak bersih dan waras.
Segala yang kotor bila dibiarkan, lama kelamaan akan menimbulkan penyakit. Pakaian kotor yang sudah lama tidak dicuci, akan menyimpan bakteri dan kuman di permukaan kain yang akan menularkannya kepada si pemakai baju tersebut. Rumah yang kotor dan jarang dibersihkan akan menjadi sarang debu, serangga dan berbagai kuman yang dapat menyebabkan penyakit bagi penghuni rumah.
Begitu pula dengan orang yang berotak kotor dan dibiarkan, suatu saat akan timbul "penyakit" pada orang tersebut. Bahkan bisa berujung petaka bagi dirinya juga orang lain.
Lebih jelasnya tiga hal berikut membuat saya tidak mau bergaul dengan laki-laki yang berotak kotor.
Pertama, saya risih dan jijik mendengar perkataan-perkataan kotornya tersebut.
Kedua, saya tidak mau mencemari pikiran saya dengan segala hal yang berbau cabul.
Ketiga, sebagai upaya menjaga diri saya sendiri dari perlakuan tidak senonoh termasuk melindungi diri dari pelecehan seksual. Karena laki-laki dengan isi otak yang kotor tidak akan pernah menghargai wanita. Mereka hanya akan melihat wanita sebagai objek seksual belaka.
Mungkin diantara kita pernah bertanya-tanya mengapa ya ada orang-orang yang senang bicara kotor? Sedikit-sedikit bicara porno, dan segala sesuatu dihubungkan dengan hal-hal cabul? Mungkin saja salah satu penyebabnya berikut ini.Â
1. Tayangan cabul dan bacaan cabul
Aktivitas menonton tayangan cabul seperti video porno, film bokep, games dan animasi cabul, tayangan-tayangan vulgar di media sosial akan sangat berbahaya bagi kesehatan pikiran, lebih-lebih bila sudah ketagihan.
Tanpa disadari, ketika menonton tayangan porno, kita sedang mengisi pikiran kita dengan hal-hal kotor dan merusak.Â
Akibatnya, apa saja yang dilihat, apa saja yang dibaca, atau apa saja yang didengar di luar video porno, secara otomatis akan tersambung kepada hal-hal kotor yang selama ini menjadi tontonan dan sudah tersimpan rapi dan menumpuk dalam pikiran. Dampaknya, akan muncul melalui perkataan dan perilaku.
Itulah sebabnya pecandu video porno atau tayangan cabul bisa jadi akan senang mengeluarkan kata-kata atau kalimat-kalimat kotor. Termasuk menggoda lawan jenis dengan segala perkataan cabul.
Dalam anggapannya, semua orang termasuk lawan jenis memiliki isi pikiran yang sama dengan dirinya, penuh dengan hal-hal kotor.
Pecandu video porno bisa menjadi orang yang sangat berbahaya suatu ketika. Banyak kejadian pelecehan seksual dan rudapaksa berawal dari kebiasaan pelaku menonton video porno.
Seperti halnya video porno, kebiasaan bahkan kecanduan bacaan porno juga akan sangat mengotori dan merusak otak. Hal-hal porno yang dibaca akan terekam dalam pikiran.
Orang-orang yang memiliki kebiasaan buruk ini umumnya akan melihat segala sesuatunya dari sisi seksual dan cabul. Ketika bertemu dengan lawan jenis, orang ini akan selalu melihat sisi porno dari lawan jenisnya tersebut.
2. Tumbuh dalam keluarga dan didikan yang "salah"
Saat saya SMP, seorang teman laki-laki, satu kelas dengan saya, cukup sering mengeluarkan kata-kata kotor yang berkaitan dengan hubungan seksual pria dan wanita.Â
Ketika itu saya cukup heran, bagaimana anak remaja dalam usia masih sangat muda, antara 11-15 tahun, mampu mengeluarkan kaata-kata tidak senonoh seperti itu.
Kebetulan kami tinggal di kota kecil, dimana segala informasi, terlebih yang buruk dapat dengan mudah menyebar. Satu kali saya mendengar dari pembicaraan antara orangtua murid, bahwa ayah teman saya ini adalah seorang yang senang "main perempuan", dan tidak segan-segan menunjukkan perilaku tidak terpujinya itu di depan anak-anaknya.Â
Hubungan ayah dan ibu teman saya ini kemudian tidak harmonis, dan anak-anaknya tumbuh tanpa pengawasan dan kasih sayang orangtua. Tak lama saya mendengar pula, akibat tanpa pengawasan, teman ini sering menonton video porno di rumahnya. Padahal zaman itu masih sulit mendapatkan kaset video terlebih video porno, kecuali meminjam dengan sembunyi-sembunyi dari agen-agen penyewaan kaset.
Barulah saya mengerti kemudian, pantas saja jika kemudian teman satu kelas saya ini mampu berkata-kata kotor dengan lancarnya. Anak ini tumbuh dalam keluarga yang "salah", tanpa kasih sayang, dan tanpa didikan yang benar dari orangtua.
3. Lingkaran pergaulan dengan teman berperilaku sejenis
Seorang bijak pernah berkata kira-kira begini, tunjukkan kepadaku teman-temanmu, maka aku akan menunjukkan siapa kamu.
Siapa kita, bagaimana kita, sangat dipengaruhi lingkaran pergaulan kita. Bila kita bergaul dengan orang-orang baik, maka baik pula hidup kita. Namun, bila kita bergaul dengan orang-orang tidak benar, tidak benar pula hidup kita.
Begitu pula seandainya kita bergaul dengan orang-orang yang isi otaknya kotor, maka lama-kelamaan otak kita akan terkntaminasi "virus" kotor tersebut.
Untuk itu penting memilah kepada siapa kita akan bergaul atau berteman. Sekalipun awalnya cara hidup dan perilaku kita baik, tetapi ketika kita salah memilih pergaulan, maka hidup kita pun bisa rusak.
Seorang bijak pernah menulis kalimat yang sangat bijaksana, pergaulan yang buruk akan merusakkan kebiasaan yang baik.
4.Tidak memiliki kehidupan rohani yang sungguh-sungguh
Level kerohanian seseorang bisa dinilai salah satunya dari perkataan-perkataan yang keluar dari mulutnya. Orang yang memiliki kehidupan rohani yang suam-suam, apalagi dingin, akan dengan mudah mengeluarkan kata-kata tidak senonoh.
Kata-kata yang keluar dari perbendaharaanya tidak lagi melewati saringan yang benar, sehingga segala kata-kata kotor bisa muncul bahkan dengan spontan.
Itu sebabnya penting memiliki kehidupan rohani yang sungguh-sungguh, membangun hubungan yang baik dan bergaul erat dengan Sang Pencipta semsesta. Tujuannya tidak lain agar kita memiliki rambu-rambu yang jelas, mana yang pantas dan mana yang tidak pantas kita keluarkan melalui perkataan kita.(MW)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H