Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Suami Kena PHK, Saya Hanya Ibu Rumah Tangga dan Punya Bayi Usia 18 Bulan

14 Oktober 2020   17:49 Diperbarui: 16 Oktober 2020   05:28 4767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Duh, saat itu saya tidak bisa melukiskan perasaan saya. Hancur hati ini melihat suami merendahkan diri, mengakui, dan meminta maaf atas kegagalannya.

Namun saya berusaha tegar dan tetap tersenyum. Saya berusaha untuk kuat. Saya tahu, suami saat itu secara psikis sedang terpuruk. Untuk itu saya yang harus kuat dan tegar, agar suami menjadi kuat dan tegar pula.

Saya mencoba menghiburnya dengan mengatakan bahwa ini bukan salahnya. Toh, suami sudah berjuang dan memberikan yang terbaik.

Sempat beberapa tahun bekerja di satu kantor yang sama dengan suami, membuat saya sangat paham etos kerjanya. Suami selalu serius dalam bekerja, disiplin, tidak pernah main-main, apalagi malas-malasan. Jadi bila kali ini suami gagal, saya tahu ini di luar kendalinya. 

Dan entah kenapa, setelah hari terakhir suami bekerja di sana, saya tidak terlalu khawatir lagi. Saya seperti memiliki keyakinan bahwa kami akan baik-baik saja. Bahwa masa sulit ini tidak akan lama. Suami pasti akan segera nmendapat pekerjaan yang baru, dan kehidupan kami segera membaik. Seperti ada kekuatan tak terbatas, yang di luar nalar, yang selalu mengingatkan saya akan hal ini.

Setelah hari itu, saya dan suami pun banyak berdiskusi, akan bagaimana selanjutnya. Perusahaan mana yang akan dituju. Apa yang harus kami lakukan untuk menekan pengeluaran agar tabungan kami cukup untuk hidup selama beberapa bulan ke depan. Bagaimana agar anak kami yang baru berusia 18 bulan tetap minum susu dan tetap memperoleh asupan gizi yang cukup. Semua itu kami bicarakan bersama.

Jadi sekalipun nakhoda rumah tangga ini adalah suami, saya tak pernah membiarkannya sendiri di ruang kemudi. Saya terus mendampinginya. Kami berdua bergandengan tangan dan berbagi beban menghadapi badai kehidupan ini.

Dua minggu setelahnya, kegiatan suami diisi dengan mengirim beberapa lamaran ke beberapa perusahaan. 

Syukurlah, tak sampai satu bulan tanpa pekerjaan, suami mendapatkan panggilan kerja, dari dua perusahaan sekaligus.

Suami menjalani tes peenerimaan di kedua perusahaan tersebut dan berhasil melewati keduanya. Akan tetapi tentu kami harus memilih salah satu saja.

Dua perusahaan ini termasuk perusahaan yang cukup baik di bidangnya. Dengan berbagai pertimbangan akhirnya diputuskan untuk memilih satu di antaranya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun