Saya melihat hal ini pada suami. Pilihannya hanya take it, atau kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan dengan kompensasi yang baik hilang.
Dan suami bertanggung jawab pada pilihannya. Sehingga dia tidak ragu dan juga tidak mengeluh kala aturan main itu merenggut cukup banyak waktu untuk kehidupan pribadi dan keluarganya.
Andaikata memilih meninggalkan atau leave it, tentu harus menanggung resiko pula untuk mencari pekerjaan baru. Dan ini bukan perkara mudah untuk mendapatkan pekerjaan, terlebih yang sesuai dengan apa yang kita sukai atau sesuai dengan maunya kita. Apalagi di masa pandemi ini, tingkat pengangguran semakin tinggi.
Melalui hal ini, saya belajar makna tanggung jawab darinya. Juga makna bersyukur dalam segala hal. Menjalani apa yang sudah menjadi pilihan dengan penuh tanggung jawab dan bersyukur, juga berusaha mencintai pekerjaan, akan membuat jiwa dan jasmani lebih sehat, ketimbang terus mengeluh dan bersungut-sungut.
Kehidupan kadang kala memang tidak bisa benar-benar seimbang. Bila di satu sisi lebih, di satu sisi lainnya berkurang. Atau sebaliknya. Dituntut keikhlasan kita yang menjalaninya untuk selalu bersyukur.
Kita pun tidak bisa mendapatkan semua yang kita inginkan. Selalu ada harga yang harus dibayar untuk sebuah pencapaian.Â
***
Salam
Martha Weda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H