Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jomlo Dewasa, Menikahlah!

4 Juli 2021   16:48 Diperbarui: 4 Juli 2021   16:53 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sakit sendiri di rumah (Pexels.com/PAVEL DANILYUK)

Jomlo dewasa, yang sudah cukup umur bahkan sudah lewat umur, menikahlah.

Judul di atas bukan ditujukan pada jomblo yang masih unyu-unyu, masih remaja, apalagi yang masih sekolah. Judul di atas juga tidak ditujukan untuk mereka yang mendapat panggilan untuk hidup selibat, seperti Pastur, biarawan dan biarawati.

Judul di atas ditujukan untuk para lajang atau jomlo yang sudah berusia matang, dewasa, sudah memiliki calon, sudah siap lahir batin, dan cukup umur untuk menikah.

Walaupun mungkin terdengar agak subyektif, dan mungkin menyinggung para jones alias jomlo ngenes, tapi jangan marah dulu. Pengalaman yang hendak saya bagikan berikut mungkin bisa memberikan wawasan baru.

***

Dua hari yang lalu, tepatnya Jumat malam, seorang kerabat, sebut saja namanya Dora, menelepon saya. Kebetulan rumah kami berdekatan, satu kelurahan.

Dora mengabarkan dengan nada suara panik juga sedikit menangis, bahwa kondisi tubuhnya tidak baik. Dora merasa demam, suhu tubuhnya 37,7 derajat, kepalanya pusing sekali, lemas, mual, tidak berselera makan, sakit tenggorokan, dan badannya sakit serta ngilu semua seperti habis digebukin. Kondisi badan yang ngilu tidak enak ini sudah dirasakannya hampir satu minggu. Tetapi demam mulai dirasakannya hari Jumat itu.

Saya yang mendengarnya, perlahan mulai ikutan panik.

Di tengah kepungan COVID-19 di kawasan Jabodetabek saat ini, perasaan tidak enak badan dan demam akan mengarah ke satu penyakit itu. Apalagi kami tinggal di zona merah, dimana banyak tetangga dan kenalan sekitar kami yang sudah bertumbangan akibat Covid-19. Kecurigaan terbesar mengarah ke sana.

Kepanikan Dora dan saya bukan tanpa alasan. Dora masih hidup sendiri di usianya yang sudah sangat matang. Hidup merantau, jauh dari orangtua dan saudara, tidak ada yang bisa nembantunya. Hanya saya kerabatnya yang tinggal berdekatan.

Sakit di tengah pandemi, dimana orang saling menjaga jarak, tidak berkunjung, bahkan beberapa bisa saling curiga sebagai pembawa virus tanpa gejala, membuat sakit apapun bisa menjadi sangat sulit. Begitu pula yang dihadapi Dora. 

Meski saya tinggal berdekatan dengannya, situasinya tidak memungkinkan untuk mengunjungi dan membantunya dari dekat.

Dora pun memahami itu, dan hal itulah yang menjadi sumber kepanikan dan ketakutannya. Di saat dia sakit parah, dia akan sendiri. 

Karena meskipun belum jelas Dora sakit apa, saya dan suami harus tetap waspada. Keselamatan dan kesehatan keluarga kami tetap menjadi prioritas..

Tidak mungkin pula meminta bantuan orang lain, seperti menyewa asisten rumah tangga paruh waktu. Bisa saja orang yang dipekerjakan justru pembawa virus. Apalagi mencari asisten rumah tangga dalam situasi darurat tidaklah mudah.

Meminta tolong teman pun tidak mungkin. Semua orang sedang sibuk mengurung dan mengurus diri sendiri, bahkan banyak yang sudah terinfeksi. Teman-teman Dora pun sudah sangat terbatas. Semuanya sudah menikah dan sibuk dengan keluarganya masing-masing. Tetangga ada, tetapi bantuannya pun pasti terbatas.

Akhirnya saya dan suami membantu sebisa mungkin. 

Kami membeli dan menyiapkan semua yang dibutuhkan Dora, lalu meletakkannya di depan pintu rumahnya. Anggap saja Dora sedang menjalani isolasi mandiri.

Kami membelikan obat-obatan, berbagai vitamin, buah-buahan, stok makanan kering, juga peralatan medis seperti masker dan desinfektan.

