Pengelolaan hutan Indonesia dilakukan berbagai pihak. Selain dikelola pemerintah melalui Perum Perhutani, dan dikelola pihak swasta melalui HPH (Hak Pengusahaan Hutan), juga dikelola langsung oleh rakyat.
Pengelolaan hutan oleh rakyat melalui Hutan Rakyat (HR) yang lahannya adalah milik petani, dan Hutan Tanaman Rakyat (HTR) yang lahannya adalah milik negara namun diserahkan pengelolaannya kepada petani.
Namun dalam proses tata niaga kayu, posisi tawar petani hutan umumnya masih rendah. Petani bisa saja dipengaruhi pedagang kayu agar petani mau menjual kayu atau pohon milik mereka sesegera mungkin seperti keinginan pengusaha.
Penjualan kayu oleh petani umumnya per pohon (biasa disebut tegakan) atau per hamparan lahan. Setelah itu, petani akan langsung menerima uang tunai. Sedangkan proses pengukuran sampai penebangan pohon dilakukan oleh pedagang kayu.Â
Di sinilah titik lemahnya. Minimnya pengetahuan petani tentang kualifikasi kayu yang meliputi ukuran dan kualitas kayu, membuat nilai jualnya seringkali lebih rendah dari nilai tegakan itu sebenarnya. Sering pula petani menjual kayunya padahal ukuran tegakan tersebut belum mencapai nilai maksimal kayu.
Selain itu, rendahnya pengetahuan petani perihal peluang pasar kayu, pengelolaan tanaman dengan baik agar bernilai tinggi serta belum optimalnya peran kelompok tani sebagai sarana untuk mewujudkan tujuan kesejahteraan petani hutan, menjadi penyebab mudahnya petani diatur pihak lain. Akibatnya hasil yang diperoleh petani hutan rakyat belum maksimal.
Oleh karena itu, diperlukan kegiatan yang dapat meningkatkan pengetahuan petani. Salah satunya melalui kegatan pelatihan Workshop Master TreeGrower (MTG).
Dilakukan di beberapa provinsi, pelatihan ini merupakan bagian dari kegiatan penelitian Enhancing Community Based Commercial Forestry (CBCF) in Indonesia (2016 - 2021).Â
Pelatihan ini juga merupakan kegiatan kerja sama Badan Litbang dan Inovasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan Australian Center for International Agricultural Research.Â
Seorang dosen Universitas Melbourne Australia bernama Rowan Reid adalah orang pertama yang mengembangkan program ini pada tahun 1996. Beliau juga seorang petani dan pendiri Otway Agroforestry Network.
Tujuan MTG adalah supaya petani mau memelihara pohon untuk mendapatkan kayu berkualitas dengan harga lebih tinggi sesuai permintaan pasar kayu.