Sakit di tengah pandemi, dimana orang saling menjaga jarak, tidak berkunjung, bahkan beberapa bisa saling curiga sebagai pembawa virus tanpa gejala, membuat sakit apapun bisa menjadi sangat sulit. Begitu pula yang dihadapi Dora.Â
Meski saya tinggal berdekatan dengannya, situasinya tidak memungkinkan untuk mengunjungi dan membantunya dari dekat.
Dora pun memahami itu, dan hal itulah yang menjadi sumber kepanikan dan ketakutannya. Di saat dia sakit parah, dia akan sendiri.Â
Karena meskipun belum jelas Dora sakit apa, saya dan suami harus tetap waspada. Keselamatan dan kesehatan keluarga kami tetap menjadi prioritas..
Tidak mungkin pula meminta bantuan orang lain, seperti menyewa asisten rumah tangga paruh waktu. Bisa saja orang yang dipekerjakan justru pembawa virus. Apalagi mencari asisten rumah tangga dalam situasi darurat tidaklah mudah.
Meminta tolong teman pun tidak mungkin. Semua orang sedang sibuk mengurung dan mengurus diri sendiri, bahkan banyak yang sudah terinfeksi. Teman-teman Dora pun sudah sangat terbatas. Semuanya sudah menikah dan sibuk dengan keluarganya masing-masing. Tetangga ada, tetapi bantuannya pun pasti terbatas.
Akhirnya saya dan suami membantu sebisa mungkin.Â
Kami membeli dan menyiapkan semua yang dibutuhkan Dora, lalu meletakkannya di depan pintu rumahnya. Anggap saja Dora sedang menjalani isolasi mandiri.
Kami membelikan obat-obatan, berbagai vitamin, buah-buahan, stok makanan kering, juga peralatan medis seperti masker dan desinfektan.
Suami juga berkeliling mencarikannya air kelapa hijau yang dipercaya dapat meningkatkan imun tubuh. Saat ini kelapa hijau menjadi langka. Sepertnya orang beramai-ramai berburu minuman sehat ini.
Selain kelapa hijau, susu murni merek beruang yang cukup terkenal ampuh meningkatkan imun tubuh juga mulai sulit ditemukan di minimarket-minimarket.