Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Tip Menghadapi Tetangga yang Tidak Peduli pada Kebersihan Lingkungan

25 Agustus 2021   11:00 Diperbarui: 25 Agustus 2021   18:55 2409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengajak tetangga untuk menjaga kebersihan lingkungan| Sumber: SHUTTERSTOCK/SVRSLYIMAGE via Kompas.com

Bicara tentang menjaga kebersihan lingkungan, terutama lingkungan tempat tinggal, sepertinya sudah kita terima sebagai bagian dari pelajaran sejak kita duduk di bangku Sekolah Dasar.

Oleh guru kita diajarkan antara lain untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal, halaman rumah bebas dari sampah, menyapu dedaunan yang jatuh setiap hari, membuang sampah pada tempatnya, serta menjaga kebersihan selokan ataupun saluran air.

Akan tetapi, pelajaran hidup bersih dan peduli lingkungan oleh sebagian masyarakat kita sepertinya ditinggalkan begitu saja seiring mereka meninggalkan bangku sekolah. Ketika mereka mulai memasuki kehidupan bermasyarakat, apa yang dipelajari di bangku sekolah sepertinya hilang tak berbekas.

Situasi ini yang kerap saya hadapi sejak berkeluarga dan merasakan hidup bertetangga. Bila kebetulan memiliki tetangga yang mencintai lingkungan tentulah urusan kebersihan sekitar tempat tinggal akan lebih mudah. Lingkungan sekitar tempat tinggal akan selalu bersih dan bebas dari sampah. 

Permasalahan timbul ketika tetangga tidak peduli dengan kebersihan lingkungan di sekitarnya termasuk di area yang menjadi tanggung jawabnya.

Pengalaman beberapa kali berganti-ganti tetangga, entah kenapa saya justru lebih sering bertetangga dengan orang yang tidak menganggap penting menjaga kebersihan lingkungan.

***

Ilustrasi (Dok. IStock via https://www.nickenblackcat.com)
Ilustrasi (Dok. IStock via https://www.nickenblackcat.com)

Di depan halaman rumah kami terdapat got atau selokan kecil yang berfungsi sebagai saluran air. Bukan saluran air pembuangan rumah tangga, namun hanya berfungsi sebagai saluran air hujan. 

Kebetulan posisi tempat tinggal kami sedikit lebih rendah dari sekitarnya, maka dibuatkan saluran ini agar ketika hujan air yang mengalir dari tempat yang lebih tinggi tidak menggenangi wilayah kami, dan menyebabkan banjir.

Saluran air ini memanjang melewati empat rumah dan bermuara ke sebuah gorong-gorong kecil yang ada di samping rumah kami. Kebetulan rumah kami berada paling pojok. Lalu gorong-gorong ini berujung pada parit di bagian belakang rumah yang merangkap sebagai saluran pembuangan warga yang ukurannya jauh lebih besar. 

Sebagai media tempat mengalirnya air hujan, selokan ini otomatis tidak berfungsi ketika musim kemarau tiba. Akibatnya, sekalipun selokan tersebut dibuat permanen dari semen, tetap bisa tumbuh rumput serta tumbuhan liar lainnya. 

Selain itu, ada pula tumpukan tanah yang terbawa bersama aliran air ketika hujan dan mengendap membentuk sedimen di sana. Oleh karena itu, sekalipun got ini tidak berfungsi di musim kemarau, tetap harus rutin dibersihkan.

Di samping harus sering dibersihkan karena beberapa hal di atas, anak-anak tetangga sekitar rumah maupun orang dewasa sering kali menjadikan selokan ini sebagai tempat sampah bersama. Segala bungkus permen, bungkus makanan kecil, stik es krim, stereo foam, gelas-gelas plastik, tisu, bahkan puntung rokok dibuang ke sini. 

Perilaku tidak bersih ini tentu saja menyebabkan pemandangan tidak sedap seringkali terlihat "menghiasi" saluran air ini. Saya paling tidak tahan melihat situasi tersebut. Sekalipun saya selalu rutin membersihkan got yang persis melewati halaman rumah saya, namun tetap saja pemandangan jadi rusak karena sisi got lainnya seringkali kotor tak terawat.

Akhirnya, karena biasanya jarang ada yang tergerak untuk membersihkannya, saya yang harus memungut sampah-sampah tersebut. Terutama saat musim penghujan tiba. 

Apabila sampah dibiarkan saja, pada akhirnya akan menumpuk di mulut dan di dalam gorong-gorong, menyebabkan penyumbatan, air tidak bisa mengalir lancar, dan terjadilah banjir. Dan kejadian ini beberapa kali terjadi.

Bukan itu saja, sampah yang dibiarkan berserakan dan menumpuk akan mengundang berbagai hewan sumber penyakit, seperti tikus, kecoak, lalat, dan nyamuk.

Mengharapkan kesadaran warga atau tetangga untuk turut menjaga kebersihan selokan termasuk sedikit pekarangan di sisi selokan tersebut tidaklah mudah. 

Pernah beberapa kali saya membiarkan selokan tersebut kotor. Hanya selokan di bagian rumah saya saja yang saya bersihkan. Saya ingin tahu apakah ada kesadaran mereka untuk membersihkan. Ternyata hanya sesekali ada yang bergerak membersihkan. Selebihnya saya dan suami kembali turun tangan membersihkan seluruh area selokan tersebut.

