Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Nasib YouTuber Asal Indonesia di Ukraina, Ibu Hamil dan Bayi-bayi di Zona Perang

28 Februari 2022   00:05 Diperbarui: 28 Februari 2022   01:47 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kondisi kota dan negara dalam situasi darurat perang sangatlah tidak bersahabat bagi seorang ibu hamil, terlebih yang sudah hamil tua, bahkan untuk bayi-bayi yang baru lahir.

Sebagai seorang ibu yang pernah merasakan beratnya masa-masa kehamilan hingga melahirkan, juga mengalami bagaimana kerepotan yang dirasakan kala merawat bayi, saya sangat memahami kondisi yang dihadapi para ibu muda di Ukraina saat ini.

Dalam kondisi normal saja, hamil, melahirkan, dan merawat bayi adalah masa-masa  yang cukup berat, apalagi dalam kondisi darurat perang seperti yang dihadapi warga Ukraina.

Ketika hamil tua, seorang wanita harus mempersiapkan berbagai kebutuhan untuk melahirkan juga kebutuhan bayi setelah dilahirkan. Kondisi kesehatan fisik maupun mental wanita hamil juga harus dijaga dengan baik agar kondisi prima saat waktu itu tiba dan proses melahirkan berjalan lancar.

Bisa dibayangkan dengan kondisi kota-kota di Ukraina yang cukup mencekam, dimana bahaya serangan militer Rusia bisa terjadi setiap saat, apa yang bisa dilakukan ketika waktu melahirkan itu tiba. 

Mungkin rumah sakit tetap siaga, tetapi perjalanan ke rumah sakit bisa saja sangat berbahaya bagi warga sipil. Apalagi situasi di Ukraina sepertinya sangat genting.

Dalam satu hari saja, sirine tanda bahaya akan adanya serangan udara Rusia bisa berkali-kali berbunyi di seantero kota, dan tidak mengenal waktu, bisa malam, tengah malam, subuh, pagi, maupun siang hari.


Kalau tetap bertahan di rumah atau apartemen, paling tidak proses melahirkan harus secara normal dan sebaiknya didampingi beberapa petugas kesehatan. Bisa juga didampingi kerabat yang memang berprofesi sebagai dokter atau perawat.

Paling repot ketika harus evakuasi keluar dari rumah/apartemen. Entah berlindung di bunker-bunker yang sudah disediakan untuk warga, mengungsi ke negara lain atau keluar dari zona perang, situasinya akan serba sulit.

Bagaimana bila terjadi kontraksi ketika sedang berada dalam bunker, atau sedang dalam perjalanan mengungsi? Berbagai kemungkinan harus diperhitungkan, dan harus ada beberapa rencana yang disiapkan untuk menghadapi kondisi darurat tersebut. Syukur-syukur bila petugas kesehatan bersiap di berbagai titik berlindung warga atau di  titik-titik tertentu di jalur evakuasi warga di setiap kota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun