Mengapa karcis bekas tersebut tidak dikumpulkan di tempat sampah. Atau kalau tidak ada tempat sampah di sekitarnya, bisa dikumpulkan di plastik kecil, baru nanti dibuang ke tempat sampah setelah penuh.Â
Memang sih pada akhirnya, ada petugas kebersihan mal yang akan membersihkan. Tapi apa salahnya bertanggungjawab pada sampahnya sendiri. Lagipula bisa meringankan pekerjaan petugas kebersihan mal, yang berarti sudah memperpanjang daftar kebaikan yang dia buat.
Sepertinya bagi mereka tidak ada pengaruhnya pemberitaan tentang banjir yang baru melanda. Tentang sampah sebagai salah satu penyebabnya.Â
Mental ingin dilayani, bukan melayani
Mental jenis apa yang bisa dikatakan untuk mereka yang berperilaku seperti ini. Untuk yang membeli makanan, apakah karena merasa sudah membayar makanannya, terus berhak berpolah bak raja di istana, minta dilayani sepenuhnya, hingga peralatan bekas makannya sendiri tak mau dikembalikan?Â
Kalau melayani dirinya sendiri saja tidak bisa, bagaimana mau melayani orang lain? Tanggungjawab seperti apa yang bisa diharapkan dari pribadi yang seperti ini?
Mungkin wacana wajib militer yang pernah tercetus beberapa waktu yang lalu bisa dipertimbangkan kembali. Mungkin 'orang kita' harus dididik ala ala militer agar tingkat kesadaran, kepedulian, tanggungjawab dan disiplinnya bisa berkembang.
Tanggungjawab bersama
Untuk menciptakan kebersihan dan keindahan membutuhkan kerjasama semua pihak.
Pihak manajemen mal sebagai pihak yang berwenang di mal, mungkin harus lebih peduli lagi tentang masalah kebersihan. Juga karyawan toko dan semua pegawai yang bertugas di mal. Karena ini menyangkut kenyamanan pengunjung. Entah bagaimanapun caranya.
Begitu pula dengan pengunjung mal, sebaiknya bertanggungjawablah dengan sampahnya masing-masing.