Pengalaman bertahun-tahun hidup bermasyarakat dengan karakter dan perilaku tetangga yang beraneka rupa perihal kebersihan, saya kemudian memiliki tip khusus guna menghadapi tetangga yang kurang peduli terhadap kebersihan lingkungan sekitarnya.

1. Menularkan gaya hidup bersih

Tidak perlu kesal, jengkel, apalagi marah-marah menghadapi tetangga yang tak peduli kebersihan. Selain akan capek sendiri karena mereka memang tidak peduli, juga tidak ada gunanya.

Kiat cukup ampuh diantaranya dengan memberi pengaruh atau menularkan gaya hidup bersih. Salah satunya dengan cara menciptakan lingkungan rumah yang asri. Dimulai dengan menciptakan dan menjaga kebersihan halaman dan lingkungan sekitar rumah kita sendiri. Lebih baik lagi bila kita juga membuat halaman dan lingkungan rumah kita menjadi hijau dan segar.

Hal ini yang saya lakukan kini. Selain menjaga lingkungan serta selokan tetap bersih, sejak pandemi, halaman rumah saya penuhi dengan berbagai tanaman hias. 

Berbagai jenis miana, lidah mertua, mawar, sutra Bombay, baby rose, lavender, lamtana, lili Paris, dan beberepa jenis tanaman lainnya mempercantik halaman rumah. Tidak terlalu banyak jenisnya, namun cukup membuat halaman menjadi hijau, asri dan berseri.

Ternyata kegiatan saya ini mampu menggugah beberapa tetangga untuk turut menghijaukan pekarangannya. Beberapa tetangga pun mulai rutin membersihkan selokan dan halaman depan rumahnya. 

Ternyata gaya hidup bersih dapat ditularkan.

2. Mengedukasi dengan memberi contoh

Sudah tidak terhitung berkali-kali saya berusaha memberi contoh bagaimana menjaga got dan pekarangan sekitarnya bebas dari sampah dan sedimen apapun yang dapat menghambat aliran air. 

Hal yang saya lakukan sederhana, yaitu membersihkan sampah, rumput dan tanaman liar yang ada di selokan. Juga menyingkirkan tanah yang menumpuk di sana. Bukan hanya selokan depan rumah saja yang saya bersihkan, namun sepanjang selokan tersebut yang melewati beberapa rumah.

Maksud saya tak lain adalah agar mereka mengikuti apa yang saya lakukan, paling tidak membersihkan selokan dan pekarangan yang ada di area mereka. Sesekali beberapa tetangga sekitar memang ada yang tergerak untuk membersihkan area mereka, meskipun ada juga yang tetap bergeming.

3. Membersihkan dengan ikhlas pekarangan orang lain

Saluran air yang melintasi halaman rumah bisa dikatakan sebagai bagian dari pekarangan kita. Meski tidak tertulis, sudah menjadi kewajiban pemilik rumah untuk membersihkannya. 

Sayangnya tidak semua pemilik rumah menyadari akan tanggung jawabnya. Entah karena tidak tahu, tidak sempat atau memang tidak peduli. Untuk itu, kita sebagai warga yang peduli dan mencintai lingkungan lebih baik turun tangan. 

Bila sudah diberi contoh namun tidak dipedulikan, ya sudah, mengalah saja. Lebih baik kita saja yang membersihkan sendiri. Tidak perlu dengan kesal hati, lakukan saja dengan ikhlas. Paling tidak sebagai ganjarannya, mata kita tidak sakit melihat lingkungan yang kotor. Dan rumah terbebas dari banjir saat hujan turun.

4. Berpikir positif

Daripada berpikir yang jelek-jelek tentang tetangga, lebih baik kita tetap menjaga pikiran kita tetap positif. Tetangga yang kurang peduli pada kebersihan lingkungan sekitarnya mungkin saja memiliki beberapa alasan sebagai penyebabnya, misalnya:

  • Tidak sempat 
  • Tidak ada waktu
  • Sibuk
  • Tidak tahu cara menjaga kebersihan
  • Tidak menganggap kebersihan lingkungan sebagai sesuatu yang penting
  • Tidak diajarkan kebersihan dalam lingkungan keluarga
  • Ketiduran saat diajarkan di sekolah

Dengan mengingat alasan-alasan tersebut kita akan mudah memahami dan menerima tetangga kita apa adanya. 

Pola pikir dan perilaku seseorang, termasuk dalam hal kebersihan terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti tingkat pendidikan, pola asuh, jenis bacaan dan tontonan, lingkaran pergaulan, dan lain sebagainya. Berbagai hal ini yang menyebabkan adanya perbedaan pandangan setiap orang dalam menyikapi kebersihan lingkungan.

5. Tetap menjaga hubungan baik

Sekalipun tetangga kita kadang terasa menyebalkan, tetaplah menjaga hubungan baik dengan mereka. Budaya timur mendidik kita sedari kecil untuk tepo seliro, saling menghargai dan menghormati orang lain.

Kita tidak bisa memaksa pola pikir kita kepada orang lain. Jangan sampai kita ribut dengan tetangga hanya karena masalah kebersihan lingkungan. Andaikata perilaku tidak bersih mereka sudah sangat keterlaluan dan begitu mengganggu kenyamanan orang lain, lebih baik disampaikan dan dibicarakan secara baik-baik.

Lagipula, di manapun kita berada atau tinggal, bertemu dengan berbagai tipe tetangga yang beraneka rupa merupakan keniscayaan. Jadi, dinikmati saja.

Salam.***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun