Itulah sebabnya pecandu video porno atau tayangan cabul bisa jadi akan senang mengeluarkan kata-kata atau kalimat-kalimat kotor. Termasuk menggoda lawan jenis dengan segala perkataan cabul.
Dalam anggapannya, semua orang termasuk lawan jenis memiliki isi pikiran yang sama dengan dirinya, penuh dengan hal-hal kotor.
Pecandu video porno bisa menjadi orang yang sangat berbahaya suatu ketika. Banyak kejadian pelecehan seksual dan rudapaksa berawal dari kebiasaan pelaku menonton video porno.
Seperti halnya video porno, kebiasaan bahkan kecanduan bacaan porno juga akan sangat mengotori dan merusak otak. Hal-hal porno yang dibaca akan terekam dalam pikiran.
Orang-orang yang memiliki kebiasaan buruk ini umumnya akan melihat segala sesuatunya dari sisi seksual dan cabul. Ketika bertemu dengan lawan jenis, orang ini akan selalu melihat sisi porno dari lawan jenisnya tersebut.
2. Tumbuh dalam keluarga dan didikan yang "salah"
Saat saya SMP, seorang teman laki-laki, satu kelas dengan saya, cukup sering mengeluarkan kata-kata kotor yang berkaitan dengan hubungan seksual pria dan wanita.Â
Ketika itu saya cukup heran, bagaimana anak remaja dalam usia masih sangat muda, antara 11-15 tahun, mampu mengeluarkan kaata-kata tidak senonoh seperti itu.
Kebetulan kami tinggal di kota kecil, dimana segala informasi, terlebih yang buruk dapat dengan mudah menyebar. Satu kali saya mendengar dari pembicaraan antara orangtua murid, bahwa ayah teman saya ini adalah seorang yang senang "main perempuan", dan tidak segan-segan menunjukkan perilaku tidak terpujinya itu di depan anak-anaknya.Â
Hubungan ayah dan ibu teman saya ini kemudian tidak harmonis, dan anak-anaknya tumbuh tanpa pengawasan dan kasih sayang orangtua. Tak lama saya mendengar pula, akibat tanpa pengawasan, teman ini sering menonton video porno di rumahnya. Padahal zaman itu masih sulit mendapatkan kaset video terlebih video porno, kecuali meminjam dengan sembunyi-sembunyi dari agen-agen penyewaan kaset.
Barulah saya mengerti kemudian, pantas saja jika kemudian teman satu kelas saya ini mampu berkata-kata kotor dengan lancarnya. Anak ini tumbuh dalam keluarga yang "salah", tanpa kasih sayang, dan tanpa didikan yang benar dari orangtua.