Suami juga berkeliling mencarikannya air kelapa hijau yang dipercaya dapat meningkatkan imun tubuh. Saat ini kelapa hijau menjadi langka. Sepertnya orang beramai-ramai berburu minuman sehat ini.

Selain kelapa hijau, susu murni merek beruang yang cukup terkenal ampuh meningkatkan imun tubuh juga mulai sulit ditemukan di minimarket-minimarket.

Jumat malam itu juga kami menghubungi Puskesmas terdekat yaitu Puskesmas Cinere untuk meminta bantuan saran. Syukurlah, Puskesmas Cinere merespon dengan cepat. Mereka meminta agar Dora segera memeriksakan diri ke sana, dan apabila dari hasil pemeriksaan dokter merasa perlu akan dilakukan tes antigen.

Tiga hari ini memang Dora belum jadi ke Puskesmas. Dora masih ingin melihat kondisi tubuhnya satu dua hari ke depan. Dan tubuhnya masih cukup lemas, belum sanggup bepergian.

Satu-satunya hal yang bisa dilakukan sementara ini adalah sebisa mungkin mengembalikan kekuatan dan imun tubuhnya terlebih dahulu.

***

Dalam situasi seperti inilah, membuktikan hidup melajang di usia yang sudah sangat matang itu tidak sepenuhnya nyaman.

Seandainya Dora sudah bersuami tentulah situasinya tidak serumit ini. Ada suaminya yang akan merawat dan menjaganya.

Kalaupun melajang dan tinggal bersama orangtua. Tidak selamanya terjamin aman. Orangtua akan menua, kemampuannya akan semakin terbatas, dan pada waktunya akan meninggalkan anak-anaknya. Pada akhirnya anak yang melajang pun akan hidup sendiri.

Terbayang situasi sulit yang dihadapi Dora saat ini. Di tengah kondisi tubuh yang lemas, tetap harus mandiri mengurus dirinya sendiri.

Memang untuk urusan makan siang dan makan malam, sementara ini saya yang memasak dan menyiapkan dalam wadah-wadah plastik, lalu suami yang akan mengirim dan meletakkan di depan pintu rumahnya.

Tetapi untuk hal-hal lainnya, terpaksa dikerjakannya sendiri. Seperti menyiapkan sarapan, merebus telur, menyiapkan obat dan vitamin untuk diminum, membuat teh panas, memanaskan makanan yang saya kirimkan, menyiapkan air mandi, mencuci piring, dan membersihkan rumah. Belum lagi pakaian kotor yang semakin hari akan semakin menumpuk. Duh, sudah terbayang seperti apa repotnya. Apalagi dikerjakan dalam kondisi sakit. Pastilah sangat berat.

Tetapi ini masih lebih baik karena masih ada saya dan suami yang tinggal dekat dengannya. Bagaimana bila jauh dari sanak saudara? 

Menilik kesendiriannya hingga kini, memang hal ini sering menjadi pertanyaan saya dalam hati.

Dora seorang perempuan cantik, bahkan sangat cantik. Memiliki paras cantik membuat kepercayaan dirinya pun tinggi. Laki-laki antre ingin dekat dengannya. Penggemarnya banyak. Dora bisa sangat leluasa memilih laki-laki idamannya. Beberapa kali sempat menjalin cinta namun tak ada satupun berakhir ke pelaminan.

Dari yang saya amati, sepertinya Dora nemiliki terlalu banyak pertimbangan, sehingga pada akhirnya tidak ada satupun yang sesuai kriterianya. 

Memilih jodoh untuk sekali seumur hidup memang tidaklah mudah, dan harus ekstra hati+hati. Tetapi mencari yang sempurna juga tidak akan pernah ditemukan.

Selain itu beberapa kali saya mendengar Dora mengatakan bahwa dirinya akan sanggup hidup sendiri seandainya nanti tidak akan pernah menikah. Sepertinya teorinya tidak sejalan dengan praktiknya. Hmm....

Hidup sendiri dan melajang memang tidak salah, dan itu hak setiap orang. bagian dari pilihan hidup. 

Tetapi tidak salah dan tidak ada ruginya juga bila manusia berpasang-pasangan. Agar nemiliki penolong, terutama dalam fase-fase kehidupan yang sulit, dan suami atau istri merupakan penolong yang sepadan.

Salam.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun