Berkali-kali saya diminta untuk menjadi koordinator arisan, saya tolak. Beberapa ibu yang saya kenal sejak anak saya TK, dan kini anaknya satu sekolah dengan anak saya, bahkan membujuk-bujuk saya, namun saya tetap tidak mau.
Kalau di TK dulu, masih mudah mengoordinasikannya, karena ruang lingkupnya kecil. Lha, kalau SD, muridnya saja lebih dari 600 siswa!
Meskipn grup arisan umumnya beranggotakan paling banyak puluhan peserta, tetap saja akan lebih repot mengoordinasikannya.Â
Di samping segala tantangan dan kerepotan yang dialami, ada kelebihan dan keuntungan yang didapat sebagai koordinator arisan.
Yang utama, sekalipun koordinator arisan memang tidak mendapat bayaran, alias kerja sukarela, koordinator arisan akan sering mendapat tip dari setiap penerima arisan.
Jumlahnya pun bervariasi, bergantung dari nilai setoran per orang. Semakin tinggi nilai setoran, akan semakin besar tipnya.
Hal ini memang tidak diwajibkan, tetapi penerima arisan umumnya tidak enak hati bila tidak memberi tip.
Menilik dari banyaknya kasus perihal koordinator arisan yang berbuat nakal, dengan membawa kabur uang arisan, hal ini bisa saja terjadi.
Pasti ada saja orang yang akhirnya tergoda dengan uang yang dipercayakan padanya. Apalagi jika jumlahnya besar.
Kejadian serupa inipun pernah terjadi di salah satu grup arisan ibu-ibu siswa di sekolah anak saya. Di artikel berikutnya saya akan mencoba menguraikannya.
So, ada yang tertarik menjadi koordinator arisan?