Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

4 Cara Mengajarkan dan Membiasakan Anak Jalan Kaki

24 November 2022   11:15 Diperbarui: 24 November 2022   17:26 1181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mama, capeeek," ini kalimat yang sering dkeluhkan anak saya, si ganteng saat TK dulu. Saat di mana saya sering mengajaknya jalan kaki sepulang dari sekolah.

Berbekal payung di tangan kanan untuk melindungi kami berdua dari sengatan panas matahari, tangan kiri saya menggandeng erat tangan kecilnya.

Jarak perjalanan yang kami tempuh cukup jauh untuk ukuran anak TK, lebih kurang 0,5 km. Dimulai dari depan kampus UPN Veteran Pondok Labu, melewati kompleks perumahan perwira TNI AL, memotong jalan lewat gang sempit, menyusuri perkampungan, sekolah, bengkel, berbagai toko kelontong, barulah tiba di rumah kami.

Namun, saya tidak kehilangan akal. Sebelum memulai jalan kaki, terkadang saya akan mengajaknya singgah di Alfamart depan kampus UPN. Menyogoknya dengan sekotak susu UHT atau sebatang cokelat kesukaannya.

Kemudian, sepanjang perjalanan saya akan mengajaknya bercerita tentang kegiatannya selama di sekolah. Dengan cara ini, si ganteng biasanya akan melupakan rasa capeknya hingga tiba di rumah.

Saya sebenarnya kasihan padanya. Ingin saya gendong, tapi si ganteng sudah terlalu gendut saat itu, tidak kuat lagi saya menggendongnya.

Rumah kami memang terletak jauh dari jalan raya. Hingga setelah turun dari kendaraan umum, mau tidak mau harus berjalan kaki menuju rumah. Ada beberapa akses jalan ke rumah kami, tetapi semuanya sama-sama jauh, tetap harus jalan kaki dari jalan raya.

Sewaktu SMA dulu, setiap pulang sekolah, saya dan sebagian besar teman-teman juga harus berjalan kaki dari gerbang sekolah menuju tempat pemberhentian angkutan umum. Kebetulan lingkungan di sekitar sekolah kami adalah kawasan bebas kendaraan umum. Jarak yang harus kami tempuh jauh juga, lebih dari 0,5 km.

Dengan kondisi perut lapar, haus, panas matahari menyengat, kami tetap harus mengayunkan langkah mengejar angkot. Penderitaan kadang bertambah lengkap ketika angkot yang ditunggu tak kunjung tiba. 

Begitu pula ketika saya kuliah, ke mana-mana harus berjalan kaki, terutama dari tempat kos ke kampus dan sebaliknya. Lagipula kala itu uang kiriman orangtua tidak banyak, jadi harus dihemat-hemat setiap bulannya. Bila jaraknya memungkinkan untuk jalan kaki, ya mahasiswa di kampus kami kala itu umumnya akan berjalan kaki.

Berbekal pengalaman di atas, lama kelamaan, saya jadi menyukai kegiatan jalan kaki. Meskipun terasa lelah usai berjalan, tetapi tubuh terasa lebih bugar dari sebelumnya. 

Kesukaan saya ini pun saya tularkan kepada suami dan anak saya. Salah satunya, kami sangat menyukai kegiatan berjalan-jalan menyusuri Kota Jakarta menggunakan bus TransJakarta, lalu berjalan kaki menyusuri berbagai jembatan yang sering kali cukup panjang, yang menghubungkan antara satu halte dengan halte TransJakarta lainnya.

Masyarakat kita pada umumnya memang kurang menyukai jalan kaki. Masyarakat kita umumnya lebih menyukai naik kendaraan terutama kendaraan pribadi ketika hendak bepergian. Bahkan hanya untuk ke warung yang jaraknya tidak lebih dari 100 meter, tetap naik kendaraan.

Alasannya beragam, mulai dari takut panas, capek, biar cepat sampai, hingga karena gengsi. Padahal siapapun tahu jalan kaki membawa banyak manfaat bagi kesehatan dan kebugaran tubuh.

