Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Adab Hidup Bertetangga, 6 Hal yang Sering Tidak Disadari tetapi Mengganggu

16 November 2022   11:02 Diperbarui: 17 November 2022   00:08 1937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hidup bertetangga (Sumber : SHUTTERSTOCK/SVRSLYIMAGE via Kompas.com)

Tinggal di tengah lingkungan yang nyaman dan aman tentu menjadi idaman setiap penghuni rumah. Tidak hanya itu, memiliki hubungan yang baik dengan tetangga juga tak kalah penting. Bahkan hal itu dapat menambah rasa nyaman dan rasa betah tinggal di lingkungan tersebut.

Untuk mencapai kehidupan yang nyaman di tengah kehidupan bertetangga, suka atau tidak suka, kita harus belajar beradaptasi dengan lingkungan di mana kita tinggal.

Rasa kepedulian, kerendahan hati, tenggang rasa, toleransi, dan sikap tolong-menolong harus ditumbuhkan.

Ada baiknya pula kita menjaga sikap dan perilaku kita di tengah kehidupan bertetangga. Jangan sampai apa yang kita lakukan berujung konflik dengan tetangga.

6 hal berikut mungkin saja tidak kita sadari, tetapi dapat mengganggu kenyamanan lingkungan dan kehidupan bertetangga.

1. Memasang musik keras-keras

Sewaktu kuliah, saya tinggal di sebuah kos-kosan yang berada di tengah kawasan padat penduduk di Kota Bogor. Di belakang kos-kosan kami, ada satu keluarga yang kalau memasang musik sangat keras. Warga satu RT sepertinya bisa dengar.

Kalau cuma sesekali kejadiannya mungkin bisa dimaklumi. Tetapi kalau sudah menjadi rutinitas setiap hari, tentunya ini sangat mengganggu.

Buat saya yang sepanjang hari lebih banyak di kampus, tentunya tidak masalah. Tetapi kasihan buat warga sekitar yang memiliki bayi atau anak kecil. Pasti jam tidur mereka akan terganggu oleh musik tetangga yang tidak melihat waktu dan situasi.

Jadi, memasang musik sebaiknya dengan volume suara secukupnya saja. Asal kita sendiri bisa dengar cukuplah. Jangan ajak tetangga ikut bergoyang.

Mungkin saja tetangga sedang sakit kepala atau sakit gigi. Sakitnya bisa semakin menjadi karena terganggu musik kita yang memekakkan telinga.

2. Memarkir kendaraan sesukanya

Sering saya temui, sudahlah jalan di gang sempit, banyak motor terparkir di sepanjang sisi jalan, sehingga menyulitkan warga melajukan kendaraannya.

Belum lagi warga yang memarkir mobil di badan jalan depan rumah. Jalan yang memang sudah sempit pun semakin sempit.

Beberapa kali saya melihat tayangan di media sosial, antar tetangga ribut hanya karena masalah parkir. Bahkan ada pemilik kendaraan yang tanpa permisi memarkirkan kendaraan di depan rumah tetangganya.

Di sinilah perlunya kita menumbuhkan rasa kepedulian dan tenggang rasa pada orang lain. Juga belajar untuk menghargai hak orang lain. 

Jalan memang merupakan tempat umum. Namun bukan berarti bebas memarkirkan mobil di jalan. Sebab hal ini bisa menjadi gangguan bagi tetangga. Apalagi bila mobil kita menghalangi jalan masuk mereka atau menghalangi akses ke properti mereka.

Jika beruntung memiliki garasi, gunakan untuk memarkir mobil, bukan dijadikan gudang. Bila tidak, bisa menumpang di halaman orang lain dengan perjanjian sewa.

3. Mengadakan acara hingga lewat tengah malam

Dulu ada satu tetangga kami yang selalu menggelar acara di rumahnya setiap malam minggu. Acara tersebut berupa acara komunitas mereka.

Semula acara tersebut tidak ada masalah bagi tetangga. Tetapi lama kelamaan sangat mengganggu tetangga sekitar.

