Kedua orangtua si anak sangat menyesal. Apa daya, nasi telah menjadi bubur, masa yang telah lewat tak mungkin diulang kembali.
Walaupun pada akhirnya si pelaku menerima konsekuensi hukum, masa kelam anak tidak mungkin terhapus begitu saja. Penyesalan orangtua juga tidak akan mengembalikan keadaan anak ke kondisi semula. Perlu upaya untuk memulihkan kondisi fisik dan psikis anak.
Melihat dari kejadian di atas, si anak tentu tidak akan mengalami pelecehan seksual bila ayah bertanggungjawab sepenuhnya pada tugas dan kwajibannya sebagai kepala rumah tangga.
Si ibu juga tidak bisa dianggap benar. Membiarkan anak pergi tanpa pengawasan, dan disuruh bekerja pula, dalam situasi terjepit sekalipun, bukanlah keputusan yang bijak.
Akan tetapi di sini saya mencoba untuk melihat dari sisi tugas dan tanggung jawab ayah sebagai kepala keluarga.
Seorang laki-laki, bila menyatakan siap berumahtangga, seharusnya juga siap memenuhi tugas-tugas dan tanggungjawab sebagai kepala rumah tangga.
Menilik kisah di atas, ada beberapa tugas dan tanggung jawab yang sang ayah abaikan sebagai kepala keluarga, sehingga hal buruk terjadi pada anaknya.
Pemimpin
Sosok ayah selalu identik dengan kepemimpinan. Ayah adalah nakhoda dalam sebuah biduk rumah tangga, dan pemimpin keluarga dalam mengarungi samudera kehidupan.
Seorang ayah yang mengabaikan kewajibannya mencari nafkah, bahkan membiarkan istri dan anaknya berjuang sendiri, ibarat menyerahkan kemudi kapal kepada anggota keluarganya. Ini berarti sang ayah telah mengabaikan tanggung jawabnya sebagai pemimpin.
Mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan keluarga