Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apakah Kita Memang Tidak Suka Kebersihan dan Membenci Keindahan?

13 Januari 2020   23:53 Diperbarui: 14 Januari 2020   09:11 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kenapa ya, banyak dari kita yang tidak suka melihat sesuatu bersih dan indah? 

Kemarin sore kami mampir ke sebuah mal di kawasan Depok, untuk membeli beberapa keperluan. Saat hendak pulang dan mengambil helm di tempat penitipan helm, saya melihat pemandangan yang bikin mata saya sakit.

Bagaimana tidak? Peralatan bekas makan, seperti piring, sendok, gelas, mangkok cuci tangan bergeletakan serampangan di tanah dan sepanjang pinggiran bangunan. Pemandangan bertambah kusut dengan potongan-potongan karcis bekas penitipan helm, botol bekas minuman, kantung plastik, sedotan dll yang juga berserakan di sekitarnya. Duh...

Dokpri
Dokpri
Tempat parkir motor yang teduh

Saya ceritakan sedikit tentang tempat parkir motor di mal ini. Parkiran motor di mal ini sangat luas. Di samping lahan parkir motor ada satu bangunan kecil untuk tempat penitipan helm, dan juga sebuah bangunan yang cukup besar yang difungsikan sebagai kantin untuk karyawan mal.

Lahan parkir cukup rindang. dipenuhi tanaman bambu juga beberapa jenis pohon lain yang rimbun. Tempat yang teduh ini sering dijadikan sebagai tempat istirahat para karyawan toko. Mereka duduk-duduk di teras bangunan atau di undakan kecil batas lahan parkir dengan pagar, sambil makan dan menghabiskan jam istirahatnya. Biasanya mereka memesan makanan di kantin, lalu makanan akan diantarkan ke sini.

Malas membersihkan sampahnya sendiri

Tidak masalah sih, mau makan di mana saja. Mau di kantinkah, atau di parkiran yang nyaman ini. Bebas. Pihak manajemen mal juga sepertinya tidak mempermasalahkan. Cuma yang disayangkan, selesai makan, mereka meninggalkan peralatan bekas makan beserta sampah lainnya begitu saja. Pegawai kantin nantinya yang akan mengumpulkan peralatan bekas makan mereka.

Begitu beratkah mengembalikan peralatan bekas makannya sendiri ke kantin? Begitu susahkan mengumpulkan sampahnya sendiri lalu dibuang ke tempat sampah? Padahal mereka toh harus melewati kantin saat kembali ke mal. Bukankan bisa sekalian dibawa, sembari lewat.

Sedangkan untuk karcis bekas penitipan helm, saya menyesalkan tindakan pegawai yang bertugas. Dengan gampang dan santainya dibuang begitu saja di samping bangunannya. Mau berharap siapa membersihkannya?

Mengapa karcis bekas tersebut tidak dikumpulkan di tempat sampah. Atau kalau tidak ada tempat sampah di sekitarnya, bisa dikumpulkan di plastik kecil, baru nanti dibuang ke tempat sampah setelah penuh. 

Memang sih pada akhirnya, ada petugas kebersihan mal yang akan membersihkan. Tapi apa salahnya bertanggungjawab pada sampahnya sendiri. Lagipula bisa meringankan pekerjaan petugas kebersihan mal, yang berarti sudah memperpanjang daftar kebaikan yang dia buat.

Sepertinya bagi mereka tidak ada pengaruhnya pemberitaan tentang banjir yang baru melanda. Tentang sampah sebagai salah satu penyebabnya. 

Mental ingin dilayani, bukan melayani

Mental jenis apa yang bisa dikatakan untuk mereka yang berperilaku seperti ini. Untuk yang membeli makanan, apakah karena merasa sudah membayar makanannya, terus berhak berpolah bak raja di istana, minta dilayani sepenuhnya, hingga peralatan bekas makannya sendiri tak mau dikembalikan? 

Kalau melayani dirinya sendiri saja tidak bisa, bagaimana mau melayani orang lain? Tanggungjawab seperti apa yang bisa diharapkan dari pribadi yang seperti ini?

Mungkin wacana wajib militer yang pernah tercetus beberapa waktu yang lalu bisa dipertimbangkan kembali. Mungkin 'orang kita' harus dididik ala ala militer agar tingkat kesadaran, kepedulian, tanggungjawab dan disiplinnya bisa berkembang.

Tanggungjawab bersama

Untuk menciptakan kebersihan dan keindahan membutuhkan kerjasama semua pihak.

Pihak manajemen mal sebagai pihak yang berwenang di mal, mungkin harus lebih peduli lagi tentang masalah kebersihan. Juga karyawan toko dan semua pegawai yang bertugas di mal. Karena ini menyangkut kenyamanan pengunjung. Entah bagaimanapun caranya.

Begitu pula dengan pengunjung mal, sebaiknya bertanggungjawablah dengan sampahnya masing-masing.

Tidak cukup pemangku kepentingan yang berkoar-koar, atau petugas kebersihan yang terus bekerja. Sebaiknya ada kepedulian dari semua pihak, bahwa kebersihan dan keindahan adalah hak kita bersama, dan juga menjadi tanggung jawab kita bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun