Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Dear Ibu Mertua, Inilah Warisan yang Kau Berikan pada Putramu

19 Maret 2021   02:22 Diperbarui: 19 Maret 2021   18:42 1072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber : Kompas.com)

Dear Ibu mertua,

Apa kabarmu hari ini, Ibu? Kuharap kau sehat ya, Ibu.

Bagaimana dengan persendianmu? Masih sering sakit kah? Ah, walaupun terkadang kau sering merasa sakit di sana, sebagai konsekuensi raga yang mulai menua, ku tahu kau tak akan mengeluh.

Sakit pada persendian bagimu hanyalah masalah sepele. Dinikmati saja. Itu selalu katamu.

Mungkin kali ni Ibu kaget, tumben aku berkirim kabar melalui tulisan. Sebenarnya aku bisa saja menelponmu langsung, Ibu, yang pasti akan kau sambut dengan gembira.

Namun aku rasa, lewat tulisan, aku bisa mengutarakan banyak hal. Segala sesuatu yang selama ini aku simpan sendiri, dan terasa canggung bila kukatakan langsung pada Ibu, bisa aku sampaikan di sini.

Satu hal pertama yang ingin aku sampaikan pada Ibu melalui surat ini, terimakasih untukmu, Ibu.

Terimakasih sudah menyambutku dengan hati terbuka, dan memberi restu anak lelaki Ibu mempersunting aku menjadi istrinya. 

Aku akan selalu ingat momen pertama perjumpaan aku dengan Ibu, hampir 16 tahun yang lalu.

Kala itu, aku yang masih berstatus pacar dari putra Ibu, diundang ke salah satu acara pernikahan sepupunya, sekaligus keponakan Ibu. Ibu yang tinggal di luar kota pun turut hadir dalam acara tersebut.

Ketika aku berjalan bergandengan tangan dengan putra Ibu memasuki gedung resepsi, baru kusadari kemudian, bahwa Ibu telah memandang aku sejak dari pintu masuk hingga ke dalam gedung.

Sejak dari kejauhan, Ibu sudah tersenyum. Menyambut kedatanganku dengan wajah sumringah. Ibu lalu memelukku, dan memandangku dengan penuh kekaguman. Seolah ibu ingin berkata, "Cantiknya, calon menantuku...,"

Aishh, maaf aku terlalu geer ya, Ibu. Yang pasti saat itu hatiku berbunga-bunga, karena diterima dengan baik oleh calon mertua, hehe...

Kemudian Ibu dengan sangat bangga menggandeng tanganku, lalu memperkenalkanku sebagai calon menantu Ibu, kepada keluarga besar Ibu yang hadir di sana.

Ibu pun tidak sungkan menitipkan sesaat tas Ibu untuk aku pegang, ketika Ibu beranjak sebentar untuk suatu keperluan.

Penerimaan Ibu padaku, membuat aku semakin yakin, bahwa aku tidak salah menaruh hatiku pada putra Ibu.

Akhirnya, betapa aku bersyukur bisa menjadi istri dari anak lelaki Ibu. Menjadi satu-satunya wanita dalam hatinya. Selain Ibu juga, tentunya.

Ibu terkasih,

Aku juga ingin berterimakasih, karena Ibu sudah mendidik putra Ibu menjadi seorang laki-laki, sekaligus suami sejati. 

Sikap anak lelaki Ibu yang selalu penuh kasih sayang padaku, membuat aku merasa menjadi wanita paling beruntung di dunia.

Sikapnya tidak pernah berubah, Ibu. Sejak menjalin kedekatan, hingga kini memasuk tahun ke-14 biduk rumah tangga kami, sikap sabar, baik, penuh kasih, dan perhatiannya padaku tidak pernah luntur. Masih sama seperti ketika masa pacaran. 

Aku pun heran, bagaimana putra Ibu bisa menjadi lelaki yang begitu sabar. Memiliki pembawaan yang selalu tenang. Dia bahkan jarang terlihat emosi, Ibu.

Dia menjadi salah satu orang yang aku lihat, tidak pernah memandang masalah sebagai sebuah masalah.

Padahal perjalanan hidup tak selalu mulus, Ibu. Belum lagi bila menghadapi sikapku yang terkadang absurd, egois dan mau menang sendiri, putra Ibu tidak pernah kehilangan kesabarannya. Sepertinya, putra Ibu memiliki "stok" kesabaran yang sangat berlimpah, dan tidak akan pernah habis dimakan waktu.

Hal itu yang membuat aku sering bertanya-tanya dalam hati, Ibu. Bagaimana Ibu bisa mendidik putra Ibu menjadi serupa itu. 

Padahal aku tahu pasti, Ibu dulu tidak hanya sebagai ibu rumah tangga, tetapi juga sebagai ibu yang bekerja. Tentu banyak waktu ibu yang tersita untuk pekerjaan.

Tapi entah bagaimana, Ibu mampu mendidik putra Ibu menjadi lelaki idaman. Bahkan seorang ibu yang mutlak hanya sebagai ibu rumah tangga pun belum tentu bisa menjadikan anak-anaknya memiliki karakter dan perilaku baik seperti putra Ibu.

Setelah bertahun-tahun menjadi menantu Ibu, akhirnya aku paham. Sikap baik, sabar dan tenang yang suamiku miliki, ternyata berasal dari Ibu.

Mungkin Bapak mertua juga memiliki karakter dan perilaku baik sama seperti Ibu. Sayang, beliau telah berpulang, dua tahun sebelum aku bertemu anakmu.

Sama seperti putra Ibu, hampir tidak pernah kudengar Ibu mengeluarkan kata-kata gusar maupun keluhan, yang mencirikan ketidaksabaran.

Sekalipun Ibu banyak menghadapi masalah kesehatan karena faktor usia, Ibu menjalaninya dengan ikhlas.

Ibu juga tidak pernah mengeluh lelah perihal banyaknya pekerjaan rumah tangga yang harus ibu kerjakan.

Sampai pada usia lebih dari 70 tahun, ibu tetap aktif memasak setiap hari. Bahkan di saat bersamaan, Ibu aktif membantu usaha yang sedang putri Ibu rintis.

Usaha dengan label Fresh Market itu, tak lepas dari bantuan tangan Ibu.

Membersihkan dan membungkus bahan pangan untuk segera dikirim ke konsumen, menjadi bagian dari tugas yang wajib Ibu kerjakan setiap.pagi.

Setelah pekerjaan tersebut beres, baru ibu lanjut dengan urusan dapur. 

Salut untuk Ibu. Usia sepertinya tidak melunturkan semangat Ibu untuk terus berkarya. Meski kini terbatas hanya di lingkungan keluarga.

Melalui situasi ini aku belajar satu hal, Ibu. Bahwa karakter dan perilaku orangtua khususnya Ibu dalam keluarga akan sangat memengaruhi karakter dan perilaku anak-anaknya. 

Karakter dan perilaku seorang ibu menjadi sangat penting, karena anak-anak akan lebih banyak berinteraksi dan bertatap muka dengan ibu dibandingkan ayah.

Bila seorang ibu memiliki karakter dan perilaku positif, maka anak-anaknya pun akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang memiliki karakter dan perilaku positif pula.

Sikap seorang ibu dalam menyikapi berbagai masalah dalam rumah tangga juga kehidupan, pun akan menjadi role model anak di masa dewasa. Ketika anak berjumpa dengan masalah, teladan sang ibu menjadi panduan anak dalam menentukan sikap.

Dalam hal ini, Ibu sudah memberikan warisan berharga pada putra Ibu. Warisan yang tidak terlihat, namun sangat bernilai, bermanfaat, dan bisa dirasakan oleh orang -orang di sekitarnya.

Ibu terkasih,

Berkaca dari hal tersebut aku pun belajar. Bahwa warisan budi pekerti nan luhur, jauh lebih berharga daripada warisan harta benda berlimpah apapun.

Harta benda bisa habis dimakan ngengat. Tetapi budi pekerti nan luhur tak mudah lekang oleh jaman maupun waktu.

Ibu,

Sekali lagi, terimakasih.

Kiranya Tuhan selalu menjaga Ibu, mengaruniakan kepada Ibu kesehatan dan umur panjang, sukacita, kebahagian, serta berkat yang berlimpah.

Sekian dulu surat dariku, Ibu.

Tuban memberkati.

MW.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun