Dia menjadi salah satu orang yang aku lihat, tidak pernah memandang masalah sebagai sebuah masalah.
Padahal perjalanan hidup tak selalu mulus, Ibu. Belum lagi bila menghadapi sikapku yang terkadang absurd, egois dan mau menang sendiri, putra Ibu tidak pernah kehilangan kesabarannya. Sepertinya, putra Ibu memiliki "stok" kesabaran yang sangat berlimpah, dan tidak akan pernah habis dimakan waktu.
Hal itu yang membuat aku sering bertanya-tanya dalam hati, Ibu. Bagaimana Ibu bisa mendidik putra Ibu menjadi serupa itu.Â
Padahal aku tahu pasti, Ibu dulu tidak hanya sebagai ibu rumah tangga, tetapi juga sebagai ibu yang bekerja. Tentu banyak waktu ibu yang tersita untuk pekerjaan.
Tapi entah bagaimana, Ibu mampu mendidik putra Ibu menjadi lelaki idaman. Bahkan seorang ibu yang mutlak hanya sebagai ibu rumah tangga pun belum tentu bisa menjadikan anak-anaknya memiliki karakter dan perilaku baik seperti putra Ibu.
Setelah bertahun-tahun menjadi menantu Ibu, akhirnya aku paham. Sikap baik, sabar dan tenang yang suamiku miliki, ternyata berasal dari Ibu.
Mungkin Bapak mertua juga memiliki karakter dan perilaku baik sama seperti Ibu. Sayang, beliau telah berpulang, dua tahun sebelum aku bertemu anakmu.
Sama seperti putra Ibu, hampir tidak pernah kudengar Ibu mengeluarkan kata-kata gusar maupun keluhan, yang mencirikan ketidaksabaran.
Sekalipun Ibu banyak menghadapi masalah kesehatan karena faktor usia, Ibu menjalaninya dengan ikhlas.
Ibu juga tidak pernah mengeluh lelah perihal banyaknya pekerjaan rumah tangga yang harus ibu kerjakan.
Sampai pada usia lebih dari 70 tahun, ibu tetap aktif memasak setiap hari. Bahkan di saat bersamaan, Ibu aktif membantu usaha yang sedang putri Ibu rintis.