Mohon tunggu...
Berlian Alfin
Berlian Alfin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca adalah obat hati dan pikiran. Bukan hanya menikmati lembaran yang bagus dan wangi, melainkan sesuatu yang membantumu mengenali dirimu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Horor Part 4#: Ilusi End

2 Februari 2024   21:26 Diperbarui: 7 Februari 2024   08:48 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Makanan telah di hidangkan di atas meja. Hanya tinggal menunggu si tuan rumah Ny.Rosse untuk hadir bersama mereka. 

  "Pak coba ditelpon aja.. " Ujar Bu Wardah. 

  Pak Maman temangut mendengarnya dan mengambil ponsel genggam dari saku celananya. 

  "Tut.. Tut.. Tut.. NOMOR YANG ANDA HUBUNGI TIDAK AKTIF. " bunyi telepon tanda gagalnya komunikasi mereka. 

  "Nomornya gak aktif. Mungkin baterainya habis kali yah!? " Tukas pak Maman. 

  "Yaudah kita makan aja dulu.. Nanti kita akan memisahkan makanan buat dia. " Jelas Bu Wardah dengan wajah sedikit kecewa. 

  "Bu...Wisnu lapar.. " Gumam Wisnu dengan nada lemas. 

  "Yaudah ambilkan dulu-" Belum selesai kalimat Bu Wardah. Putrinya yang bernama Saras langsung paham dan menanak nasi adiknya itu. 

  "Terimakasih putriku yang cantik." Ujar Bu Wardah tersenyum. 

  Tetapi tidak dengan saras, dia terkadang merasa kesal dengan ibunya tetapi dia juga tidak benci. 

  "Huh.. Sama-sama. " Jawabnya dengan senyum yang ceria. 

  Pak Maman juga langsung mengambil nasinya karena sudah tidak dapat menahan lapar lagi. 

  Malam itu mereka menikmati hidangan enak dengan bahan-bahan yang mewah, dan pastinya GRATIS. 

  ... 

   Hari semakin larut dan Pak Maman segera menyuruh anak -anak mereka untuk tidur. 

   "Udah buruan tidur aja pak... 

Palingan dia itu menginap di rumah yang lain atau hotel kan?"

  Pak Maman mengangguk dan menutup gorden. Ia juga tidak lupa untuk memastikan bahwa ruangan Saras dan Wisnu di sebelah benar-benar aman. Ketika dia sudah merasa aman dia kembali ke kamarnya. 

 ... 

Hari bertambah larut dan langit mulai gelap. Rupanya tanda hujan akan turun. 

Hujan pun turun membasahi rumah dan pohon yang berada di sekitar.

  Pak suhendi pemilik rumah kontrakan desa pohon beringin sekaligus sahabat Pak Maman gelisah setelah di datangi beberapa polisi daerah. 

  "Mereka ada dimana yah!? " Desah Pak Suhendi. 

  "Kemarin rumah mereka terbakar dan menghinap di sini. Tetapi, setelah aku pulang dari rapat kampung sebelah mereka sudah tidak ada lagi di kontrakan. Tetapi, ada surat yang tinggal di dalam kamar mereka yang berisikan izin dan terimakasih telah diberikan tempat tinggal. " Sejenak ia terus berpikir dan menundukkan kepalanya di atas meja. 

   "Ditambah lagi ini sudah dua minggu sejak kepergian mereka... " Gumam Pak Suhendi.

   "Dring!! Dring!!! " Suara telpon genggam yang berbunyi dari dalam saku bajunya. 

   "Halo dengan siapa!? "

   "Ini dengan kepolisian. "

    "Ada apa Pak!? "

    "Mereka telah ditemukan di sebuah rumah yang katanya ini adalah tanah mereka yang telah dijual kepada pengusaha asing. Mereka ditemukan dalam keadaan kurus dan dalam keadaan tertidur di ruang tengah rumah tua ini. " Mendengar penjelasan polisi itu Pak Suhendi tercengang sekaligus bersedih. 

  "Kalau ingin menjenguk mereka, Bapak dapat pergi ke rumah sakit Jaya Bersama. Karena mereka akan dirawat di sana. " Jelas Polisi itu. 

  "Baiklah Pak! Terimakasih telah mengabari. " Tanpa persiapan lama Pak Suhendi langsung ke lokasi rumah sakit itu. Ia pergi bersama kepala desa dan beberapa tokoh masyarakat. 

 ... 

  "Benar-benar sangat menyedihkan kondisi mereka itu." Kata seorang teman Pak Suhendi saat keluar dari ruang perawatan dan duduk di bangku teras rumah sakit itu. 

  "Ia." Desah Pak Suhendi. 

   "Kita do'a kan saja mereka cepat siuman. " Ujar salah seorang tokoh. 

  "Untuk masalah biaya perawatan nanti saya yang akan menanggungnya. " Tambahnya. 

  "Terimakasih pak" Ujar Pak Suhendi. 

  .... 

  Setibanya di desa, Pak Suhendi tidak langsung pulang ke rumah dan bersinggah di kedai kopi sejenak. 

 "Pak, kopi hangatnya satu! " Ujarnya. 

  "Oke."

 Saat ia baru menyandarkan punggungnya di kursi kedai, ia mulai mendengar berita yang lumayan mencekam. 

 "TELAH DITEMUKAN SEORANG MAYAT PEREMPUAN PARUH BAYAH BERDARAH EROPA DENGAN INISIAL 'R' DI SEBUAH RUMAH MEWAH DEKAT DENGAN BUKIT BUNGA. MENURUT LAPORAN, WANITA ITU DIRACUNI OLEH PELAYANNYA SENDIRI. SEDANGKAN MAYATNYA BARU DIKETAHUI SETELAH DUA MINGGU KEMUDIAN OLEH REKAN KERJANYA...... SEKIAN LAPORAN HARI INI. TERIMAKASIH... 

   

   "Hadeuh.. Macam macam aja nih orang semua" Kesahnya dengan geram terhadap pelaku. 

   "Dasar gak tau diuntung itu orang! " Tukasnya sambil mengambil sebungkus roti. 

  "Ehem.. Siapa yang gak tau diuntung itu Pak..!? " Tanya pemilik kedai tiba-tiba. 

  "Hehe.. Itu tuh ada-ada aja. Sekarang bukan hanya senjata yang makan tuan 

" Ini kopinya, Pak Suhendi." Ujar Penjaga kedai. 

   "Oh iya Pak, Terimakasih. "

    

  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun