Masa liburan adalah saat yang paling ditunggu-tunggu. Apalagi bila perjalanan liburan tersebut telah direncanakan jauh-jauh hari. Harapan terbesar tentu semuanya berjalan lancar, tanpa hambatan yang berarti.
Di libur lebaran tahun 2018, kami berencana untuk menghabiskan liburan di kampung halaman suami di Kota Blitar.
Pilihan moda transportasi yang paling nyaman dan murah sebenarnya adalah menggunakan kereta api. Lagipula ada trayek khusus Jakarta-Malang yang melewati dan berhenti di Stasiun Blitar.
Namun seperti tahun-tahun sebelumnya kami tidak bisa memesan tiket tiga bulan sebelumnya. Hal ini dikarenakan pengumuman jatah dan waktu cuti karyawan di perusahaan tempat suami bekerja baru dikeluarkan paling cepat tiga minggu sebelum libur. Alhasil kami seringkali memesan tiket perjalanan di beberapa hari sebelum masa libur.
Ketika itu, kami tidak mungkin lagi berburu tiket kereta. Tiket kereta kelas ekonomi dan bisnis tujuan Blitar ketika itu sudah ludes terjual. Kalau pun masih tersisa adalah tiket kelas eksekutif yang harganya sudah naik sangat tinggi.
Akhirnya kami memutuskan menggunakan bus. Harga tiket bus kala itu 600 ribu lebih per orang untuk kelas eksekutif. Jadi untuk kami bertiga, hampir 2 juta rupiah. Tiket ini kami beli langsung di pool bus yang bersangkutan yang ada di kawasan TB Simatupang.
Hati pun tenang kala tiket sudah di tangan.
Tetapi apa dinyana, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Lima hari menjelang keberangkatan, saya jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Saya terserang typus.
Memang beberapa minggu sebelum libur lebaran, bertepatan dengan masa Penilaian Akhir Tahun ajaran untuk siswa SD. Kegiatan saya cukup padat dengan jadwal mengajar les dari siang hingga menjelang malam, setiap hari. Sementara dari pagi hingga siang, aktivitas saya tak kalah riweuh. Mulai dari mengantar jemput anak ke dan dari sekolah, mengerjakan pekerjaan rumah tangga, menyiapkan materi mengajar serta menyusun soal-soal untuk para siswa les saya.
Kegiatan tanpa henti itu membuat saya tidak menjaga pola makan dan istirahat saya dengan baik. Kolaborasi kelalaian tersebut menyebabkan tubuh saya tumbang dan tidak ada pilihan lain selain harus beristirahat.
Semula saya berharap akan segera pulih dalam beberapa hari. Hanya saja, penyakit typus bukan seperti flu atau pusing kepala yang bisa sembuh dalam satu dua hari. Penderita typus diwajibkan untuk istirahat total di tempat tidur paling tidak minimal satu minggu. Mau tak mau, kami melewatkan waktu keberangkatan.Â
Sempat berpikir untuk memaksakan diri meminta izin pada dokter yang merawat saya, agar bisa segera keluar dari rumah sakit dan tetap berangkat sesuai jadwal. Akan tetapi, kondisi tubuh saya kala itu masih lemah. Saya khawatir kondisi saya akan semakin memburuk bila memaksakan diri.
Suami pun mencoba menghubungi pihak pengelola bus untuk meminta pengunduran jadwal keberangkatan. Kalau pun tidak lagi tersedia tempat untuk kami, paling tidak ada pengembalian uang tiket walaupun tidak penuh lagi.
Untuk tiket pesawat dan kereta api, calon penumpang bisa meminta perubahan jadwal keberangkatan (selama tempat masih tersedia) atau membatalkan perjalanan di beberapa hari sebelum keberangkatan dengan pengembalian uang beberapa persen dari total harga tiket.Â
Tidak demikian dengan tiket bus. Penumpang tidak bisa mengubah jadwal keberangkatan atau membatalkan perjalanan. Andaikata kedua hal tersebut terjadi, otomatis uang tiket hangus.
Dan itulah yang terjadi kala itu. Kerugian hampir 2 juta rupiah harus kami terima. Mau bagaimana lagi. Saya baru bisa keluar dari rumah sakit empat hari menjelang lebaran.Â
Kendati demikian, walaupun sisa hari menjelang lebaran sudah sangat terbatas, keinginan untuk berlibur dan bertemu keluarga di Blitar sangatlah besar. Mengingat lagi, kesempatan cuti panjang hanya satu kali dalam setahun diperoleh suami dari kantor.
Untungnya suami tetap bersemangat berburu tiket murah di berbagai situs penjualan tiket di internet, apapun moda transportasinya. Sedangkan saya terus memulihkan kesehatan. Selama itu saya tidak beranjak dari kamar. Saya benar-benar menghabiskan waktu untuk beristirahat.
Hasilnya, dua hari menjelang lebaran, kami mendapatkan tiket pesawat murah tujuan Jakarta-Surabaya seharga 500 ribu rupiah per orang, untuk keberangkatan tepat di hari raya Idul Fitri. Walaupun sedikit terlambat, tapi tidak masalah, karena kami masih dapat menghabiskan beberapa hari di Blitar.
Harga tiket pesawat tujuan Jakarta-Surabaya kala itu umumnya sudah di atas 1 juta rupiah per orang. Jadi kami menghemat cukup banyak.
Bertepatan pula, ada acara kumpul keluarga besar di Sidoarjo pada hari kedua lebaran. Jadi setiba di Surabaya, kami dijemput oleh salah seorang sepupu suami. Menginap di rumahnya dan bertemu ibu mertua yang datang dari Blitar, di sana.
Saat hendak kembali ke Jakarta, kami melakukan pola yang sama seperti saat berangkat. Kami gencar berburu tiket murah. Hingga kami pun mendapatkan tiket pesawat dengan harga yang sama di satu hari menjelang kepulangan pada hari keenam setelah lebaran. Namun kali ini dengan maskapai yang berbeda.
Itu kisah berlibur pada tahun 2018.Â
Pada tahun 2019, kisah perjalanan kami lebih seru lagi. Kami menggunakan dua moda transportasi menuju Blitar. Bis dan kereta, dan transit di Kota Solo. Total biaya tiket Jakarta-Blitar yang kami keluarkan kali ini hanya 750 ribu rupiah. Atau cuma 250 ribu per orang.
Tiket bus baru kami dapatkan menjelang dini hari di hari keberangkatan. Sedangkan tiket kereta Brantas Lebaran tujuan Solo-Blitar langsung kami beli di Stasiun Solo Jebres.Â
Tiket bus yang kami beli sebenarnya tujuan Jakarta-Jogja, melewati kota Solo. Namun  karena dari hasil pantauan kami di situs penjualan tiket kereta, di Solo masih tersedia banyak tiket tujuan Blitar, dan waktu keberangkatannya pun hanya berselang beberapa jam dari perkiraan waktu tiba kami di kota Solo, akhirnya kami membatalkan turun di Jogja, dan memutuskan untuk turun di Kota Solo.
Ternyata perjalanan yang seperti ini justru lebih mengasyikkan. Bisa singgah di beberapa tempat, bahkan transit 5 jam di Kota Solo.Â
Dalam perjalanan kembali ke Jakarta, kami mengikuti acuan seperti kala berangkat. Kami membeli tiket kereta api tujuan Solo. Lalu di terminal Solo, kami berburu tiket bis tujuan Jakarta. Cuma kali ini, total biaya yang kami keluarkan dua kali lebih mahal dari saat berangkat.
Ini dikarenakan harga tiket bus DAMRI yang tersedia kala itu membumbung naik di harga 400 ribu rupiah per orang. Jadi total biaya yang kami keluarkan untuk tiket perjalanan sebesar 1,5 juta rupiah.
Tetapi biaya yang dikeluarkan memang tidak bisa disandingkan dengan keseruan berlibur dan kebahagiaan bertemu sanak saudara di kampung halaman.
Belajar dari beberapa pengalaman melakukan perjalanan berlibur, ada beberapa hal yang ingin saya bagikan disini, yang bisa dipertimbangkan agar liburan berjalan lancar dan menyenangkan.