Siswa SMA Negeri 1 Nusalaut, Kab. Maluku Tengah, Maluku, berjalan kaki di bawah gerimis hujan dari sekolah ke rumah.(Kompas/Fransiskus Pati Herin) 
Siswa SMA Negeri 1 Nusalaut, Kab. Maluku Tengah, Maluku, berjalan kaki di bawah gerimis hujan dari sekolah ke rumah.(Kompas/Fransiskus Pati Herin) 

Kebiasaan tidak mau berjalan kaki ini pula yang banyak ditularkan orangtua zaman sekarang kepada anak-anak mereka. Sedari kecil banyak anak-anak dimanjakan dengan fasilitas. Dengan alasan cinta dan kasihan, anak-anak tidak diperbolehkan jalan kaki, kecuali di dalam mal.

Akibatnya anak-anak menjadi manja. Seorang teman, anak-anaknya tidak mau bepergian jika tidak menggunakan mobil pribadi, alasannya karena panas. Itulah hasil yang akan didapat jika memberi kenyamanan berlebih kepada anak tanpa mau melihat sisi negatif dari kenyamanan berlebih tersebut.

Lalu, bagaimana sebaiknya kita mengajarkan dan membiasakan kegiatan berjalan kaki kepada anak? Saya memiliki 4 kiat yang mungkin bisa digunakan para orangtua.

1. Ajak anak saat hendak keluar rumah dalam jarak dekat

Misalnya ketika ada keperluan ke warung atau ke minimarket dekat rumah, yang mungkin jaraknya hanya 100-200 meter dari rumah, ajak anak-anak bersama jalan kaki. 

Anak-anak umumnya suka diajak berbelanja, lebih-lebih bila diiming-imingi jajanan. Sehingga hanya berjalan kaki pun umumnya anak-anak akan bergembira.

2. Biasakan anak naik kendaraan umum

Meskipun memiliki kendaraan pribadi, baik mobil atau motor, sesekali dalam tempo tertentu ajaklah anak rutin menumpang kendaraan umum ke sekolah. Untuk mencapai kendaraan umum, biasanya kita harus berjalan kaki sedikit dari rumah. Terlebih untuk rumah yang ada di tengah perkampungan atau kompleks perumahan.

Dengan dibiasakan rutin, anak akan terbiasa berjalan kaki, otot-ototnya menjadi kuat, tubuhnya lebih bugar dan tidak mudah kelelahan.

Begitu pula ketika anak mencapai usia cukup untuk dilepas sendiri, biarlah anak naik kendaraan umum ke sekolah. Seperti anak saya yang kini duduk di kelas 8, sudah menggunakan kendaraan umum setiap pulang sekolah. Jarak dari halte pemberhentian angkot terakhir hingga ke rumah ditempuh dengan berjalan kaki.

Meskipun sering terlihat lelah ketika tiba di rumah, anak saya tidak pernah mengeluh. Ya, pastinya karena sudah terbiasa jalan kaki.

3. Ajak anak rutin berolahraga jalan kaki.

Setiap akhir pekan, Sabtu atau Minggu, orangtua bisa mengajak anak berjalan kaki sekaligus berolahraga. Entah di lingkungan sekitar rumah, atau diajak ke tengah kota seperti alun-alun, lapangan olahraga, atau memanfaatkan car free day untuk di beberapa kota.

4. Berikan reward

Kompasianer saja banyak yang sangat menunggu-nunggu kehadiran k-rewards setiap bulannya. Apalagi anak-anak.

Oleh karena itu, jangan lupa para orangtua untuk sesekali memberikan hadiah atau reward ketika anak tanpa mengeluh mau berjalan kaki bersama. Entah saat berbelanja, pergi atau pulang sekolah, atau jalan kaki untuk berolahraga.

Dengan begitu, anak tidak pernah kehilangan semangat untuk berjalan kaki, bahkan tidak akan mengeluh lagi. Semula mungkin karena reward yang diharapkan, tetapi lama-kelamaaan lebih karena sudah terbiasa.

Mari ajarkan dan biasakan anak-anak kita berjalan kaki. Genereasi muda sehat, bangsa pun kuat.(MW)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun