Sempat berpikir untuk memaksakan diri meminta izin pada dokter yang merawat saya, agar bisa segera keluar dari rumah sakit dan tetap berangkat sesuai jadwal. Akan tetapi, kondisi tubuh saya kala itu masih lemah. Saya khawatir kondisi saya akan semakin memburuk bila memaksakan diri.
Suami pun mencoba menghubungi pihak pengelola bus untuk meminta pengunduran jadwal keberangkatan. Kalau pun tidak lagi tersedia tempat untuk kami, paling tidak ada pengembalian uang tiket walaupun tidak penuh lagi.
Untuk tiket pesawat dan kereta api, calon penumpang bisa meminta perubahan jadwal keberangkatan (selama tempat masih tersedia) atau membatalkan perjalanan di beberapa hari sebelum keberangkatan dengan pengembalian uang beberapa persen dari total harga tiket.Â
Tidak demikian dengan tiket bus. Penumpang tidak bisa mengubah jadwal keberangkatan atau membatalkan perjalanan. Andaikata kedua hal tersebut terjadi, otomatis uang tiket hangus.
Dan itulah yang terjadi kala itu. Kerugian hampir 2 juta rupiah harus kami terima. Mau bagaimana lagi. Saya baru bisa keluar dari rumah sakit empat hari menjelang lebaran.Â
Kendati demikian, walaupun sisa hari menjelang lebaran sudah sangat terbatas, keinginan untuk berlibur dan bertemu keluarga di Blitar sangatlah besar. Mengingat lagi, kesempatan cuti panjang hanya satu kali dalam setahun diperoleh suami dari kantor.
Untungnya suami tetap bersemangat berburu tiket murah di berbagai situs penjualan tiket di internet, apapun moda transportasinya. Sedangkan saya terus memulihkan kesehatan. Selama itu saya tidak beranjak dari kamar. Saya benar-benar menghabiskan waktu untuk beristirahat.
Hasilnya, dua hari menjelang lebaran, kami mendapatkan tiket pesawat murah tujuan Jakarta-Surabaya seharga 500 ribu rupiah per orang, untuk keberangkatan tepat di hari raya Idul Fitri. Walaupun sedikit terlambat, tapi tidak masalah, karena kami masih dapat menghabiskan beberapa hari di Blitar.
Harga tiket pesawat tujuan Jakarta-Surabaya kala itu umumnya sudah di atas 1 juta rupiah per orang. Jadi kami menghemat cukup banyak.
Bertepatan pula, ada acara kumpul keluarga besar di Sidoarjo pada hari kedua lebaran. Jadi setiba di Surabaya, kami dijemput oleh salah seorang sepupu suami. Menginap di rumahnya dan bertemu ibu mertua yang datang dari Blitar, di sana.
Saat hendak kembali ke Jakarta, kami melakukan pola yang sama seperti saat berangkat. Kami gencar berburu tiket murah. Hingga kami pun mendapatkan tiket pesawat dengan harga yang sama di satu hari menjelang kepulangan pada hari keenam setelah lebaran. Namun kali ini dengan maskapai yang berbeda.