"Tapi kan, itu waktu aku masih umur 8 tahun kan? Duh kalian usil sekali yah!? Nanti aku kurangi jatah makan baru tau rasa!" Mendengar penjelasanku umyang serius malah membuat mereka tertawa dan kakak laki-lakiku mengusap-usap rambutku sambil tertawa cekikikan.Â
 "Ahh.. Sudahlah."  Ujarku dalam hati.Â
                   ...Â
  Pada malam hari, langit pun masih menangis. Aku hanya berpangku tangan saat duduk manatap langit yang gelap gulita itu dari jandela kamarku.Â
 "Sudahlah langit.. aku jadi sedih nih." gumamku sendiri.Â
 "Mana mungkin kamu akan menjawabnya." Â
 Seketika langit bergemuruh seolah marah akan ucapanku.Â
 "Kamu pasti marah, karena manusia tidak peduli denganmu?" aku cuman bergurau mengajak-ajak bicara langit itu.Â
 "grrrr.." gemuruh kecil terdengar. Seolah pertanyaanku dijawab.Â
 "Apakah karena manusia suka makan dan membuang limbahnya begitu saja?"Â
 "grrr..." lagi-lagi dia menjawab pertanyaanku.Â