Menjaga kondisi tubuh tetap sehat dan bugar sebelum dan selama perjalanan
Paling tidak beberapa minggu menjelang libur, siapkan tubuh dengan prima. Selalu mengonsumsi makanan bergizi serta multivitamin yang dapat meningkatkan imunitas tubuh. Tidak lupa untuk selalu beristirahat dengan cukup.
Hal ini sangat penting agar tidak mengalami kerugian seperti yang kami alami. Kerugian hampir 2 juta rupiah yang kami alami itu murni karena keteledoran saya. Lalai menjaga kesehatan.
Rajin memantau ketersediaan kursi dan harga tiket di situs penjualan online
Ketersediaan kursi dan harga tiket selalu berubah setiap waktu, baik tiket kereta api, bus maupun pesawat.Â
Jangan takut tidak mendapatkan tiket. Justru di hari-hari menjelang masa libur, seringkali ada penambahan armada transportasi, sehingga terjadi banyak penambahan tempat duduk, dan harga tiket pun menjadi lebih murah. Saat perjalanan dengan pesawat menuju Surabaya pada 2018, jumlah penumpang tidak terlalu banyak. beberapa baris kursi terlihat kosong.
Begitu pula saat menggunakan bus ke Solo pada 2019, bus yang kami gunakan cukup baik, bersih dan berpendingin udara. Harga tiketnya hanya 150 ribu per orang. Ternyata bus ini merupakan armada tambahan.
Jangan ragu menggunakan beberapa moda transportasi
Bila hal ini mampu menekan biaya, kenapa tidak. Apalagi bila anak-anak sudah cukup besar, sehingga tidak terlalu riskan mengajak mereka sedikit berpetualang. Namun opsi ini tidak saya sarankan bagi keluarga yang masih memiliki bayi atau balita. Dikhawatirkan bayi atau balita kelelahan dalam rentang waktu perjalanan yang lebih panjang.
Membawa barang secukupnya
Untuk kami bertiga, biasanya kami hanya akan membawa satu tas koper ukuran sedang. Ditambah satu ransel berisi bekal makanan dan minuman selama perjalanan, dan tas selempang masing-masing untuk saya dan suami.Â
Membawa buah tangan secukupnya saja, dan itupun biasanya kami satukan di tas koper atau di ransel. Selain memudahkan pergerakan, pengawasan pada barang yang lebih sedikitpun akan lebih mudah.
Juga lagi-lagi untuk menghemat biaya, terutama bila bepergian menggunakan pesawat. Karena ada ketentuan maksimal berat bagasi dan kabin. Kelebihan bagasi akan dikenakan biaya tambahan yang cukup besar.
Membawa bekal untuk berhemat
Selama perjalanan, saya selalu membawa termos kecil berisi air panas. Bila di tengah perjalanan, persediaan air panas habis, saya akan membeli air panas di warung makan atau restoran yang saya temui.Â
Saya pun selalu membawa beberapa buah teh celup, beberapa bungkus kopi siap seduh, dan beberapa bungkus gula kemasan kecil. Trik ini bermanfaat agar kami bisa minum teh atau kopi panas, kapanpun kami mau, tanpa mengeluarkan rupiah lagi. Tak lupa beberapa bungkus makanan kecil dan roti.
Bila ingin jajan di perjalanan, kami tidak sungkan pula untuk mencari jajanan atau tempat makan murah. Yang penting bisa menghemat biaya perjalanan.
Di Bandara Soekarno Hatta sendiri, ada warung makanan murah yang jarang diketahui orang. Letaknya persis di belakang area parkir mobil di terminal lama. Memang tidak terlalu kelihatan dari luar.
Harga makanan dan minumannya tidak jauh beda dengan di warteg, sangat terjangkau. Kami beberapa kali makan di sana bila kebetulan berada di bandara.
Libur Natal dan Tahun Baru hanya tinggal sekitar 7 minggu lagi. Bagi yang berencana berlibur keluar kota atau keluar negeri ataupun ke kampung halaman, ada baiknya mempersiapkan diri sejak saat ini, agar perjalanan liburan lancar dan menyenangkan.
Martha Weda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H