Berbekal pengalaman di atas, lama kelamaan, saya jadi menyukai kegiatan jalan kaki. Meskipun terasa lelah usai berjalan, tetapi tubuh terasa lebih bugar dari sebelumnya.Â
Kesukaan saya ini pun saya tularkan kepada suami dan anak saya. Salah satunya, kami sangat menyukai kegiatan berjalan-jalan menyusuri Kota Jakarta menggunakan bus TransJakarta, lalu berjalan kaki menyusuri berbagai jembatan yang sering kali cukup panjang, yang menghubungkan antara satu halte dengan halte TransJakarta lainnya.
Masyarakat kita pada umumnya memang kurang menyukai jalan kaki. Masyarakat kita umumnya lebih menyukai naik kendaraan terutama kendaraan pribadi ketika hendak bepergian. Bahkan hanya untuk ke warung yang jaraknya tidak lebih dari 100 meter, tetap naik kendaraan.
Alasannya beragam, mulai dari takut panas, capek, biar cepat sampai, hingga karena gengsi. Padahal siapapun tahu jalan kaki membawa banyak manfaat bagi kesehatan dan kebugaran tubuh.
Kebiasaan tidak mau berjalan kaki ini pula yang banyak ditularkan orangtua zaman sekarang kepada anak-anak mereka. Sedari kecil banyak anak-anak dimanjakan dengan fasilitas. Dengan alasan cinta dan kasihan, anak-anak tidak diperbolehkan jalan kaki, kecuali di dalam mal.
Akibatnya anak-anak menjadi manja. Seorang teman, anak-anaknya tidak mau bepergian jika tidak menggunakan mobil pribadi, alasannya karena panas. Itulah hasil yang akan didapat jika memberi kenyamanan berlebih kepada anak tanpa mau melihat sisi negatif dari kenyamanan berlebih tersebut.
Lalu, bagaimana sebaiknya kita mengajarkan dan membiasakan kegiatan berjalan kaki kepada anak? Saya memiliki 4 kiat yang mungkin bisa digunakan para orangtua.
1. Ajak anak saat hendak keluar rumah dalam jarak dekat
Misalnya ketika ada keperluan ke warung atau ke minimarket dekat rumah, yang mungkin jaraknya hanya 100-200 meter dari rumah, ajak anak-anak bersama jalan kaki.Â
Anak-anak umumnya suka diajak berbelanja, lebih-lebih bila diiming-imingi jajanan. Sehingga hanya berjalan kaki pun umumnya anak-anak akan bergembira.