Pasalnya, durasi acara bertambah minggu bertambah panjang. Bisa hingga pukul satu atau dua dini hari. Ditambah dengan volume suara mereka yang kencang, tertawa-tawa, bernyanyi-nyanyi tidak lihat situasi.

Mengadakan acara keluarga atau acara komunitas memang hak pribadi, Namun, tetap harus menjaga ketertiban umum. Jangan sampai tetangga "bersenandung" di belakang kita akibat terganggu oleh acara yang kita gelar.

4. Menggunakan atau mengambil properti tetangga tanpa permisi

Mungkin ada di antara kita yang pernah melakukan ini. Karena merasa sudah dekat dengan tetangga, merasa bebas menggunakan properti milik tetangga. Seandainya tetangga pemilik barang dari semula tidak keberatan, temtulah tidak masalah.

Akan jadi masalah ketika pemilik barang tidak suka barang miliknya digunakan tanpa permisi. Misalnya saja meminjam tangga atau memakai selang saat tetangga tidak ada di rumah.

Termasuk pula menggunakan halaman, pagar atau tembok tetangga untuk menjemur pakaian atau untuk menaruh barang-barang kepunyaan kita. Sebaiknya hal tersebut jangan dilakukan. Bisa jadi tetangga sangat terganggu dengan ulah kita.

5. Menjemur pakaian dalam di depan rumah

Ketika musim penghujan tiba, urusan jemuran memang jadi lebih ribet. Pasalnya jemuran jadi lebih lama keringnya. Belum juga kering jemuran kemarin, sudah ada lagi jemuran baru hari ini.

Bahkan kadang sampai tiga hari baru kering, Terlebih bila hujan terus menerus selama berhari-hari. Akibatnya jemuran pun bergantung bertumpuk-tumpuk.

Menunda menyuci juga tidak mungkin. Apalagi bila berurusan dengan seragam sekolah dan pakaian dalam, tidak bisa ditunda.

Walhasil, begitu hari cerah dan matahari bersinar terang, ibu-ibu kalap. Segala jemuran digelar. Tidak peduli dijemur dimana, asal kena sinar matahari. Bisa di pagar, di genteng, di atas tanaman, atau di tembok-tembok sekitar rumah.

Masih lumayan jika yang dijemur hanya pakaian luar. Yang bikin pusing kalau segala "segitiga pengaman" dan bra juga dipajang di depan rumah. Menggunakan hanger, disangkutkan di pagar, disusun berbaris. Ahaaayy....

Sebenarnya hal ini tidak ada hukumnya. Itu juga hak pemilik rumah. Tetangga sekitar juga tidak terganggu secara langsung. 

Hanya saja, ini kan masalah kenyamanan dan keasrian lingkungan. Menjembreng pakaian dalam di depan rumah sangat mengganggu pemandangan. Kurang elok dilihat. Apalagi kalau ada teman atau kerabat berkunjung ke rumah kita lalu melihat pemandangan ini, aduhh.. 

Untuk pakaian dalam sebaiknya jemurlah di tempat tersembunyi, yang tidak dilihat orang luar. Misalnya di belakang rumah.

Penataan jemuran di sekitar rumah juga sebaiknya menjadi perhatian. Buatlah tiang jemuran yang rapi sesuai dengan kapasitas jemuran keluarga kita biasanya. Sebaiknya jangan menjemur pakaian di sembarang tempat seperti pagar dan tembok-tembok pembatas rumah. Lingkungaan tidak terlihat rapi karenanya.

6. Membiarkan sampah berserakan

Tentunya kita tidak bermaksud mengotori halaman tetangga. Tetapi sampah yang berserakan di halaman rumah atau di tong sampah bisa beterbangan kemana-mana saat angin datang. Juga bisa masuk ke selokan dan membuat mampet saluran air.

Maka, sebaiknya tetap jaga kebersihan halaman rumah, selokan depan rumah, serta menjaga tong sampah selalu tertutup rapat.

Jangan menuntut orang lain bertindak terlebih dahulu. Biarlah segala sesuatu yang baik dimulai dari diri kita (MW).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun