Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Suami Berondong, Asik

29 Februari 2020   23:33 Diperbarui: 5 Maret 2020   11:57 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cari jodoh, susah-susah gampang

Saya pernah mendengar ada yang bilang, bahwa jodoh kita sudah tersedia sejak kita lahir. Sehingga kemanapun kita pergi, jodoh tetap mengikuti dan pasti ketemu. Entahlah, benar tidaknya. Yang jelas berdasarkan pengalaman, ketemu jodoh itu nggak segampang cari pacar.

Cari pacar mungkin mudah. Sedikit tebar pesona, ada yang bilang cinta, bisa langsung pacaran. Tapi pacaran kan tidak menjamin akan menikah.

Bila saat melewati masa pacaran ditemukan ketidakcocokan yang bersifat prinsip, lebih baik putus, daripada menjadi sumber masalah setelah menikah nanti. Makanya disebut susah, karena menemukan pacar yang layak dibawa ke pelaminan itu tidak mudah. Butuh waktu pula untuk memastikan bahwa tidak ada perbedaan yang bersifat prinsip.

Ada yang suka, lebih muda

Ini saya yang wajahnya kemudaan atau mereka yang ketuaan ya. Hehe.. 

Saya sedikit heran kalau menapak tilas jejak romansa saya. Sejak usia remaja yang baru kenal cinta monyet, hingga usia dewasa dan bekerja, beberapa lawan jenis yang mendekati, selalu adik kelas dan usianya lebih muda.

Saat SMP dan SMA, yang mendekati jelas-jelas tahu saya kakak kelasnya, tetapi tetap saja nekat. Sayanya yang jadi nggak percaya diri, koq pacaran sama adik kelas. Saat itu saya malu pada teman-teman. 

Lebih lucu saat kuliah. Karena jumlah mahasiswa ribuan, seringkali sesama mahasiswa hanya sekedar kenal wajah tapi tidak tahu angkatan berapa. Sekali waktu saya berkenalan dengan seorang mahasiswa yang berbeda fakultas dengan saya. Kenalan di satu lembaga kursus bahasa Jepang yang dikelola oleh kampus. 

Saat mahasiswa ini belum tahu saya angkatan berapa, dia rajin menelepon saya setiap beberapa malam sekali, ingin ngobrol dan menghabiskan pulsa katanya. Tetapi begitu tahu saya mahasiswa tingkat akhir yang lagi nggak ada kerjaan makanya ikut kursus bahasa Jepang, mahasiswa ini langsung mundur teratur, nggak pernah telepon lagi. Dia baru tahu kalau saya 3 angkatan di atasnya. Hahaha...

Ketemu jodoh yang usianya lebih muda

Saat pertama kali bertemu dengan suami sekian tahun yang lalu, lagi-lagi usia suami lebih muda dari saya. Sedari awal pacaran saya ingatkan suami tentang hal ini. Namun suami tidak menganggapnya sebagai masalah. 

Eh, rupanyaa inilah jodoh saya. Sampai juga saya ke pelaminan didampingi suami yang usianya tiga tahun lebih muda dari saya.

Memiliki suami yang usianya lebih muda ternyata tidak pernah menjadi masalah dalam rumah tangga yang sudah lebih dari 10 tahun kami jalani. Bahkan saya merasa suami jauh lebih dewasa dari saya. Mungkin posisi sebagai anak pertama di keluarganya, membentuk kedewasaan dan kematangannya jauh melebihi saya. 

Celotehan tentang usia suami saya yang lebih muda ini hanya sesekali saja naik ke permukaan, sebagai bahan candaan, baik antara kami berdua, maupun di tengah ajang kumpul keluarga besar. 

Selebihnya, puji Tuhan kami menikmati kehidupan pernikahan yang nyaman. Tetap belajar untuk saling membahagiakan. Saling menerima kekurangan dan mensyukuri segala kelebihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun