Sejak dari kejauhan, Ibu sudah tersenyum. Menyambut kedatanganku dengan wajah sumringah. Ibu lalu memelukku, dan memandangku dengan penuh kekaguman. Seolah ibu ingin berkata, "Cantiknya, calon menantuku...,"
Aishh, maaf aku terlalu geer ya, Ibu. Yang pasti saat itu hatiku berbunga-bunga, karena diterima dengan baik oleh calon mertua, hehe...
Kemudian Ibu dengan sangat bangga menggandeng tanganku, lalu memperkenalkanku sebagai calon menantu Ibu, kepada keluarga besar Ibu yang hadir di sana.
Ibu pun tidak sungkan menitipkan sesaat tas Ibu untuk aku pegang, ketika Ibu beranjak sebentar untuk suatu keperluan.
Penerimaan Ibu padaku, membuat aku semakin yakin, bahwa aku tidak salah menaruh hatiku pada putra Ibu.
Akhirnya, betapa aku bersyukur bisa menjadi istri dari anak lelaki Ibu. Menjadi satu-satunya wanita dalam hatinya. Selain Ibu juga, tentunya.
Ibu terkasih,
Aku juga ingin berterimakasih, karena Ibu sudah mendidik putra Ibu menjadi seorang laki-laki, sekaligus suami sejati.Â
Sikap anak lelaki Ibu yang selalu penuh kasih sayang padaku, membuat aku merasa menjadi wanita paling beruntung di dunia.
Sikapnya tidak pernah berubah, Ibu. Sejak menjalin kedekatan, hingga kini memasuk tahun ke-14 biduk rumah tangga kami, sikap sabar, baik, penuh kasih, dan perhatiannya padaku tidak pernah luntur. Masih sama seperti ketika masa pacaran.Â
Aku pun heran, bagaimana putra Ibu bisa menjadi lelaki yang begitu sabar. Memiliki pembawaan yang selalu tenang. Dia bahkan jarang terlihat emosi, Ibu.