Memikirkan suatu hal secara berlebihan dan terus menerus, dalam istilah psikologi disebut overthinking.
Overthinking ditujukan pada orang-orang yang terlalu banyak memikirkan hal-hal sepele secara berlebihan.
Hal-hal yang dipikirkan berlebihan bisa muncul dari kenangan pilu di masa silam, kesalahan di masa lalu yang terus disesali, bahkan ketakutan atau kekhawatiran berlebihan atas sesuatu atau risiko di masa depan.
Overthinking juga bisa dipicu rasa sakit hati atau luka batin akibat perkataan atau perlakuan seseorang dalam interaksi sebagai makhluk sosial.
Jadi, overthinking memiliki kecenderungan membuat masalah kecil menjadi masalah besar. Dan menurut sebuah penelitian, pelaku overthinking sebagian besar didominasi perempuan. Tingginya angka overthinking pada perempuan terjadi karena berbagai sebab, mulai dari faktor biologis hingga sosial budaya.Â
Ini artinya, saya pun berpotensi berperilaku overthinking. Dan hal ini memang beberapa kali saya alami.
Mengingat kesalahan-kesalahan di masa lalu, pernah membuat saya berkali-kali menyesali diri. Bahkan berandai-andai saya bisa memperbaiki masa lalu tersebut.
Satu hal lain yang seringkali membuat saya berpikir berlebihan, adalah ketika mendapat perlakuan atau perkataan kurang menyenangkan dari pihak lain. Sering kali situasi ini menggring waktu lebih lama untuk berhenti memikirknnya.
Tetapi, tentu saja saya tidak ingin menyia-nyiakan hidup saya dengan perilaku overthinking ini.
Menurut Alodokter, overthinking bisa berdampak buruk bagi kesehatan mental dan fisik. Mulai dari menghambat aktivitas sehari-hari, menurunkan performa kerja, membuat emosi tidak terkontrol, hingga mengalami gangguan kesehatan seperti sakit kepala, demam, nyeri dada, jantung berdebar, hingga tekanan darah tinggi.
Belajar dari pengalaman, saya melakukan berbagai hal agar terhindar dari perilaku overthinking. Saya pun merekomendasikan ini bagi pembaca yang sedang mengalami situasi yang sama.