Tadi pagi menjelang siang, sekitar pukul 10, saya dan suami mampir ke sebuah toko langganan untuk membeli galon air mineral. Begitu tiba di sana, kami melihat di samping toko sedang ramai ibu-ibu berkumpul, termasuk si pemilik toko. Seorang nenek terlihat panik, kebingungan, dan tampak seperti hendak menangis.
Si nenek yang terlihat panik ini meminta tolong pada siapapun yang ada di situ untuk mencari cucunya. Kemudian si nenek langsung berlari menuju gang di samping toko sembari berteriak-teriak kepada orang-orang di sana untuk membantu menemukan cucunya.
Rasa penasaran membuat kami menanyakan kepada pemilik toko kejadian yang sebenarnya.
Menurut ceritanya, nenek tadi sedang mencari salah seorang cucunya. Cucunya yang berusia sekitar 6 tahun itu, semula dibiarkan bermain di sebuah tanah lapang kecil tak jauh dari sana. Di tanah lapang itu juga banyak anak lain yang sedang bermain.
Setelah beberapa lama, si nenek hendak mengajak pulang sang cucu. Tetapi ternyata cucunya sudah tidak ada lagi di tempat tersebut. Menurut saksi yang melihat, anak tersebut diajak pergi bersama beberapa orang dewasa yang tidak dikenal dan bukan warga setempat.
Sang nenek pun langsung panik. Beberapa ibu-ibu yang mengenal anak tersebut ikut mencari. Entah pergi ke mana si anak. Semoga tidak pergi jauh, dan segera ditemukan.
Daerah tempat tinggal kami yang berada di pinggiran Kota Depok, Jawa Barat, memang merupakan kawasan padat pemukiman. Banyak jalan-jalan tikus dan gang-gang kecil. Sehingga bila terjadi kehilangan anak, cukup lelah mencarinya karena harus keluar masuk gang. Keadaan ini pun bisa saja dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Kejadian seperti ini sebenarnya bukan berita baru. Di wilayah kami, kejadian ini pun bukan yang pertama. Sudah berulang kali terjadi.Â
Di media massa pun berkali-kali kita membaca atau mendengar berita perihal anak hilang, anak diculik, anak celaka dan sebagainya. Dan salah satu penyebabnya adalah kelalaian orangtua yang membiarkan anak-anak bermain sendiri tanpa pengawasan.Â
Akan tetapi, sepertinya berbagai kejadian anak hilang atau anak celaka tersebut tidak mampu membuat sebagian orangtua kapok atau lebih ketat lagi mengawasi anak-anak mereka.
Saya sendiri sering gemas bila melihat orangtua dengan santainya melepas anak-anak mereka bermain jauh. Lepas dari pengawasan, bahkan lepas dari jangkauan penglihatan.
Saya termasuk orangtua yang tidak bisa berlaku demikian. Saya hanya mengizinkan anak saya bermain di halaman rumah atau halaman lingkungan rumah kami.Â
Kebetulan lingkungan atau kompleks tempat kami tinggal tidak terlalu besar. Hanya terdiri dari beberapa rumah saja. Hingga saya dapat dengan mudah mengawasinya bermain, dari depan rumah.Â
Setiap kali anak saya hendak bermain keluar rumah, saya selalu mewanti-wantinya untuk tidak keluar dari kompleks. Karena begitu keluar kompleks, langsung bertemu dengan jalan tempat lalu lalang kendaraan bermotor.
Lagipula bila keluar dari kompleks, saya tidak bisa mengawasinya lagi. Dan saya tidak ingin mengambil risiko bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Jadi, bagi para orangtua, memang sebaiknya berpikir seribu kali untuk membiarkan anak bermain di luar rumah tanpa pengawasan. Bukan karena lebay atau over protective. Tetapi karena begitu banyak bahaya dan kejahatan yang mengintai anak di luar sana.
Kecelakaan lalu lintas
Bukan sekali dua kali terjadi anak tertabrak mobil atau motor yang melintas, karena anak bermain di sekitar jalan raya.Â
Kejadian tabrakan bisa saja terjadi karena anak-anak tiba-tiba menyeberangi jalan, misalnya. Atau terserempet kendaraan, atau tertabrak karena anak-anak tiba-tiba saja keluar dari rumah di sisi jalan, tanpa melihat stuasi jalan.Â
Anak-anak belum cukup umur untuk paham sepenuhnya bahaya kendaraan yang lalu lalang di jalan raya.
Perihal bahaya lalu lintas bagi anak ini, sudah pernah saya bagikan dalam sebuah artikel berjudul Pentingnya Pengawasan Orangtua Ketika Anak Bermain di Sisi Jalan.
Penculikan anak
Penculikan anak bukan masalah main-main. Ini masalah serius. Tetapi herannya, masih banyak orangtua yang terkesan tidak peduli dengan bahaya satu ini.Â
Pelaku penculikan anak memiliki motif beraneka ragam yang mendasari aksi jahatnya. Bisa untuk dijadikan pengemis, untuk memeras orangtua dengan meminta uang tebusan, untuk diperdagangkan, atau untuk maksud lainnya.
Modusnya pun bermacam-macam. Ada yang mengiming-imingi korbannya dengan hadiah, membekap mulut anak dengan kertas tisu yang sudah mengandung obat bius, menghipnotisnya, atau langsung menggendong dan membawanya kabur dengan kendaraan bermotor.
Sebagai orangtua tentu kita tidak ingin hal buruk serupa menimpa anak-anak kita.
Kekerasan seksual
Anak masih terlalu kecil untuk paham bahaya kekerasan seksual yang mengintai di luar rumah.
Dewasa ini, bukan hanya anak perempuan saja yang harus diawasi dan dijaga, anak laki-laki pun tidak boleh lepas dari pengawasan.
Cukup banyak predator anak di luar sana yang tidak lagi memandang jenis kelamin atau siapa korbannya. Apakah anak lelaki atau perempuan, apakah itu anak tetangga, anak saudaranya, muridnya, atau siapa saja. Selama hasrat bejatnya terpuaskan, tak menjadi masalah siapa pun anak-anak tersebut.
Dan predator-predator anak ini akan sangat leluasa melakukan aksinya pada anak-anak yang minim pengawasan orangtua.
Sebuah kisah miris tentang kekerasan seksual pada seorang anak yang dilakukan oleh seorang tetangganya, pernah saya bagikan dalam artikel berjudul Ayah Mengabaikan Tugas dan Tanggung Jawab, Anak Jadi Korban Kekerasan Seksual.
Perampokan
Umumnya terjadi pada anak-anak yang mengenakan perhiasan mencolok, seperti emas. Oleh karena itu, demi keselamatan anak, sebaiknya mereka tidak dipakaikan perhiasan emas terlebih dahulu.Â
Andaikata pun si anak meminta untuk mengenakan perhiasan seperti gelang atau kalung, sebaiknya orangtua membelikan perhiasan yang terbuat dari bahan plastik saja dulu. Tentu saja pilih perhiasan dari bahan plastik yang aman bagi kulit anak.
Kasus kejahatan jenis ini juga bisa menimpa anak-anak yang membawa gawai saat bermain di luar rumah. Untuk itu, bila anak hendak bermain di luar dengan pengawasan, tinggalkan gawai di rumah. Biarkan anak bermain bebas tanpa gawai.
Berbagai kecelakaan
Berbagai kecelakaan di sini maksudnya di luar kecelakaan lalu lintas. Misalnya, celaka jatuh di tempat bermain, tersengat kabel listrik, tenggelam karena bermain di sekitar aliran air, jatuh ke dalam sumur, terluka bakar karena bermain api, tersengat tawon, dan berbagai bahaya celaka lainnya.
Kemampuan anak untuk berpikir logis tentang berbagai potensi bahaya yang ada di sekitarnya masih sangat terbatas. Untuk itu perlu pendampingan dan pengawasan orangtua atau orang dewasa kala anak bermain di luar rumah.
Sesibuk-sibuknya orangtua, tidak ada salahnya menyisihkan sedikit waktu untuk mengawasi anak bermain di luar rumah. Demi melindungi anak-anak kita dari hal-hal yang tidak diinginkan. Jangan sampai timbul penyesalan, yang biasanya datang belakangan.
Yuk, lebih peduli dan sayangi anak-anak kita.
***
Salam
Martha Weda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H